Analisis Pendapatan, Kelayakan Usahatani, Dan Saluran Pemasaran Jagung (Zea Mays) Di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu
Main Author: | Wardhany, DearAzalliaKusuma |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130814/ |
Daftar Isi:
- Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas pangan yang strategis di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan posisinya sebagai bahan makanan sumber karbohidrat kedua setelah padi (Kasryno dan Suyamto, 2007). Jumlah produksi jagung di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Pada awal tahun 2014 Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi jagung sebanyak 19,83 juta ton dalam rangka swasembada pangan, dikarenakan pada tahun 2013 produksi jagung nasional yang dicapai hanya 18 juta ton. Desa Oro-Oro Ombo merupakan desa yang masih mempertahankan usahatani dengan komoditas pangan yaitu jagung di Kota Batu, dikarenakan sebagian besar lahan pertanian di desa tersebut berupa tegalan sebanyak 82,35 %. Menjalankan usahatani jagung tidak terlepas dari biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang dicapai. Penggunaan sarana produksi juga mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan petani. Penggunaan sarana produksi yang tidak terkontrol akan menyebabkan biaya produksi tinggi dan pendapatan yang diperoleh menurun sehingga usahatani yang dijalankan akan tidak layak. Selain itu dilihat dari pemasaran yang mendukung petani berusahatani jagung. Penelitian ini dalam rangka untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usahatani jagung di Desa Oro-Oro Ombo. Pendapatan dan kelayakan usahatani jagung perlu diketahui, karena seiring banyaknya petani yang mulai beralih menanam komoditas hortikultura. Selain itu juga mendeskripsikan saluran pemasaran jagung yang ada di Desa Oro-Oro Ombo untuk mengetahui pangsa pasar dan konsumen yang dilayani. Penelitian ini dilakukan di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Metode penentuan responden petani dengan menggunakan stratified random sampling. Jumlah sampel adalah 29 petani. Sedangkan untuk penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara untuk mengumpulkan data primer dan dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder. Cara untuk menghitung pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya, sedangkan untuk menghitung kelayakan usahatani diperoleh dari hasil perbandingan antara penerimaan dan total biaya. Saluran pemasaran dan margin pemasaran dilihat dari jumlah biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Hasil perhitungan pendapatan dan kelayakan usahatani jagung di Desa Oro-Oro Ombo adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata total penerimaan petani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 16.767.996,-/hektar dengan rata-rata total biaya sebesar Rp 9.981.669,-/hektar sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 6.786.327,-/hektar dengan komponen biaya terbesar berada pada biaya tenaga kerja sebesar Rp 3.811.709,/hektar-. ii 2. Nilai R/C ratio yang diperoleh untuk usahatani jagung yaitu 1,68 yang artinya setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,68. Usahatani jagung di Desa Oro-Oro Ombo masih layak diusahakan dikarenakan usahatani jagung lebih mudah perawatannya, modal yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, selain itu beberapa petani juga memanfaatkan bagian tanaman jagung untuk pakan ternak sapi. 3. Bentuk saluran pemasaran jagung di Desa Oro-Oro Ombo hanya terdapat satu saluran pemasaran, yaitu dimulai dari petani dijuak ke pedagang pengumpul desa lalu yang terakhir dijual ke peternak ayam. Lokasi konsumen ini berada di Desa Ngaglik dan masih satu kecamatan dengan Desa Oro-Oro Ombo. Nilai marjin pemasaran jagung sebesar Rp 469/Kg dengan farmer’s share sebesar 86,6 persen yang artinya petani memperoleh harga sebesar 86,6 persen yang diperoleh dari total harga yang dibayarkan oleh konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa diantaranya fungsi penjualan dengan harga Rp 3.500/Kg, fungsi pembelian dengan harga 3.031/Kg, fungsi pengolahan (pengeringan) dengan harga Rp 159,1/Kg, fungsi penyimpanan dengan biaya Rp 9,76, fungsi transportasi dengan biaya Rp 63,18/Kg dan fungsi pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Desa Oro-Oro Ombo masih menguntungkan dan layak diusahakan dengan saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul desa yang menjual jagung dalam bentuk pipilan kering kepada perusahaan peternak ayam sebagai pakan ternak di Desa Ngaglik, Kecamatan Batu. Saran untuk petani di Desa Oro-Oro Ombo adalah penggunaan faktor produksi pupuk perlu dikendalikan agar penggunaannya tetap efisien dengan kebutuhan atau dosis yang dianjurkan, demikian juga dengan penggunaan benih sehingga petani tidak terlalu mengeluarkan biaya berlebih dan dapat menghemat biaya produksi. Saran untuk lembaga pemasaran perlu untuk menambah atau memperbanyak saluran pemasaran lagi dan penjualan jagung tidak dijual hanya pada satu tempat namun juga ke pengecer lain sehingga konsumen yang dilayani bertambah. Demikian pula petani jagung akan lebih meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.