Observasi Plasma Nutfah Bambu Di Kabupaten Malang

Main Author: Octriviana, Riskyhanti
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130822/
Daftar Isi:
  • Bambu merupakan salah satu tanaman yang mudah ditemukan ditemukan di Indonesia untuk berbagai kepentingan khususnya di Pulau Jawa, dan pemanfaatannya sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ditemukan 80 genera, 1000 spesies bambu di dunia, dan kurang lebih 200 spesies dari 20 genera ditemukan di Asia, dan diperkirakan sekitar 60 spesies bambu tersebar di seluruh Indonesia (Wiyono, 2012). Bambu dapat tumbuh di dataran rendah hingga hutan hujan tropis dataran sedang dan tinggi dengan kisaran suhu 9-36 derajat celsius dan kisaran ketinggian 0-3000 mdpl. Bambu biasa tumbuh di hutan alami, hutan perkebunan, dan kawasan pedesaan yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (Yuniati, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keberadaan plasma nutfah bambu di Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Juni 2015, di Kabupaten Malang yang meliputi 4 (empat) kecamatan terdiri dari 3 (tiga) di Kecamatan Tajinan (Desa Tajinan, Gunungronggo, dan Purwosekar), Kecamatan Wonosari (Desa Wonosari dan Sumberdem), Kecamatan Wajak (Desa Kidangbang dan Codo), dan Kecamatan Kromengan (Desa Peniwen dan Jambuer). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, roll meter, pisau, kompas, penggaris, GPS (Global Positioning System), dan tali rafia, sedangkan bahan yang digunakan yaitu bambu yang berada di lokasi penelitian dan hasil wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi lapang dan wawancara. Analisa data disajikan dalam data deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja atau purposive sampling yaitu memilih informan yang memiliki dan mengetahui jenis–jenis tanaman bambu. Penelitian dilaksanakan dengan beberapa tahap antara lain survey pendahuluan yaitu menentukan lokasi sentra tanaman bambu di Kabupaten Malang, melakukan pencarian responden di daerah yang menjadi lokasi penelitian, melakukan wawancara, pengamatan analisis vegetasi dengan cara membuat plot ukuran 10 m x 10 m (plot pengamatan ditentukan secara sengaja berdasarkan keberadaan jenis tanaman bambu), pengambilan foto dokumentasi penelitian. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan analisis vegetasi berdasarkan gambaran seluruh obyek yang diamati meliputi kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan Indeks Nilai penting (INP). Berdasarkan hasil observasi didapatkan 75 sampel plot pengamatan Kecamatan Tajinan, Wajak, Wonosari, dan Kromengan. Ditemukan 13 jenis bambu antara lain bambu apus (Gigantochloa apus), jawa (Gigantochloa atter), petung (Dendrocalamus asper), rampal (Schizostachyum zollingeri), ampel (Bambusa vulgaris), ori (Bambusa blumeana), jabal (Schizostachyum brachycladum), wulung (Gigantochloa atroviolacea), wuluh (Schizostachyum silicatum), kuning (Bambusa vulgaris var. Striata), rampal kuning ii (Schizostachyum brachycladum cv. Kuning), jakarta (Thyrsostachys siamensis), dan tutul (Bambusa maculata). . Di Kecamatan Tajinan Desa Tajinan bambu ditemukan pada 2 dusun yaitu dusun Karangnongko dan Dusun Klagen dengan 9 plot pengamatan terdapat 7 jenis bambu dengan nama lokal : bambu apus, jawa, petung, ampel, rampal, ori, dan wulung dengan INP tertinggi yaitu bambu rampal 0,66%. Desa Gunungronggo terdapat 6 jenis bambu : bambu apus, jawa, petung, ampel, rampal, dan ori dalam 14 plot pengamatan dengan INP tertinggi yaitu bambu jawa 0,47%. Selanjutnya Desa Purwosekar jumlah plot pengamatan 2 terdapat 6 jenis bambu : bambu apus, jawa, petung, jabal, tutul, dan wulung. INP tertinggi adalah bambu petung sebesar 0,59%. Kecamatan Wajak di Desa Kidangbang terdapat 22 plot pada empat dusun, 12 jenis bambu yang ditemukan antaralain bambu apus, jawa, petung, ampel , rampal, ori, tutul, kuning, rampal kuning, jakarta, wuluh, dan wulung dengan INP tertinggi yaitu bambu petung 0,44%. Selanjutnya Desa Codo Kecamatan Wajak jumlah total plot pengamatan yaitu 11 plot dengan 9 jenis bambu antara lain bambu apus, jawa, petung, ampel, rampal, ori, jabal, wulung, dan wuluh, INP tertinggi pada bambu apus sebesar 0,48%. Kecamatan Kromengan terdaapat 2 desa yaitu Desa Peniwen dan Desa jambuwer jumlah total 7 plot pengamatan. Jenis bambu yang ditemukan di Desa Peniwen 5 jenis antara lain bambu apus, jawa, petung, wuluh, dan ampel nilai INP tertinggi yaitu 0,79% pada bambu jawa. Sedangkan Desa Jambuwer ditemukan 6 jenis bambu antara lain bambu apus, jawa, petung, ampel, ori, dan wulung dengan INP tertinggi pada bambu petung sebesar 0,65%. Kecamatan Wonosari jumlah total plot pengamatan yaitu 10 plot yang meliputi Desa Sumberdem dan Desa wonosari. Terdapat tiga jenis bambu di kecamatan ini antara lain bambu apus, jawa, dan petung denga INP tertinggi babu jawa 16,07 di Desa Sumberdem dan INP tertinggi di Desa Wonosari yaitu bambu jawa 0,71%. Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari akar sampai daun. Masyarakat di Kabupaten Malang umumnya menggunakan buluh bambu dan rebung untuk dimanfaatkan menjadi berbagai macam kebutuhan. Buluh bambu adalah bagian utama dari bambu sekaligus menjadi penciri utama untuk membedakan jenis bambu satu dengan yang lain. Bambu dapat digunakan dalam beberapa aspek keperluan antara lain keperluan rumah, industri, konstruksi, kerajinan, dan konservasi. Keberadaan jenis bambu berhubungan dengan pola masyarakat dalam memanfaatkan bambu. Indeks Nilai penting bambu apus, jawa, dan petung yang tinggi daripada jenis lain ditemukan pada semua daerah berbanding lurus dengan potensi pemanfaatan bambu.