Perbandingan Kemampuan Serapan Co2 Dan Penurunan Suhu Udara Dari Hutan Kota Dan Taman Kota Balikpapan

Main Author: Wahyudi, NovitaInkaSari
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130968/
Daftar Isi:
  • Global warming adalah suatu istilah untuk menggambarkan peningkatan suhu yang terjadi di bumi beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah efek gas rumah kaca. Peningkatan gas rumah kaca berasal dari perkembangan industri dan pembangunan di perkotaan. Berdasarkan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari, salah satu penyumbang terbesar dari gas rumah kaca adalah emisi karbon di atmosfer. Menurut BMKG (2014) pada bulan Juni 2013, konsentrasi CO2 di Stasiun GAW Bukit Kototabang tercatat sebesar 390,3 ppm. Konsentrasi CO2 ini telah mengalami peningkatan sebesar 2,66% dari bulan Mei. Balikpapan adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur. Seiring perkembangan zaman, Balikpapan mengalami pembangunan infrastruktur kota yang cukup pesat sehingga berdampak pada kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau sangat diperlukan pada wilayah perkotaan yaitu untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi masyarakat kota. Ruang terbuka hijau yang berada di Balikpapan berupa taman, median jalan dan pedestrian, kebun raya, hutan kota, dan hutan lindung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kemampuan Hutan Kota dan Taman untuk menyerap CO2 dan mengurangi suhu udara ambien. Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah hutan kota memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan taman dalam menyerap CO2 dan menurunkan suhu udara ambien di perkotaan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2015, di Hutan Kota dan Taman Bekapai, Balikpapan, Kalimantan Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS Garmin, CO2 Meter Lutron GC - 2018, Anemometer tipe AM-4201, Sunche Light Meter tipe HS1010 dan Meteran. Variabel pengamatan yang diukur adalah kadar CO2, suhu udara ambien, intensitas cahaya matahari, kelembaban, kecepatan angin dan analisa vegetasi. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada 3 zona yaitu 0 m (di tengah Hutan Kota dan Taman Bekapai), 30 m, 80 m dari tengah Hutan Kota dan Taman Bekapai pada waktu 06:00, 09:00, 12:00, 15:00 dan 18.00 WITA. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai bulan April sampai Juni 2015. Pengelolaan data pengamatan menggunakan aplikasi microsoft excel untuk dianalisis menggunakan regresi dan uji t. Selain itu, data analisis vegetasi berupa jenis tanaman, jumlah tanaman, diameter batang setinggi dada (DBH) untuk menentukan tingkat pertumbuhan vegetasi di Hutan Kota dan Taman Bekapai. Berdasarkan hasil penelitian, Taman Bekapai adalah salah satu ruang terbuka hijau dan zona aktif yang berlokasi di jantung kota Balikpapan, tepatnya di Jalan Jendral Sudirman. Taman Bekapai memilki luas 55 m x 100 m. Taman Bekapai terdiri atas elemen lunak berupa tanaman dan elemen keras seperti bangku, pagar, lampu, jalur pijat refleksi dan air mancur. Adapun fasilitas lain yang menjadi daya tarik dari Taman Bekapai adalah ketersediaan kuliner, jalur pijat refleksi dan gratis wifi. Sedangkan Hutan Kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang berada di pinggir Jalan Kapten Piere Tendean dengan luas 182.63 m x 164.13 m. Hutan Kota di bawah binaan KORPRI ini termasuk jenis Hutan Kota berbentuk jalur dan berstrata dua. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kandungan CO2 di Hutan Kota lebih rendah dibandingkan dengan Taman Bekapai yaitu sebesar 417.00 ppm, artinya Hutan Kota memiliki kemampuan serapan CO2 lebih baik dibandingkan Taman Bekapai. Selain itu, hasil pengamatan pun menunjukkan bahwa suhu udara ambien di Hutan Kota hampir sama dengan Taman Bekapai. Hal ini didukung dengan hasil uji t yaitu t hitung < t tabel (0.88 < 3.18), artinya tidak ada perbedaan nyata suhu udara ambien di Hutan Kota dan Taman Bekapai. Suhu udara ambien di Hutan Kota dan Taman Bekapai terdapat selisih 1.00 oC, dikarenakan komposisi vegetasi di Taman Bekapai lebih banyak sehingga membentuk ruang terbuka hijau berstrata banyak. Oleh karena itu, dengan jumlah strata tanaman yang lebih banyak dapat menciptakan suhu udara ambien yang lebih rendah. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Hutan Kota memiliki kemampuan serapan CO2 lebih baik dibandingkan dengan Taman Bekapai. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kandungan CO2 di Hutan Kota yang lebih rendah yaitu 417.00 ppm dibandingkan dengan Taman Bekapai 427.50 ppm. Namun, kemampuan menurunkan suhu udara dari Hutan Kota sama dengan Taman Bekapai. Kemudian saran dari hasil penelitian ini adalah untuk menurunkan kandungan CO2 dalam udara ambien pada jarak 50 m dari Hutan Kota Balikpapan dibutuhkan keberadaan ruang terbuka hijau. Sedangkan untuk perbandingan kemampuan Hutan Kota dan Taman Bekapai dalam menurunkan suhu udara ambien perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.