Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Ubi Kayu Dengan Jagung Di Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro
Main Author: | Warjani, DeviSri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130800/ |
Daftar Isi:
- Selera masyarakat terhadap kebutuhan pangan berubah seiring dengan banyaknya jenis makanan olahan yang siap saji dan praktis, serta mudah diperoleh. Menurut Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI (2012) pada umumnya industri yang bergerak di bidang pangan mengandalkan terigu sebagai bahan baku utama, akan tetapi saat ini sudah dikembangkan tepung pengganti terigu berbasis sumber daya lokal seperti ubi kayu. Salah satu kecamatan yang menjadi sentra produksi ubi kayu di Kabupaten Bojonegoro adalah Kecamatan Margomulyo. Hasil panen ubi kayu yang dihasilkan oleh para petani di Kecamatan Margomulyo diolah menjadi kripik singkong, emping singkong, kerupuk singkong, rengginang singkong, dan chip mocaf. Adanya peluang pasar potensial untuk produk olahan ubi kayu ini, seharusnya mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas ubi kayu sebagai bahan baku industri yang bergerak di bidang pangan. Namun terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu sumberdaya yang tersedia untuk memproduksinya semakin langka (rata-rata luas garapan per petani semakin kecil, iklim semakin sulit diprediksi, sumber daya air semakin langka, dan sebagainya). Di Kecamatan Margomulyo, luas lahan usahatani ubi kayu lebih sempit dibandingkan luas lahan tanaman jagung, selain itu tanaman ubi kayu banyak yang ditanam sebagai tanaman sampingan dan tanaman jagung sebagai tanaman utama. Desa Margomulyo merupakan salah satu wilayah penghasil tanaman ubi kayu dan jagung di Kecamatan Margomulyo. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), dengan luas panen tanaman ubi kayu di Desa Margomulyo sebesar 19 Ha pada tahun 2013 dapat dihasilkan produksi ubi kayu sebesar 570 ton, sedangkan untuk luas panen tanaman jagung sebesar 315 Ha dapat dihasilkan produksi jagung sebanyak 1.260 ton. Masih banyak petani yang hanya menanam ubi kayu sebagai tanaman sampingan termasuk petani di Desa Margomulyo, petani biasanya menanam padi dan jagung sebagai tanaman utama. Selain itu, petani lebih banyak memilih membudidayakan tanaman yang bisa dipanen dalam waktu yang cepat untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan budidaya tanaman ubi kayu membutuhkan waktu panen yang lebih lama dibandingkan tanaman jagung dimana tanaman ubi kayu membutuhkan waktu panen 8-9 bulan. Adanya hal tersebut dapat mengurangi minat petani untuk melakukan usahatani ubi kayu, padahal ubi kayu memiliki manfaat yang sangat beragam seperti tanaman jagung yang bisa dijadikan bahan pangan, pakan dan bahan baku pendukung industri. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah berapa besar biaya dan pendapatan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung, bagaimana kelayakan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung, serta bagaimana perbandingan biaya dan pendapatan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung di Desa Margomulyo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya dan pendapatan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung, menganalisis kelayakan usahatani ubi ii kayu dan usahatani jagung, serta menganalisis perbandingan biaya dan pendapatan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung di Desa Margomulyo. Penelitian ini dilakukan di Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Penentuan responden petani ubi kayu dilakukan dengan cara sensus untuk responden petani ubi kayu yang melakukan budidaya ubi kayu di lahan tegalan secara monokultur dengan jumlah 30 orang. Untuk penentuan responden petani jagung dilakukan menggunakan rumus perhitungan krejcie-morgan, dari 56 orang diambil secara acak sebanyak 31 orang untuk dijadikan sampel dengan mempertimbangkan bahwa petani tersebut membudidayakan jagung di lahan tegalan dengan pola tanam monokultur dalam kurun waktu 3 tahun atau lebih. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Untuk melihat berapa besar biaya dan pendapatan digunakan analisis usahatani, untuk melihat kelayakan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung digunakan analisis R/C Ratio dan untuk melihat bagaimana perbandingan biaya dan pendapatan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung digunakan analisis statistik uji beda rata-rata. Hasil analisis tujuan pertama menunjukkan bahwa rata-rata total biaya usahatani ubi kayu sebesar Rp 2.594.007/Ha/th dan rata-rata pendapatan adalah Rp 1.206.306/Ha/th. Pada usahatani jagung, rata-rata total biaya produksi adalah Rp 4.358.894/Ha/th dan rata-rata pendapatan adalah Rp 1.996.791/Ha/th. Hasil analisis tujuan kedua menunjukkan bahwa tingkat kelayakan usahatani ubi kayu dari hasil perhitungan R/C Ratio adalah sebesar 1,47 sedangkan pada usahatani jagung adalah sebesar 1,46. Kedua jenis usahatani ini masih menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena nilai R/C Ratio yang diperoleh adalah > 1, akan tetapi dari hasil perhitungan R/C Ratio yang diperoleh, menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu lebih layak diusahakan daripada usahatani jagung. Untuk hasil analisis tujuan ketiga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara usahatani ubi kayu dan usahatani jagung baik dari segi biaya maupun pendapatan yang diterima petani. Atas dasar hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kelayakan usahatani ubi kayu lebih layak dijalankan daripada usahatani jagung, maka kepada petani di daerah penelitian disarankan untuk tidak hanya menanam ubi kayu sebagai tanaman sampingan saja, akan tetapi sebaiknya menanam ubi kayu sebagai tanaman utama sehingga lahan untuk memproduksi ubi kayu juga semakin luas dan nantinya dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas ubi kayu. Untuk mengatasi rendahnya harga jual ubi kayu yang mempengaruhi rendahnya pendapatan usahatani ubi kayu, diharapkan adanya bantuan dari gapoktan di daerah penelitian untuk membantu petani memasarkan hasil panen ubi kayu agar harga ubi kayu yang dijual petani dapat lebih tinggi daripada harga jual ubi kayu sebelumnya. Kepada mahasiswa dan peneliti lain disarankan perlu penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan usahatani ubi kayu dan usahatani jagung karena dalam penelitian ini hanya menggunakan analisis kelayakan dengan R/C Ratio, sehingga analisis data belum sepenuhnya mewakili tingkat kelayakan suatu usahatani.