Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Pada Pematahan Dormansi Mata Tunas Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) Hasil Okulasi

Main Author: Trisnawan, AdeSyahrizal
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130798/
Daftar Isi:
  • Perkembangan jeruk di Indonesia cukup pesat, total produksi buah jeruk mencapai 1.926.543 ton pada tahun 2014 (Anonymous, 2014). Produksi jeruk nasional belum mampu memenuhi kebutuhan jeruk. Permasalahan utama disebabkan oleh teknik budidaya yang salah dan perbenihan jeruk yang kurang maksimal. Perbenihan jeruk selama ini dilakukan dengan teknik okulasi karena mempunyai keunggulan daripada teknik yang lain. Kelemahan teknik okulasi yaitu terdapat mata tunas dorman (tidur) yang dapat mencapai 20%, sehingga dalam perbenihan secara komersial sangat merugikan karena untuk menumbuhkan tunas baru memerlukan waktu yang lama dan memerlukan tambahan biaya. Mekanisme dormansi dapat dihilangkan oleh bahan perangsang pertumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan bahan yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ZPT yaitu Rootone-f, GA3, Ekstrak Bawang Merah, Air Kelapa Muda pada pematahan dormansi mata tunas tanaman jeruk dan mengetahui jenis dan frekuensi ZPT yang paling efektif. Hipotesis yang dapat diajukan adalah 1) Pemberian zat pengatur tumbuh mampu mematahkan dormansi hasil okulasi tanaman jeruk, 2) Jenis zat pengatur tumbuh GA 3 dengan 3 kali semprot memberikan hasil yang paling tinggi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Punten, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu. Penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai November 2014. Penelitian berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor pemberian ZPT dan frekuensi penyemprotan, diulang 3 kali dengan unit perlakuan 4 tanaman. Perlakuan tersebut adalah: 1) RFA (Rootone-F, 1 kali semprot), 2) RFB (Rootone-F, 2 kali semprot), 3) RFC (Rootone-F, 3 kali semprot), 4) GAA (GA3, 1 kali semprot), 5) GAB (GA3, 2 kali semprot), 6) GAC (GA3, 3 kali semprot), 7) BMA (Ekstrak Bawang Merah, 1 kali semprot), 8) BMB (Ekstrak Bawang Merah, 2 kali semprot), 9) BMC (Ekstrak Bawang Merah, 3 kali semprot), 10) KMA (Air Kelapa Muda, 1 kali semprot), 11) KMB (Air Kelapa Muda, 2 kali semprot), 12) KMC (Air Kelapa Muda, 3 kali semprot) dan 13) Kontrol (Tidak diperlakukan). Parameter pengamatan meliputi: kecepatan pecahnya mata tunas (hari), persentase mata tunas pecah (%), jumlah daun (helai), tinggi tunas (cm), diameter batang bawah dan diameter tunas (cm). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam RAL. Apabila dari hasil analisa terdapat pengaruh perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh nyata pada persentase pecah tunas umur 28 HSP. ZPT memberikan hasil lebih baik dibanding kontrol (K) dan jenis ZPT GA3 mampu memberikan hasil rerata persentase paling tinggi. Persentase tunas pecah paling tinggi dihasilkan oleh zat pengatur tumbuh GA3 dengan 3 kali semprot (GAC) pada 28 hari setelah perlakuan dan air kelapa muda tiga kali semprot (KMC) pada 84 hari setelah pengamatan. Perlakuan ZPT tidak memberikan pengaruh nyata pada kecepatan pecah tunas. Secara umum pemberian zat pengatur tumbuh tidak memberikan perbedaan yang nyata pada parameter pertumbuhan tanaman seperti tinggi tunas, jumlah daun, diameter batang dan tunas.