Pengaruh Pemberian Pgpr (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Dan Kompos Kotoran Kelinci Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung (Solanum Melongena L.)
Daftar Isi:
- Terung merupakan salah satu tanaman sayur-sayuran yang diusahakan oleh petani. Peningkatan produksi pada tanaman sayur-sayuran merupakan bagian yang penting dari usaha peningkatan produksi hasil pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 produksi tanaman terung Indonesia mencapai 545.646 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan pada tahun 2012 dimana Indonesia mampu memproduksi 518.827 ton jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 2011 yaitu dengan produksi mencapai 519.481 ton. Jumlah yang relatif sedikit ini perlu ditingkatkan meskipun peluang pasar organik semakin meningkat, Indonesia masih belum mampu menjadi produsen utama produk organik di dunia jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Perkembangan budidaya tanaman terung umumnya hanya diusahakan sebagai tanaman sampingan bukan sebagai tanaman utama dengan cara bercocok tanam yang belum intensif, sehingga produksi tanaman terung masih tergolong rendah. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman terung adalah dengan pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan penambahan bahan organik berupa kompos kotoran kelinci. PGPR aktif mengkoloni akar tanaman dengan memiliki tiga peran utama bagi tanaman yaitu sebagai biofertilizer, biostimulan dan bioprotektan, sedangkan kompos kotoran kelinci dapat bermanfaat sebagai alternatif penyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terung selama pertumbuhannya serta dalam penggunaan PGPR tidak mempunyai bahaya atau efek samping sehingga bahaya pencemaran lingkungan dapat dihindari. Tujuan dari penelitian untuk (1) Mempelajari pengaruh pemberian Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan kompos kotoran kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung; (2) Untuk mendapatkan dosis PGPR dan kompos kotoran kelinci yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman terung tertinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2015 di Desa Dadaprejo Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dengan ketinggian tempat 600 mdpl. Pelaksanaan penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok, terdapat 2 faktor yaitu pemberian PGPR dan pupuk kompos kotoran kelinci. Terdapat 12 perlakuan dengan 3 ulangan sehingga didapatkan 36 satuan percobaan. Dari hasil kombinasi 2 faktor maka didapatkan perlakuan yang digunakan, yaitu: P0K1= tanpa PGPR + kompos kotoran kelinci 5 ton/ha; P0K2 = tanpa PGPR + kompos kotoran kelinci 10 ton/ha; P0K3 = tanpa PGPR + 15 ton/ha; P0K4 = tanpa PGPR + kompos kotoran kelinci 20 ton/ha; P1K1 = 15 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 5 ton/ha; P1K2 = 15 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 10 ton/ha; P1K3 = 15 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 15 ton/ha; P1K4 = 15 ml PGPR + 20 ton/ha; P2KI = 30 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 5 ton/ha; P2K2 = 30 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 10 ton/ha; P2K3 = 30 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 15 ton/ha; P2K4 = 30 ml PGPR + kompos kotoran kelinci 20 ton/ha. Parameter pengamatan pertumbuhan dilakukan secara non destruktif meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, umur berbuah, umur panen pertama dan umur panen terakhir dengan interval pengamatan 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49 hst dan pengamatan hasil meliputi: jumlah buah, bobot per buah, bobot buah per tanaman, panjang buah, diameter buah dan bobot buah per petak, Analisis kimia tanah dan Analisis usahatani. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh yang diberikan. Apabila beda nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara perlakuan PGPR dengan kompos kotoran kelinci pada jumlah buah, bobot buah per petak dan bobot buah per Ha. Perlakuan PGPR 30 ml dengan kompos kotoran kelinci 10 ton/ha menghasilkan jumlah buah lebih tinggi dari perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan PGPR 30 ml dengan kompos kotoran kelinci 10 ton/ha dan 15 ton/ha menghasikan bobot buah per petak dan bobot buah per Ha lebih tinggi dari perlakuan lainnya. PGPR berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur berbuah, umur panen pertama dan bobot buah per tanaman pada tanaman terung. Perlakuan PGPR 30 ml dapat mempercepat umur berbunga, umur berbuah dan umur panen pertama, serta dapat meningkatkan bobot buah per tanaman, sedangkan kompos kotoran kelinci berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur berbuah dan umur panen pertama pada tanaman terung. Perlakuan kompos kotoran kelinci 20 ton/ha dapat mempercepat umur berbunga dan umur berbuah, sedangkan perlakuan kompos kotoran kelinci 10 ton/ha, 15 ton/ha dan 20 ton/ha dapat mempercepat umur panen pertama.