Efisiensi Pemasaran Bawang Prei Semi-Organik Di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur
Main Author: | Pratama, YockiSurya |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130849/ |
Daftar Isi:
- Bagi negara-negara berkembang, pertanian organik merupakan hal yang belum dapat terlaksanakan secara menyeluruh. Fase peralihan dari sistem pertanian konvensional menjadi organik dikenal dengan istilah pertanian semi-organik. Pertanian semi-organik merupakan teknik budidaya pertanian yang masih menggunakan bahan kimia sintetis namun dengan dosis penggunaan yang minim. Desa Torongrejo menjadi salah satu desa yang turut berpartisipasi pada program “Batu Go Organic”. Melalui program tersebut beberapa petani melakukan pertanian semi-organik sebagai langkah awal menuju pertanian organik. Desa Torongrejo dikenal sebagai salah satu desa yang menjadi daerah sentra produksi hasil pertanian hortikultura bawang daun/ prei di Kota Batu, Jawa Timur dengan jumlah produksi bawang daun dan prei pada Desa Torongrejo yakni 567 ton. Jumlah produksi yang tinggi tersebut harus diimbangi dengan pemasaran yang baik. Pada kenyataannya bila terdapat suatu permasalahan pada aspek pemasaran yang apabila tidak segera diatasi ditakutkan nantinya akan memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan petani beserta keberlanjutan program itu sendiri. Permasalahan tersebut terdapat pada lemahnya posisi petani dalam memasarkan bawang prei semi-organiknya sehingga mengakibatkan rendahnya harga di tingkat petani. Lemahnya petani dalam memasarkan bawang prei semi-organik disebabkan oleh beberapa kendala seperti lokasi produksi yang jauh dari pasar, keinginan untuk tidak ingin menanggung beban resiko dalam memasarkan hasil produksi hingga ke konsumen, sehingga biasanya petani memiliki kecenderungan untuk menjual semua hasil panennya secara kepada lembaga pemasaran. Oleh karena itu, penting untuk dikaji penelitian mengenai efisiensi pemasaran bawang prei semiorganik di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi saluran pemasaran dan lembaga pemasaran bawang prei semiorganik beserta dengan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, 2) menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga petani, share biaya pemasaran dan share keuntungan, serta rasio keuntungan dan biaya pada tiap lembaga pemasaran 3) menganalisis tingkat efisiensi harga dan efisiensi operasional pemasaran bawang prei semiorganik. Responden petani dipilih melalui metode pengambilan secara sensus berdasarkan petani yang tergabung dan pernah berpartisipasi dalam program “Batu Go Organic” (pada rentang waktu 2013-2015). Cara pengambilan sampel responden lembaga pemasaran dilakukan dengan teknik snowball sampling produsen (petani) hingga kepada konsumen akhir. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yakni analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan saluran pemasaran, lembaga pemasaran, dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan nilai marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga, rasio keuntungan dan biaya, efisiensi harga, dan efisiensi operasional. ii Saluran pemasaran bawang prei semi-organik di Desa Torongrejo memiliki tiga macam saluran pemasaran dengan lembaga pemasaran yang melibatkan petani, tengkulak, pedagang besar daerah, dan pedagang pengecer. Keseluruhan lembaga tersebut terlibat pada saluran pemasaran I yang menjadi saluran pemasaran bawang prei terpanjang. Sedangkan saluran pemasaran bawang prei terpendek terdapat pada saluran II dan III, yang mana pada setiap saluran pemasarannya hanya melibatkan petani – Tengkulak/ Pedagang besar daerah – Pedagang pengecer – Konsumen akhir. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani pada setiap saluran pemasaran hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja. Sedangkan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran antara lain adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pemetikan/pemanenan, bongkar muat, transportasi, penimbangan, dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (informasi pasar, sewa kios, dan informasi pasar). Saluran pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, karena memiliki nilai marjin pemasaran terendah, yaitu Rp 3920,-, dan farmer’s share harga yang paling tinggi, yaitu 50.51%. berdasarkan hal tersebut berarti bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada saluran pemasaran III telah mendapatkan keuntungan. Tingkat efisiensi harga pemasaran bawang prei berdasarkan pendekatan transportasi dan processing dari ketiga saluran pemasaran di Desa Torongrejo dapat dikatakan efisien, disebabkan karena selisih harga pada setiap lembaga pemasaran bernilai lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata biaya transportasi dan processing. Sedangkan tingkat efisiensi operasional yang diukur dengan load factor efficiency dari fasilitas transportasi belum efisien secara merata, karena dari ketiga saluran pemasaran yang ada masih terdapat beberapa lembaga pemasaran yang mengangkut muatannya tidak sesuai dengan kapasitas angkut normal yang telah ditentukan. Sebaiknya pemerintah daerah perlu menetapkan standarisasi harga jual pada petani dalam memasarkan hasil bawang prei semiorganik nya, Sehingga, hal ini dapat meningkatkan pendapatan petani yang ada di Desa Torongrejo. Selain itu pemerintah perlu meningkatkan pelaksanaan program “Batu Go Organic” agar petani bawang prei di Desa Torongrejo dapat senantiasa menjalankan usahataninya dengan berbasiskan pertanian organik. 2) Kepada kelompok tani yang berada di Desa Torongrejo dianjurkan secara bersama-sama mampu menciptakan kebijakan maupun strategi agar dapat mengembangkan usahatani bersama dan meningkatkan posisi petani dalam menawarkan hasil pertaniannya, seperti sistem pendanaan bersama. 3) Bagi lembaga pemasaran, sebaiknya kapasitas angkut yang dibawa harus memenuhi kapasitas angkut normal yang telah ditetapkan agar dapat meningkatkan nilai efisiensi operasionalnya. 4) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan pemasaran bawang prei semi-organik.