Analisis Sitologis Dan Molekuler Jeruk Siam Madu (Citrus Nobilis L.) Hasil Kultur Endosperma
Main Author: | Purnama, InnezCandriGilang |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130854/ |
Daftar Isi:
- Jeruk Siam Madu (Citrus nobilis L.) merupakan jeruk lokal yang memiliki nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi. Jumlah biji per buah pada jeruk Siam Madu yang banyak (15-21 biji per buah) menjadi salah satu kelemahan buah tersebut karena preferensi konsumen lebih terhadap jeruk yang tidak berbiji (seedless). Salah satu teknologi pemuliaan yang dapat diterapkan untuk mendapatkan tanaman jeruk tanpa biji adalah pembentukan tanaman triploid melalui kultur endosperma. Jaringan endosperma yang bersifat triploid merupakan hasil fusi antara dua inti polar dan satu sperma (Sunyoto et al., 2010). Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membentuk tanaman baru triploid dengan mengkulturkan dan meregenerasi-kan sel-sel endosperma. Tanaman yang memiliki ploidi triploid biasanya akan men-jadi tanaman yang steril atau tidak berbiji. BB Biogen bersama Balitjestro telah melakukan proses pembentukan tanaman triploid terhadap varietas jeruk Siam Madu melalui kultur endosperma (Kosmiatin, 2013). Planlet dari hasil kultur endosperma telah disambung dengan cara minigrafting pada batang bawah JC (Martasari, 2014). Seleksi awal terhadap tanaman Jeruk Siam Madu hasil kultur endosperma secara morfologi telah dilakukan tetapi belum terhadap jumlah kromosom dan status genetik tanaman. Identifikasi jumlah kromosom pada tanaman tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah kromosom Jeruk Siam Madu yang dikulturkan melalui endosperma. Identifikasi genetik perlu dilakukan dan merupakan tahapan penting dalam membangun hubungan genetik, mendeteksi adanya perubahan genetik, serta meningkatkan nilai plasma nutfah tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2015 di Laboratorium Pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Jl. Raya Tlekung No.1 Junrejo, Batu, Jawa Timur. Analisis kromosom dilakukan menggunakan metode squash (Komarudin, 2005). Analisis molekuler dilakukan menggunakan markah Simple Sequence Repeat (SSR) dengan 3 primer yaitu TAA41, TAA15 dan CAT01. Pengamatan pada analisis kromosom adalah jumlah kromosom yang terlihat pada mikroskop dengan perbesaran obyektif 100x dan okuler 10x pada setiap sampel yang diujikan. Pengamatan analisis keragaman genetik menggunakan markah SSR adalah dengan melihat pola pita (band) yang tampak pada hasil elektroforesis untuk setiap sampel yang diujikan. Hasil pengamatan jumlah kromosom dan molekuler pada tanaman jeruk Siam Madu hasil kultur endosperma dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis sitologis pada 25 aksesi jeruk Siam Madu hasil kultur endosperma menunjukkan bahwa 13 aksesi memiliki ploidi triploid (2n=3x=27) yaitu SM 8, SM 10, SM 12, SM 17, SM 18, SM 36, SM 38, SM 39, SM 41, SM 47, SM 51, SM 56, dan SM 57. Satu aksesi yaitu SM 23 memiliki ploidi haploid (2n=x=9), sedangkan 11 aksesi memiliki ploidi diploid (2n=2x=18) yaitu SM 7, SM 9, SM 11, SM 35, SM 37, SM 43, SM 45, SM 49, SM 54, SM 58, SM 59. Hal tersebut sesuai dengan ii pernyataan Gmitter et al. (1990) bahwa populasi sel endosperma yang heterogen dapat menyebabkan variasi jumlah kromosom pada tanaman yang diregenerasikan. Jaringan nuselus yang ada pada endosperma kemungkinan menjadi penyebab sel yang diregenerasikan menjadi diploid. Hasil analisis molekuler pada 25 aksesi Jeruk Siam Madu hasil kultur endosperma menunjukkan adanya keragaman genetik dengan menggunakan primer TAA41. Sedangkan pada primer TAA15 dan CAT01 tidak terlihat polimorfisme. Hal ini dapat dimungkinkan karena primer yang digunakan belum dapat mendeteksi adanya perubahan genetik. Keragaman genetik yang tampak pada hasil amplifikasi DNA aksesi Jeruk Siam Madu hasil kultur endosperma kemungkinan akibat variasi somaklonal selama proses kultur in vitro. Sumber eksplan yang digunakan untuk meregenerasikan tanaman Jeruk Siam Madu triploid berasal dari endosperma tanaman kontrol yang memiliki ploidi triploid sehingga kemungkinan pola pita yang tampak pada hasil amplifikasi akan sama dengan kontrolnya.