Daftar Isi:
  • Sebagai negara yang berkembang, Indonesia membutuhkan sektor pertanian sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Sebagian masyarakat Indonesia bekerja sebagai petani dan hidup di pedesaan, sekitar 40,83% penduduk indonesia bekerja di bidang pertanian. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi yang bekerja pada sektor pertanian adalah Kabupaten Lumajang. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2013 yang besar, yaitu 32.67%. Dengan tingginya sumbangan PDRB ini tidak membuat semua petani mampu mencukupi kebutuhan pokoknya dengan baik. Rendahnya pendapatan petani ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Lumajang, khususnya di Kecamatan Tempeh, yaitu sekitar 12.010 rumah tangga miskin, dan Desa Tempeh Lor merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan terparah di Kabupaten Lumajang dengan jumlah rumah tangga miskin yaitu 1.448. Salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani di Desa Tempeh Lor adalah sempitnya penguasaan lahan petani akibat alih fungsi lahan. Dengan kondisi yang demikian, petani diharapkan mampu berpindah ke sektor formal. Akan tetapi, tingginya jumlah masyarakat yang memiliki pendidikan rendah membuat petani memiliki pilihan bekerja yang terbatas. Sekitar 7.426 individu yang menempuh pendidikan formal. Rendahnya pendapatan petani tidak membuat petani belum mampu mencukupi kebutuhannya, petani mampu mengolah hasil pertaniannya secara mandiri untuk dikonsumsi. Jika beras yang dijadikan konteks pemenuhan kebutuhan, petani tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya. Sehingga pemerintahan indonesia memberlakukan beberapa program yang sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan petani tersebut. Program – progam tersebut diantaranya adalah program Beras Miskin (RASKIN), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pendidikan petani, tingkat konsumsi beras, luas penguasaan lahan, tingkat konsumsi non-beras, tingkat konsumsi non-pangan, dan pengaruh program raskin dan pengaruhnya terhadap pendapatan petani miskin di Desa Tempeh Lor dan menganalisis strategi yang paling sesuai untuk peningkatan taraf hidup petani miskin di Desa Tempeh Lor. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda Dummy Variabel dengan software SPSS 16.0. Analisis ini dipergunakan untuk melihat faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan petani di Desa Tempeh Lor. Sedangkan hasil analisis faktor pendapatan petani tersebut akan dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi. Dalam melakukan penyusunan strategi yang sesuai, digunakan analisis SWOT. Metode SWOT mampu menunjukkan kombinasi strategi apakah yang paling sesuai agar campur tangan pemerintah mampu memberikan dampak yang baik terhadap perubahan pendapatan petani miskin di Desa Tempeh Lor. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan mengobservasi beberapa sampel petani yang ada di Desa Tempeh Lor. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan petani miskin di Desa Tempeh Lor adalah tingkat konsumsi non-beras dengan T hitung 5,215 dan tingkat signifikansi 0,000 serta tingkat konsumsi non-pangan dengan T hitung 5,256 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan strategi yang paling sesuai dalam usaha peningkatan taraf hidup petani miskin di Desa Tempeh Lor sesuai dengan hasil analisis SWOT terletak pada kuadran 1 dengan mempertahankan dan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang mendukung dalam usaha peningkatan taraf hidup petani miskin di Desa Tempeh Lor. Sehingga implikasi kebijakan yang sesuai adalah penyuluhan mengenai diversifikasi pangan, potongan harga untuk Pajak Bumi dan Bangunan serta Tarif Dasar Listrik, pemberian bantuan operasional siswa secara door to door, pembentukan koperasi dan organisasi petani kecil, program pekerjaan pedesaan, sosialisasi teknologi baru, dan perluasan akses pasar