Pengaruh Perbedaan Tingkat Ketersediaan Air Pada Pertumbuhan Dan Hasil Melon (Cucumis Melo L.)

Main Author: Najiyah, Hilyatun
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130926/
Daftar Isi:
  • Jumlah permintaan buah-buahan di kalangan masyarakat semakin meningkat khususnya buah melon. Di Indonesia, konsumsi buah melon Indonesia mencapai ±332.698 ton/tahun. Pada tahun 2010 dan diperkirakan sampai sekarang, produksi melon di Indonesia masih rendah, produksi melon di Indonesia hanya sebesar 85.161 ton sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan melon di dalam negeri. Akibatnya 247.537 ton buah melon harus diimpor dari luar negeri (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2012), Konsumsi buah melon yang terus bertambah dari tahun ke tahun sangat mendukung perkembangan melon di Indonesia. Setiap 100 gram daging buah segar melon mengandung 92,1% air, 0,5 % protein, 0,3 % lemak, 6,2 % karbohidrat, 0,5 % serat, dan 350 IU vitamin A (Ashari, 1995). Salah satu buah melon yang paling banyak diminati adalah varietas Apollo karena memiliki rasa yang manis, berkulit tipis serta tahan terhadap hama dan penyakit. Pertumbuhan tanaman melon dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya lingkungan tumbuh, sumber unsur hara serta air. Air merupakan senyawa yang sangat penting dalam kaitannya dengan proses metabolisme dan fisiologis tanaman. Kebutuhan air tanaman melon berbeda antara fase vegetatif dan generatif. Jika tanaman melon mengalami kekurangan atau kelebihan air maka akan menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman melon serta meningkatnya serangan hama dan penyakit. Kekurangan air pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon baik bersifat sementara maupun permanen dapat mengakibatkan penurunan proses fisiologi dan biokimia bahkan penurunan hasil (Alahdadi, 2011; Sabetfar, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah volume pemberian air yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman melon varietas Apollo sehingga akan dicapai penggunaan air yang optimal dan dapat meningkatkan kualitas dari buah melon. Hipotesis dari penelitian ini adalah Ketersediaan air 50% pada fase vegetatif dan generatif tanaman melon dapat menurunkan hasil dan kualitas buah melon varietas Apollo. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Juli 2015 di screen house Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) kampus 2 jl. Ichwan Ridwan Rais, Tanjung, Malang. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul, sabit, gembor, gunting, meteran, kamera, termometer, oven dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih melon varietas Apollo, pupuk Urea, NPK, KNO3 merah dan putih, dan polibeg. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan mengkombinasikan perlakuan Ketersediaan air dan fase pertumbuhan tanaman. Terdapat 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, yaitu V1G1 (( ketersediaan air 100% KL (kapasitas lapang) fase vegetatif dan fase generatif)), V1G2 (ketersediaan air 100% KL fase vegetatif, 75% KL fase generatif), V1G3 (ketersediaan air 100% KL fase vegetatif, 50% KL fase generatif), V2G1 (ketersediaan air 75% KL fase vegetatif, 100% KL fase generatif), V2G2 (ketersediaan air 75% KL fase vegetatif, 75% KL fase generatif), V2G3 (ketersediaan air 75% KL fase vegetatif, 50% KL fase generatif), V3G1 (ketersediaann air 50% KL fase vegetatif, 100% KL fase generatif), V3G2 (ketersediaan air 50% KL fase vegetatif, 75% KL fase generatif), V3G3 (ketersediaan air 50% KL fase vegetatif, 50% KL fase generatif). Pengamatan dilakukan pada 14, 28, 42, dan 56 Hari Setelah Transplanting (HST). Pengamatan non destruktif meliputi jumlah daun, panjang tanaman, diameter batang, waktu muncul bunga, jumlah cabang, dan jumlah bunga betina. Sedangkan pengamatan destruktif meliputi bobot kering tanaman yang dilakukan pada saat akhir pengamatan. Komponen panen meliputi diameter buah pertanaman, bobot buah pertanaman dan tingkat kemanisan buah. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis ragam uji F dengan taraf 5%. Jika ada pengaruh nyata pada perlakuan maka lanjut uji BNT (Beda Nyata terkecil) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kondisi Ketersediaan air air berpengaruh nyata pada panjang tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang, bobot buah, diameter buah dan tingkat kemanisan buah. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga betina dan waktu muncul bunga. Hasil panen pada perlakuan V2G1 adalah yang paling tinggi yaitu 559,33 g pertanaman meningkat daripada perlakuan kontrol (V1G1) yang memperoleh 549,11 g pertanaman. Untuk tingkat kemanisan buah, perlakuan V1G2 menunjukkan tingkat kemanisan yang lebih tinggi yaitu 15,98 brix dan lebih tinggi 9% dibanding dengan perlakuan V1G1 yang hanya mencapai 14,59 brix.