Daftar Isi:
  • Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung (Zea may L). Menurut BPS, (2014) komoditas jagung menghasilkan produksi tanaman pangan terbesar kedua setelah padi sebesar 19.008.426 ton, komoditas padi menduduki urutan pertama dengan sebesar 70.846.465 ton yang dihasilkan. Jagung bisa menjadi bahan pangan makanan olahan yang sering dibutuhkan oleh perusahaan agroindustri, jagung juga menjadi bahan baku pakan ternak dan unggas. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah menggunakan benih jagung hibrida. Keunggulan yang didapatkan dengan menggunakan benih jagung hibrida, tidak serta merta menjadikan seluruh petani beralih menggunakan benih tersebut. Namun masih terdapat petani yang menggunakan benih jagung non hibrida yang didapatkan dari hasil panen sebelumnya untuk ditanam kembali pada masa tanam selanjutnya. Perbedaan penggunaan benih oleh petani jagung ini, memunculkan perbedaan jumlah dan kualitas hasi panen karena benih hibrida banyak memiliki keunggulan seperti umur tanam lebih cepat dan hasil produksi yang tinggi. Perbedaan pada jumlah dan kualitas hasil panen ini secara tidak langsung akan mempengaruhi perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani pengguna benih jagung hibrida dengan non hibrida. Pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida selain faktor tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman usahatani, dan tenaga kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis perbedaan pendapatan usahatani jagung antara petani pengguna benih hibrida dengan benih non hibrida. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Desa Ngraket, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo dengan pertimbangan masih ada dari keseluruhan total populasi petani jagung masih menggunakan benih jagung non hibrida. Metode penentuan responden pada penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu pengguna hibrida dan non hibrida. Jumlah responden pengguna benih hibrida 43 responden dengan metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan jumlah responden pengguna benih non hibrida yaitu 17 responden dengan metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan, uji beda rata-rata, dan analisis regresi logistik. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui pendapatan petani jagung pengguna benih hibrida dan pengguna benih non hibrida, kemudian analisis uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang nyata antara rata-rata pendapatan petani jagung pengguna benih hibrida dan pengguna benih non hibrida. Sedangkan uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida. ii Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan usahatani antara petani jagung pengguna benih hibrida berbeda jauh dengan selisih sebesar Rp 5.188.117,09/Ha. Rata-rata pendapatan petani jagung pengguna benih hibrida sebesar 7.500.724,93/Ha lebih besar apabila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani jagung pengguna benih non hibrida Rp 2.312.607,84/Ha. Dalam uji beda rata-rata diperoleh hasil nilai thitung adalah sebesar 10,971 sedangkan nilai ttabel adalah sebesar 1,684. Sehingga tolak H0 dan terima H1 yang berarti terdapat adanya perbedaan antara rata-rata pendapatan usahatani jagung pengguna benih hibrida dengan benih non hibrida. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai thitung (10,971) dengan tingkat signifikan 0,000 sehingga tolak H0 dan terima H1. Pada uji regresi logistik diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida yang berpengaruh secara nyata adalah tenaga kerja (X5). Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah bagi petani yang masih menggunakan benih jagung non hibrida mulai beralih untuk menggunakan benih jagung hibrida setiap kali musim tanam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih jagung hibrida sudah teruji mampu meningkatkan hasil produksi jagung yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani jagung tersebut. Bagi peneliti selanjutnya, yang ingin melakukan penelitian tentang pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih jagung hibrida, dianjurkan untuk menyertakan faktor-faktor lain yang belum dikaji dalan analisis ini.