Keragaman Plasma Nutfah Bambu Di Kabupaten Malang Jawa Timur

Main Author: Prajaka, NanangWahyu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130833/
Daftar Isi:
  • Bambu merupakan tanaman monokotil (berkeping satu) dan termasuk keluarga rerumputan. Bambu dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam kerajinan seperti tudung saji, tempeh, tempat tissue dan topi. Bambu juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat musik dan berbagai macam kontruksi bangunan seperti peyangga bangunan, reng dan usuk. Selain itu, bambu juga dapat dijadikan tanaman penahan erosi tanah dan pengikat air tanah. Daerah Kabupaten Malang memiliki kondisi lingkungan dengan nilai kelembaban tertinggi mencapai 90,74% dan suhu rata-rata berkisar antara 26,1 – 28,30C. Memiliki curah hujan rata-rata 1.800 – 3.000 mm/tahun. Kondisi tersebut sesuai kriteria lingkungan hidup tanaman bambu. Maka dari penulis menduga bahwa di Kabupaten Malang banyak terdapat habitat bambu. Sesuai survei pendahuluan dan studi literatur, Kabupaten Malang memiliki jenis bambu yang beragam dengan hanya masih berdasarkan nama lokalnya saja. Data tersebut dapat menjadi landasan untuk melakukan identifikasi keragaman bambu yang ada di Kabupaten Malang. Identifikasi yang dilakukan pada tanaman bambu menurut Widjaja (2001) dapat diamati dari karakter morfologi bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bambu berdasarkan karakter morfologi, serta mengetahui keragaman jenis bambu yang ada di Kabupaten Malang. Hipotesis penelitian ini adalah didapatkan plasma nutfah bambu berdasarkan identifikasi karakter morfologi dan didapatkan keragaman plasma nutfah bambu di Kabupaten Malang. Kegiatan penelitian dilakukan mulai bulan April hingga Juli 2015 di Kabupaten Malang. Lokasi penelitian dilaksanakan pada 4 kecamatan yang ada di Kabupaten MalangJawa Timur. Setiap kecamatan terdiri dari dua desa yang menjadi tempat penelitian. Pertama Desa Tajinan dan Gunungronggo yang terletak di Kecamatan Tajinan. Kedua Desa Wonosari dan Sumber Dem yang terletak di Kecamatan Wonosari. Ketiga Desa Kidangbang dan Codo yang terletak di Kecamatan Wajak. Dan keempat Desa Peniwen dan Jambuer yang terletak di Kecamatan Kromengan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat tulis, penggaris, form pengamatan karakter morfologi bambu, kamera sebagai alat dokumentasi, meteran, pisau, gunting, parang, gergaji, cetok, pedoman color chart RHS, termometer, klinometer, dan altimeter. Bahan yang digunakan adalah kertas label, plastik sampel, tali rafia dan plasma nutfah bambu pada lokasi penelitian. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei yang meliputi observasi, pengamatan identifikasi morfologi tanaman bambu dan wawancara pada masyarakat setempat. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasarkan pada kesengajaan peneliti untuk mengamati obyek pengamatan yang dikehendaki. Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada aksesi bambu yang menjadi sampel pengamatan. Karakter kualitatif yang buluh, warna buluh muda, warna ii buluh tua, tipe percabangan, warna bulu pelepah buluh, bentuk kuping pelepah buluh, bentuk daun pelepah buluh, warna bulu pada daun pelepah buluh, bentuk daun, tulang daun, dan warna daun. Sedangkan karakter kuantitatif meliputi panjang ruas buluh (cm), diameter buluh (cm), jarak cabang dengan permukaan tanah (m), panjang kuping pelepah buluh (mm), panjang bulu kejur (mm), panjang bulu kejur pada kuping pelepah buluh (mm), panjang daun (cm), dan lebar daun (cm). Penelitian dengan metode survei menurut Nazir (2003), menggunakan penyajian data deskriptif untuk analisis data yang ada. Data yang diperoleh dari pengamatan lapang dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data tersebut digunakan untuk bahan identifikasi morfologi tanaman bambu sehingga diketahui jenis-jenis bambu yang ada di Kabupaten Malang. Acuan untuk mengidentifikasi bambu menggunakan referensi dari Widjaja (2001). Hasil dari pengamatan bambu berdasarkan karakter morfologi didapatkan 13 jenis bambu dengan masih menggunakan nama lokal daerah. Bambu-bambu yang ditemukan antara lain bambu ampel, bambu apus, bambu jabal, bambu jakarta, bambu jawa, bambu kuning, bambu ori, bambu petung, bambu rampal, bambu rampal kuning, bambu tutul, bambu wuluh, dan bambu wulung. Setelah diidentifikasi pada tingkat genus, ke- 13 bambu tersebut masuk dalam 5 genus bambu yaitu Bambusa, Schizostachyum, Gigantochloa, Dendrocalamus dan Phyllostachys. Bambu yang termasuk dalam genus Bambusa ialah bambu ampel, bambu kuning, bambu ori dan bambu tutul. Bambu yang termasuk genus Schizostachyum ialah bambu rampal kuning, bambu wuluh, bambu rampal dan bambu jabal. Bambu yang termasuk dalam genus Gigantochloa ialah bambu apus, bambu wulung, dan bambu jawa. Bambu yang termasuk genus Dendrocalamus hanya satu yaitu bambu petung, dan bambu yang masuk dalam genus Phyllostachys juga satu yaitu bambu jakarta. Pada identifikasi tingkat spesies, masing-masing bambu yang ditemukan dengan masih menggunakan nama lokal dapat ditentukan masing-masing nama ilmiahnya. Bambu ampel (Bambusa vulgaris), bambu apus (Gigantochloa apus), bambu jabal (Schizostachyum aequiramosum), bambu jakarta (Phyllostachys aurea), bambu jawa (Gigantochloa atter), bambu kuning (Bambusa vulgaris var. Striata.), bambu ori (Bambusa blumeana), bambu petung (Dendrocalamus asper), bambu rampal kuning (Schizostachyum brachycladum), bambu rampal (Schizostachyum zollingeri), bambu tutul (Bambusa maculata), bambu wuluh (Schizostachyum silicatum), dan bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea).