Komunitas Gulma Pada Berbagai Macam Teknik Budidaya (Monokultur Dan Tumpangsari)
Main Author: | Badriyah, MIftaqul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130928/ |
Daftar Isi:
- Kelompok makhluk hidup yang telah menghuni dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut komunitas. Komunitas gulma yang muncul pada tanaman budidaya baik secara monokultur ataupun tumpangsari antara tanaman jagung, kacang tanah, dan kacang tunggak dapat menjadi suatu acuan bagaimana cara pengendalian gulma. Keanekaragaman komposisi gulma pada lahan dapat menyebabkan kompetisi. Kompetisi yang terjadi antara gulma dan tanaman budidaya yang paling banyak yaitu terjadi pada faktor lingkungan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan gulma diantaranya cahaya, air dan unsur hara (Crafts dan Robbins, 1952). Gulma pada penanaman monokultur dan tumpangsari berbeda. Perubahan sistem pertanaman dari pertanaman tunggal ke pertanaman ganda seperti tumpangsari dan tumpanggilir dapat mempengaruhi spesies gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi gulma dan tanaman (Mercado, 1979 dalam Pasau, 2008). Kompetisi antar tanaman dapat diperkecil dngan memilih jenis tanaman yang tepat, mengatur waktu tanam, jarak tanam, populasi tanaman persatuan luas, ukuran tinggi dan umur tanaman yang diusahakan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komposisi komunitas gulma pada sistem budidaya monokultur dan tumpangsari antara tanaman jagung dan kacang tanah/kacang tunggak. Hipotesis yang diajukan ialah sistem budidaya tanaman secara tumpangsari antara tanaman jagung dan kacang tunggak dengan jarak 100 x 25 cm (+ 4 baris kacang tunggak ) mempunyai dominansi komunitas gulma yang lebih rendah. Penelitian dilaksanakan di desa Sidomulyo kecamatan Puncu kabupaten Kediri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Maret 2015. Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 mdpl, dengan tingkat kemiringan 0-40%. Curah hujan rata-rata antara 1000-2000 mm/th. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain frame ukuran 0,5 x 0,5 m, oven, kertas label, penggaris, alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain benih jagung Bisi 816, benih kacang tunggak lokal kediri, benih kacang tanah varietas gajah, dan pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok sederhana. Perlakuan terdiri dari G0 = Tanpa tanaman (bergulma), G1 = Jagung 80 x25 cm, G2 = Jagung 100 x25 cm, G3 = Jagung 80 x 25 cm (+ Kacang tanah 3 baris), G4 = Jagung 100 x 25 cm (+ Kacang tanah 4 baris), G5 = Jagung 80 x25 cm (+ Kacang tunggak 3 baris), G6 = Jagung 100 x 25 cm (+ Kacang tunggak 4 baris), G7 = Kacang Tanah 25 x25 cm, G8 = Kacang tunggak 25 x 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan plot percobaan. Pengamatan gulma dilakukan pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST. Parameter pengamatan yaitu Summed Dominance Ratio (SDR), tinggi tanaman, berat kering gulma, dan intensitas cahaya matahari. Pengamatan gulma pada setiap perlakuan dilakukan analisis vegetasi dan pencabutan gulma untuk berat kering gulma. Analisis data yang digunakan untuk gulma yaitu Indeks ii Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Dominasi Simpson (C), dan Indeks Dispersi Morisita (Id) Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan selama penelitian telah ditemukan 17 spesies gulma yang terdiri dari 11 spesies gulma golongan daun lebar, 3 spesies gulma golongan teki, dan 3 spesies gulma golongan daun sempit dengan 3 gulma yang dominan yaitu Euphorbia hirta, B.alata dan Digitaria ciliaris. Hasil perhitungan Indeks Shannon-Wienner (H’) pada setiap perlakuan dan setiap umur pengamatan gulma yang tumbuh tergolong dalam keanekaraman sedang, dengan kisaran nilai 1,29 – 2,18. Nilai Indeks Simpson (C) hasil berkisar antara 0,11 – 0,29. Semakin kecil nilai indeks dominansi maka menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominansi sebaliknya semakin besar dominansi maka menunjukan ada spesies tertentu yang mendominansi pada petak penelitian. Analisis Indeks Sebaran Morisita (Id) pada lokasi penelitian hampir keseluruhan memiliki nilai Id > 1 yang berarti spesies pada lokasi tergolong sebaran berkelompok. Nilai indeks Sebaran Morisita yang terdapat pada penelitian bekisar 3,00-13,33 yang berarti bahwa gulma cenderung berkelompok. Sistem budidaya tanaman secara tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan jarak 100 x 25 cm (+ 4 baris kacang tunggak) mempunyai dominansi komunitas gulma yang lebih rendah dibandingkan pada perlakuan yang lain sehingga pengendalian gulma secara ekologi dapat dilakukan dengan cara tumpangsari antara tanaman jagung dan kacang tunggak. Sistem tanam tumpangsari dapat menekan pertumbuhan gulma baik gulma golongan berdaun lebar, teki dan gulma golongan daun sempit serta menurunkan berat kering total gulma.