Uji Potensi Hasil Galur Hibrida Harapan Hasil Persilangan Topcross Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Main Author: Singgah, MochIllafi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130950/
Daftar Isi:
  • Jagung merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi mengingat fungsinya yang multiguna, jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri (Zubachtirodin, Pabbage dan Subandi, 2007). Dengan potensi tersebut tanaman jagung merupakan komoditi yang sangat penting untuk dikembangkan. Produktivitas nasional yang tergolong masih rendah merupakan peluang bagi pemulia tanaman untuk memperbaiki populasi tanaman tersebut. Selain menghasilkan varietas baru, pemecahan masalah tersebut juga dapat diatasi dengan memperbaiki varietas yang telah ada, karena tujuan dari penelitian pemuliaan tanaman bukan hanya untuk selalu mendapatkan varietas baru (Makmur, 2001). Pembentukan varietas jagung menjadi varietas hibrida tidak terlepas dari galur inbrida yang didapatkan. Pemahaman mengenai adanya perbedaan genetik pada galur inbrida yang didapatkan sangat penting untuk dipahami. Permasalahan pada pembentukan galur inbrida adalah pemilihan tetua jantan dan betina yang digunakan dalam perakitan varietas hibrida sering tidak sesuai. Daya gabung tetua inbrida yang digunakan harus diketahui terlebih dahulu agar penentuan tetua jantan atau betina untuk proses perakitan galur hibrida lebih akurat. Untuk melihat daya gabung tetua inbrida dapat dilakukan silang puncak. Menurut Mandal (2014) silang puncak adalah uji yang digunakan untuk mengevaluasi galur inbrida. Pada awalnya, galur inbrida diseleksi dari populasi dasar berdasarkan performanya pada persilangan tunggal. Namun karena hasil persilangan yang diuji terlalu banyak untuk dievaluasi hal tersebut menyebabkan sulitnya evaluasi pada semua hasil persilangan yang didapatkan Setelah silang puncak dilakukan, maka galur-galur yang telah diuji perlu ditanam kembali untuk mengetahui potensi hasil dari persilangan yang dilakukan sehingga nantinya galur-galur yang berpotensi hasil tinggi dapat diseleksi lagi untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu topik dari penelitian ini adalah pengujian potensi hasil beberapa galur-galur tanaman jagung inbrida generasi S3 yang berasal dari silang puncak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil galur yang didapatkan dari persilangan topcross beberapa galur jagung (Zea mays L.) Inbrida Generasi Ke-3 (S3) dan mengetahui nilai keseragaman genetik serta nilai heritabilitas. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan pertumbuhan pada fase vegetatif-generatif dan hasil panen pada masing-masing galur tanaman jagung yang diuji dengan kedua varietas pembanding. Nilai heritabilitas populasi galur yang diuji tinggi sehingga pengaruh faktor genetik lebih dominan. Penelitian ini dilakukan di lahan persawahan yang bertempat di Kabupaten Pasuruan pada bulan Oktober 2014 - Januari 2015. Letak Kabupaten Pasuruan berada pada 12,5-25 mdpl dengan kondisi lahan yang kering serta suhu cuaca berkisar 26o-32o C. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital cangkul, tugal, tali rafia, gunting, spidol permanen, papan nama, color chart, kertas label dan kalkulator. Alat ukur yang diguanakan adalah penggaris dan meteran. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air, plastik, benih jagung hasil topcross sebanyak 47 galur, 2 varietas pembanding yaitu Pioneer-21dan Pertiwi 3, insektisida, pupuk majemuk NPK, Pupuk SP-36, Pupuk KCl, Pupuk ZA serta pupuk kandang sapi. 47 galur uji berasal dari silang puncak galur inbrida G10-1 sebagai tetua betina dengan ON-A ♀ sebagai tetua jantan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Faktor perlakuan adalah galur jagung inbrida hasil topcross generasi ke-3 (S3). Total perlakuan sebanyak 49 perlakuan yang terdiri dari 47 galur jagung inbrida dan 2 varietas pembanding. Plot percobaan berukuran 0,74 m x 0,7 m. Tiap perlakuan ditanam dengan menggunakan model penanaman single row. Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan secara acak dengan menggunakan acakan RAK sederhana untuk meminimalkan pengaruh heterogenitas lahan. Data yang diperoleh dianalisa dengan tabel ANOVA RAK sederhana dengan menggunakan F hitung taraf 5%. Bila terdapat pengaruh nyata, data di uji lanjut dengan menggunakan uji BNJ taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 galur terpilih yang diseleksi berdasarkan parameter bobot 100 biji. Galur tersebut adalah G10-1-(10)- 1 x ON-A ♀ ,G10-1-(11)- 1x ON-A ♀, G10-1-(15)- 2 x ON-A ♀, G10-1-(B4)- 19x ON-A ♀, G10-2-(B2)- 2x ON-A ♀, G10-1-(16)- 1x ON-A ♀, YN A x ON-A ♀,YN B x ON-A ♀, YN B x ON-A ♀ dan Xs x ON-A ♀. Nilai Heritabilitas galur tersebut pada variabel bobot 100 biji sebesar 0,97, serta nilai KKG sebesar 0,07. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar dibandingkan dengan faktor lingkungan, dengan keragaman genetik yang cukup seragam. Program pemuliaan yang perlu dilakukan selanjutnya yaitu perlu adanya seleksi lanjutan pada galur terpilih karena keragaman yang terjadi cukup seragam dan keragaman tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genotip.