Studi Sistem Tumpangsari Jagung (Zea Mays L.) Dan Bawang Prei (Allium Porrum L.) Pada Berbagai Jarak Tanam
Main Author: | Putra, JulianPratamaHari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130859/ |
Daftar Isi:
- Jagung (Zea mays L.)dan bawang prei (Allium porrum L.) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), produksi jagung memiliki produksi cenderung menurun, tahun 2012 sebesar 19.387.022 ton, dan pada tahun 2013 sebesar 18.511.853 ton. Penurunan produksi juga dialami bawang prei, produksi bawang prei pada tahun 2012 sebesar 596.824 ton, dan pada tahun 2013 sebesar 579.973 ton. Seiring dengan kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi dan laju pertumbuhan masyarakat maka permintaan akan kedua komoditas tersebut terus meningkat, namun produktivitas dan kepemilikan lahan oleh petani semakin menurun (Alamsy, 2011). Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut. Salah satu solusi permasalahan lahan pertanian tersebut adalah dengan menggunakan pola tanam tumpangsari. Ketika dua atau lebih jenis tanaman untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Hal yang perlu diperhatikan dalam tumpangsari adalah pengaturan jarak tanam. Tujuan dari penelitian untuk (1) Mempelajari pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada jarak tanam yang berbeda; (2) Menentukan nilai NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan) yang tertinggi pada pola tanam tumpangsari antara tanaman jagung dan bawang prei dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dengan ketinggian tempat ± 600 m dpl dan suhu rata-rata 26oC. Penilitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2015. Alat yang meliputi : oven, timbangan analitik, kamera, alat–alat pertanian dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih Jagung Hibrida varietas Pertiwi-3, bibit Bawang prei varietas Blalo, pupuk kandang sebagai pupuk dasar, pupuk urea, pupuk SP36, dan pupuk KCl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 7 perlakuan dan setiap unit perlakuan diulang 4 kali, sehingga di peroleh 28 petak percobaan. Sebagai pembanding dan untuk menghitung Nisbah Kesetaraan lahan (NKL). Perlakuan tersebut ialah: P1 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 50 cm; P2 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 40 cm; P3 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 30 cm; P4 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm; P5 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm; P6 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm dan P7 : Monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm. Parameter pengamatan pertumbuhan yang dilakukan secara non destruktif. Pengamatan non destruktif untuk tanaman jagung meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun dengan interval pengamatan 14, 28, 42,56 hst, sedangkan pengamatan non destruktif untuk tanaman bawang prei meliputi: Jumlah daun, panjang tanaman, dan jumlah anakan dengan interval pengamatan 14, 28, 42, 56 hst. Pengamtan hasil untuk tanaman jagung meliputi: diameter tongkol, bobot segar tongkol, bobot kering tongkol, bobot pipilan kering, bobot 1000 butir, sedangkan pengamatan hasil untuk tanaman bawang prei meliputi; bobot segar konsumsi dan bobot segar total tanaman, dan analisis pertumbuhan tanaman meliputi Indeks Luas Daun (ILD, Indeks Panen (IP), Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) dan Analisa Usahatani. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% utuk mengetahui pengaruh yang diberikan. Apabila beda nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm (P1) menunjukkan nilai Nisbah Kesetaraan Lahan 1,55. Nilai NKL 1,55 menunjukkan bahwa perlakuan lahan seluas 1,55 kali lebih besar untuk penanaman monokultur jagung dan bawang prei agar mendapatkan hasil yang setara dengan hasil tumpangsari tersebut. Pada perlakuan ni memberikan hasil yaitu 7,94 ton.ha-1 bobot kering tongkol jagung dan 1,6 ton.ha-1bobot segar konsumsi bawang prei. Sedangkan tumpangsari jagung dan bawang prei memiliki R/C Rasio lebih rendah dibandingkan dengan monokultur jagung. Pada sistem monokultur jagung yang ditanam dengan jarak 60 cm x 30 cm memiliki nilai R/C Rasio tertinggi yaitu 2,52 yang artinya usaha tani tersebut layak untuk diusahakan atau dikembangkan.