Analisis Tingkat Produksi Dan Pendapatan Usahatani Tebu Sistem Keprasan Dan Non Keprasan (Studi Kasus Petani Tebu Rakyat Program Kemitraan Pabrik Gula Modjopanggoong Pada Wilayah VI Kecamatan Sumberge
Daftar Isi:
- Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor gula nomor dua di dunia. Padahal pada tahun 1930an Indonesia merupakan negara pengekspor nomor dua setelah Kuba (Ismail, 2001). Pada tahun itu produksi gula Indonesia pernah mencapai puncaknya dengan produksi mencapai 3,1 juta ton dan ekspor 2,4 juta ton. Setelah itu, produksi gula di Indonesia mengalami pasang surut sampai akhirnya Indonesia menjadi negara pengimpor gula sejak tahun 1967 sampai sekarang. Hal ini dikarenakan produksi gula Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan gula yang terus meningkat setiap tahunnya. Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung merupakan daerah di Jawa Timur yang pada tahun 2011 menjadi sentra produksi utama gula perkebunan rakyat tahun 2011. Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung terdapat wilayah tebu rakyat yang letaknya cukup dekat dengan Pabrik Gula Modjopanggoong yaitu wilayah VI pada masa tanam 2012-2013, mengalami permasalahan pada pendapatan petani, hal ini diduga oleh sistem penanaman tebu yang kurang tepat. Sebagian besar petani tebu rakyat di wilayah Kecamatan Sumbergempol menggunakan sistem tanam keprasan. Sistem keprasan dapat merugikan petani karena jika keprasan dilakukan berulang kali maka dapat merusak akar tanaman dan tanaman yang tumbuh batangnya kecil sehingga bobot tebu menjadi menurun. Sistem tanam PC (Planting Cane) Murni yaitu tanaman tebu baru atau tanaman pertama yang menggunakan bibit baru dapat mempertahankan produktivitas perhektar meskipun biaya yang dikeluarkan lebih banyak daripada tebu sistem keprasan namun dapat memberikan produktivitas yang stabil sepanjang masa tanam tebu. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian analisis tingkat produksi dan pendapatan usahatani tebu keprasan dan non keprasan dalam rangka untuk membandingkan sistem penanaman yang bermanfaat dalam peningkatan pendapatan petani tebu rakyat program kemitraan Pabrik Gula Modjopanggoong. Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Sejauh mana sistem tanam tebu berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani tebu”. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis biaya usahatani tebu di daerah penelitian. (2) Menganalisis tingkat produksi dan pendapatan usahatani tebu di lokasi penelitian. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi tebu di lokasi penelitian.(4) Menganalisis pengaruh sistem tanam tebu di lokasi penelitian dan faktor-faktor lain terhadap produksi gula. (5) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani tebu di daerah penelian. Penelitian ini menggunakan metode sensus dalam pengambilan sampel dengan jumlah responden 22 orang. Pada metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan metode analisis data kualitatif dengan alat analisis berupa analisis usahatani, analisis uji beda rata-rata, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, dan analisis fungsi pendapatan. Hasil penelitian antara lain: (1) Rata-rata total biaya usahatani tebu petani non keprasan lebih besar dibanding rata-rata biaya total usahatani petani keprasan. (2) Rata-rata produksi tebu perhektar petani non keprasan lebih besar daripada petani tebu keprasan. Pendapatan yang diperoleh petani non keprasan lebih tinggi daripada petani keprasan adalah Rp 30.676.895,00 untuk petani tebu sistem non keprasan dan Rp 23.495.230,00 untuk petani tebu sistem keprasan. (3) Faktor-faktor yang berpengaruh positif pada produksi usahatani tebu di daerah penelitian adalah pupuk kimia dan pupuk kompos. Sedangkan sistem tanam tebu belum tampak pengaruhnya terhadap produksi tebu karena sistem keprasan yang dilakukan masih kurang dari tiga kali. (4) Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap produksi gula di daerah penelitian adalah produksi tebu sebagai bahan baku utama dan brix tebu. Sistem tanam tebu berpengaruh signifikan terhadap produksi gula di daerah penelitian, hal ini membuktikan bahwa penggunaan bibit budchip menguntungkan bagi petani. (5) Faktor-fator yang berpengaruh positif pada pendapatan usahatani tebu di daerah penelitian adalah produksi gula dan sistem tanam tebu. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi gula akan meningkatkan pendapatan petani dengan menggunakan sistem tanam non keprasan (menggunakan bibit budchips). (6) Biaya pupuk kimia dan pupuk kompos berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani yang berarti bahwa penambahan biaya pupuk kimia dan pupuk kompos akan menurunkan pendapatan petani. Biaya tenaga kerja dan harga gula tidak tampak pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani tebu dalam analisis ini karena penggunaan biaya oleh petani responden yang kurang bervariasi. Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Total biaya produksi usahatani tebu sistem keprasan lebih rendah dibanding sistem non keprasan, namun sistem keprasan dapat menurunkan produksi sedangkan sistem non keprasan (menggunakan bibit budchips) dapat meningkatkan produksi gula dan pendapatan petani. Oleh karena itu upaya peningkatan pendapatan petani seharusnya dapat dilakukan dengan memilih sistem non keprasan walaupun dengan biaya yang lebih tinggi untuk itu perlu adanya bantuan tambahan modal untuk petani. (2) Upaya peningkatan produksi tebu dapat dilakukan dengan peningkatan penggunaan pupuk kompos yang sangat berpengaruh positif terhadap produksi tebu. Rata-rata penggunaan pupuk kompos di daerah penelitian adalah 40,16ku/ha sedangkan anjuran pupuk kompos adalah 4-6 ton/ha. (3) Dalam rangka meningkatkan produksi gula pabrik perlu meningkatkan kualitas dari pasokan bahan bakunya dengan melakukan pengaturan kembali terhadap jadwal tanam dan tebang sehingga brix tebu dapat meningkat selain itu penggunaan bibit budchip, juga sangat menentukan kualitas tebu dan dapat meningkatkan produksi gula. (4) Dalam upaya peningkatan pendapatan petani di daerah penelitian perlu peningkatan produksi gula dengan memilih sistem tanam yang tepat yaitu menggunakan bibit unggul dan penyaluran biaya pupuk kimia dan pupuk kompos.