Respon Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Pada Berbagai Dosis Dan Waktu Aplikasi Pupuk Kalium
Main Author: | Husadilla, Ardiani |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130885/ |
Daftar Isi:
- Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura yang bernilai komersial tinggi serta memiliki peran sebagai bahan pangan substitusi yang sehat dan aman. Tingkat keamanan dan kesehatan umbi tersebut terletak pada rendahnya kandungan kalori (85 kalori /100 g umbi) maupun karbohidrat (19 g /100 g umbi) yang terkandung di dalam umbi (Deptan Gizi, 2010). Tingginya pemanfaatan tersebut, mengakibatkan permintaan umbi kentang terus meningkat sekitar 14,5% setiap tahunnya (BPS, 2012). Sehubungan dengan hal tesebut, maka diperlukan manajemen tanaman secara baik dan benar, dan salah satunya adalah melalui pemupukan. Tanaman kentang adalah satu diantara beberapa tanaman penghasil umbi yang sangat respon terhadap pemupukan kalium. Hasil penelitian Sharma dan Sud (1991) menginformasikan bahwa serapan kalium yang paling tinggi didapatkan pada bagian umbi yaitu sekitar 78% K. Kebutuhan tanaman akan unsur hara yang diserap adalah berbeda pada tiap fase pertumbuhan tanaman, sehingga diperlukan manajemen pemupukan yang sesuai pada fase pertumbuhan tanaman kentang, agar diperoleh hasil yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari respon tanaman kentang untuk menentukan dosis pupuk K serta waktu pemberian yang tepat agar dicapai pertumbuhan tanaman kentang yang baik serta hasil yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2014 di Kebun Percobaan Cangar, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada ketinggian tempat 1700 m di atas permukaan laut dengan suhu rata - rata harian 180C, dan jenis tanah Andisol. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit kentang granola, pupuk nitrogen (berupa urea: 45% N), fosfor (berupa SP-36: 36% P2O5), kalium (berupa KCl: 60% K2O), fungisida Klorotalonil 75% untuk menanggulangi jamur Phytophtora infestans, insektisida Klorpirifos 200g/l dan Karbofuran 3% untuk menanggulangi hama saat terjadi serangan. Alat yang digunakan selama penelitian adalah cangkul, garu, meteran, leaf area meter (LAM), oven, timbangan, dan kamera digital. Metode penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan menempatkan dosis pemupukan K pada petak utama dan terdiri dari 5 taraf, yaitu 357 kg K2O ha-1 (K1), 306 kg K2O ha-1 (K2), 255 kg K2O ha-1 (K3), 204 kg K2O ha-1 (K4) dan 153 kg K2O ha-1 (K5). Anak petak terdiri dari pupuk K diberikan seluruh dosis pada saat tanaman berumur 15 hst (T1), pupuk K diberikan seluruh dosis pada saat tanaman berumur 30 hst (T2), pupuk K diberikan 1⁄2 bagian pada saat tanaman berumur 15 hst dan 1⁄2 bagian pada saat tanaman berumur 30 hst (T3), sehingga akan diperoleh 15 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Pengamatan pertumbuhan meliputi jumlah daun, luas daun, jumlah stolon, jumlah umbi, bobot segar total tanaman dan bobot kering total tanaman. Pengamatan pertumbuhan akan diamati pada saat tanaman berumur 20 hst, 35 hst, 50 hst, 65 hst dan 80 hst dan panen. Pengamatan ii komponen hasil meliputi jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, hasil umbi panen total (ton ha-1), jumlah dan bobot segar umbi berdasarkan kelas klasifikasi. Analisis penunjang berupa analisis tanah awal (sebelum penanaman), analisis tanah tengah (setelah aplikasi pupuk) dan akhir (setelah panen). Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf α = 0,05 yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf p = 0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi akibat pemberian berbagai dosis dan waktu aplikasi pupuk K pada komponen pertumbuhan yang meliputi jumlah stolon, bobot segar total tanaman dan bobot kerig total tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik dihasilkan pada tanaman yang dipupuk K dosis 306 kg K2O ha-1 dengan waktu aplikasi pemupukan yang dilakukan saat 0 hst + 30 hst ataupun 15 hst + 30 hst dengan bobot kering total tanaman yang dihasilkan sebesar 123,30 g dan 130,77 g. Pengaruh nyata akibat dosis pupuk K juga mempengaruhi komponen pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun; komponen analisis pertumbuhan meliputi indeks pembagian, serta komponen hasil meliputi bobot umbi berdasarkan grade B. Waktu aplikasi pupuk kalium tidak memberikan pengaruh nyata pada seluruh komponen hasil dan analisis pertumbuhan tanaman yang meliputi Laju Pertumbuhan Relatif dan Laju Asilimasi Bersih. Berdasarkan analisa usaha tani, penggunaan pupuk kalium dosis 306 kg K2O ha-1 lebih menguntungkan karena mampu menghasilkan umbi sebesar 31,93 ton ha-1 dengan nilai B/C tertinggi yaitu 2,37