Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kabupaten Majalengka (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Desa Sukamulya, Kecamatan Kertajati, Kabupate
Daftar Isi:
- Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan hidup. Konkritnya, lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Luas lahan pertanian di Indonesia dalam rentang waktu 5 tahun (2008-2012) terus mengalami penurunan. Penyebabnya adalah alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dengan besaran minimal terjadi pengurangan 100.000 ha per tahun Selain itu, masih banyak lahan kosong yang belum diusahakan untuk pertanian yaitu sebesar 750.976 Ha (BPS,2013). Salah satu daerah di jawa barat yang cukup memprihatinkan dalam hal konversi lahan adalah di daerah Majalengka. Dimana jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka mengalami penurunan sebanyak 47.893 rumah tangga dari 204.519 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 156.626 rumah tangga pada tahun 2013, yang berarti menurun sebesar 2,34 persen per tahun. Disemua kecamatan terjadi penurunan, penurunan terbesar terjadi di Kecamatan Kadipaten sebesar 48.86% dan penurunan terkecil terjadi di Kecamatan Sindang yaitu sebesar 4.69% (Sensus pertanian, 2103). Tentunya, imbas dari pengurangan rumah tangga petani berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan yang ada di Kabupaten Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Sukamulya, seperti pengaruh faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi alih fungsi lahan, peranan pihak-pihak terkait dalam alih fungsi lahan, kondisi sosial ekonomi dan budaya petani setelah adanya alih fungsi lahan serta hubungannya terhadap adanya perubahan mata pencaharian petani dan tingkat kesejahteraan petani. Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan analisis dekriptif kualitatif dimana sumber informasi diperoleh dari informan kunci untuk memperoleh responden-responden lainnya yang terkena alih fungsi lahan dengan cara snowball sampling, sedangkan untuk mengetahui hubungan kondisi sosial ekonomi dan budaya petani terhadap perubahan mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan petani dengan menggunakan skoring dan analisis Rank Spearman. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian dilapang dapat dikatakan jika proses alih fungsi lahan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana kebijakan pemerintah dan pendidikan memberikan pengaruh yang cukup besar dengan presentase sebesar 90% dan 85%. Untuk peranan pihak-pihak terkait terlihat jika tidak maksimalnya peran yang dijalankan oleh ke enam pihak yang ada akan tetapi, Pemerintah pusat memegang peranan penting dengan presentase sebesar 63,33%. Berkenaan dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya petani dilihat dari kondisi sebelum dan setelah alih fungsi lahan, kondisi yang relatif masih baik yakni penggunaan bahasa daerah dengan presentase 95%, sedangkan untuk faktor yang terkena pengaruh cukup besar terjadi pada kepemilikan lahan dan hewan ternak dengan presentase masing-masing 17,5% dan 12,5%. Untuk hasil selanjutnya mengenai hubungan kondisi sosial ekonomi dan budaya petani terhadap perubahan mata pencaharian dan perubahan tingkat kesejahteraan petani dapat disimpulkan jika ada beberapa faktor yang memiliki hubungan keterikatan signifikan yang mendorong petani untuk beralih profesi diantaranya : kemampuan memberi nafkah, rutinitas ibadah, adopsi inovasi bertani, kepemilikan lahan, kebutuhan pakaian, alat transportasi, kondisi rumah, alat hiburan dan pendapatan berdasarkan pengalaman. Sedangkan untuk faktor yang berkorelasi dengan perubahan tingkat kesejahteraan diantaranya: kemampuan memberi nafkah, budaya bertani, adopsi inovasi dalam bertani, kebutuhan pakaian, pendapatan berdasarkan pengalaman, kondisi rumah dan terakhir kepemilikan luas lahan. Dengan demikian adanya alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Sukamulya berdampak pada adanya penurunan kondisi sosial, ekonomi dan budaya petani terhadap tingkat kesejahteraan petani. Namun begitu, ada beberapa faktor budaya dan sosial yang meningkat juga dikarenakan faktor kondisi lingkungan yang baru lebih mendukung kehidupannya.