Model Komunikasi Perusahaan Dalam Meningkatkan Potensi Kakao Sebagai Komoditas Wisata Edukasi Kampung Coklat Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar
Main Author: | Berutu, IndriSrivanyYesica |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130851/ |
Daftar Isi:
- Kampung Coklat sebagai perusahaan yang mengangkat tema wisata berbasis edukasi menggunakan kakao sebagai komoditas utama. Peningkatan potensi kakao sebagai komoditas utama wisata memiliki peluang besar. Potensi kakao sebagai komoditas utama wisata didukung oleh kegiatan edukasi yang diberikan pada masyarakat. Kegiatan edukasi yang berlangsung di Kampung Coklat melibatkan interaksi langsung antara pengunjung dengan pemandu (pihak perusahaan) sebagai penyampai edukasi. Kegiatan edukasi pada pengunjung mengandung kegiatan komunikasi didalamnya. Komunikasi menjadi salah satu faktor terpenting yang membantu perusahaan menyampaikan informasi tentang kakao pada para pengunjung. Kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan tentu akan membentuk sebuah model. Model komunikasi merupakan gambaran sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.. Penelitian ini bertujuan (1)menganalisis proses komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan pengunjung Kampung Coklat, (2)menganalisis model komunikasi yang dilakukan perusahaan terhadap pengunjung Kampung Coklat dalam upaya meningkatkan potensi kakao sebagai komoditas wisata, (3)mendeskripsikan persepsi pengunjung terhadap model komunikasi yang diterapkan perusahaan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di Wisata Edukasi Kampung Coklat Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tempat wisata ini merupakan salah satu pengguna model komunikasi dalam tujuannya meningkatkan potensi kakao lokal. Informan terdiri dari empat orang pemandu, satu orang EO (Event Organizer) dan empat puluh pengunjung yang masuk kedalam tiga paket yaitu paket anak-anak, paket SD-SMP, dan paket SMA-(non)Mahasiswa. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis persepsi dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. proses komunikasi, Lembaga KSU GUYUB SANTOSO berperan sebagai sumber pesan edukasi yang menyusun kurikulum. Pemandu berperan sebagai komunikator, pengunjung berperan sebagai komunikan, materi edukasi sebagai pesan komunikasi, megaphone sebagai media komunikasi, sanggahan dari pengunjung sebagai respon komunikasi dan pemahaman mengenai kakao sebagai efek dari komunikasi. Dari ketujuh komponen terdapat satu komponen komunikasi yang tidak bekerja secara maksimal yaitu media. Media yaitu megaphone hanya menjadi sarana yang digunakan komunikator untuk memperjelas penyampaian pesan bukan membantu memberi pesan. Megaphone sebagai sumber pusat suara. Hal ini mengakibatkan ketika komunikan tidak mendengarkan sumber suara tersebut, maka komunikan akan kehilangan pesan atau informasi. Kurang maksimalnya salah satu komponen tersebut mengakibatkan terjadinya kemacetan komunikasi atau peenyampaian pesan tidak bekerja maksimal. 2. terdapatdua model komunikasi yang ada pada kegiatan edukasi Kampung Coklat. Pada paket ii anak-anak, model komunikasi yang digunakan adalah model linear dimana komunikan hanya bertindak sebagai penerima pesan dan komunikator hanya bertindak sebagai pengirim pesan.Pada paket SD-SMP, model komunikasi yang digunakan adalah model interaksional, dimana komunikan tidak hanya bertindak sebagai pengirim pesan, tapi juga dapat memberikan feedback kepada komunikator dan begitu pula sebaliknya. Pada paket edukasi SMA-(non)Mahasiswa, model komunikasi yang digunakan adalah model komunikasi transaksional, dimana pada saat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan terdapat efek komunikasi yaitu pemahaman makna dari tujuan dilakukannya komunikasi. Terdapat tiga efek sebagai tujuan awal dilakukannya kegiatan edukasi yaitu pengunjung memahamai setiap materi sesuai dengan yang dimaksudkan pemandu, pengunjung melakukan kunjungan kembali ke Kampung Coklat, dan merekomendasikan Kampung Coklat kepada oranglain. 3. Persepsi pengunjung terhadap pemandu sebagai komunikator terdiri dari beberapa aspek yang kemudian digolongkan dengan “baik” dan “kurang baik”. Persepsi pengunjung terhadap pemandu berdasarkan aspek sikap tubuh 3. Proses dan model komunikasi yang diterapkan di Kampung Coklat, kemudian menghasilkan beberapa persepsi dari pengunjung. Persepsi terhadap pemandu sebagai komunikator dan persepsi terhadap efektifitas komunikasi. Sebagai komunikator, pengunjung memiliki persepsi “Baik”. Kemudian persepsi terhadap efektifitas komunikasi oleh pengunjung masuk dalam kategori “Kurang Baik”. Sehingga saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: Kepada pengelola Wisata Edukasi Kampung Coklat agar lebih meningkatkan pelatihan pada pemandu wisata agar dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai komunikator yang baik. Kepada pengelola Wisata Edukasi Kampung Coklat, perbaikan proses komunikasi dari segi media, yaitu penggunaan megaphone. Megaphone kurang mendukung penyampaian materi secara maksimal. Penambahan hand-out materi dapat membantu pengunjung menerima rangkuman sekilas mengenai materi dan dapat meningkatkan penggunaan media sebagai alat komunikasi. Kepada pengelola Wisata Edukasi Kampung Coklat, model transaksional tidak dapat diterapkan seluruhnya pada setiap kategori paket edukasi. Perapan model interaksional lebih baik diterapkan pada pengunjung edukasi kategori paket anak-anak dan paket SD serta SMP. Penerapan model transaksional lebih baik hanya diterapkan pada pengunjung kategori paket SMA-(non)Mahasiswa. Kepada pengelola Wisata Edukasi Kampung Coklat serta pemandu sebagai komunikator agar menjalin hubungan sosial yang baik dengan pengunjung sehingga dapat memperbaiki persepsi pengunjung dari segi efektifitas komunikasi pada faktor hubungan sosial. Disarankan pula memberikan penekanan terhadap Kampung Coklat sebagai wisata edukasi bukan sekedar wisata saja.Sehingga pada efektifitas komunikasi dari faktor tindakan, pengunjung tidak hanya merekomendasikan Kampung Coklat sebagai tempat wisata saja namun tetap merekomendasikan kegiatan wisata edukasinya.