Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Agroindustri Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) Di Pt. Agung Bumi Agro, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Main Author: | Khamidah, NurIzzatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130776/ |
Daftar Isi:
- Agroindustri mampu meningkatkan nilai tambah melalui keterkaitan yang saling menguntungkan antara produsen dengan industri, penciptaan lapangan kerja baru, dan perbaikan distribusi pendapatan. Hal ini menyebabkan agroindustri akan menciptakan suatu bentuk sistem perekonomian yang dapat menjamin kesejahteraan masyarakat agar lebih mandiri. Adanya teknologi produksi tepung ubi kayu modifikasi (MOCAF) membuka peluang bisnis besar. Keberadaan tepung MOCAF sebagai alternatif dari tepung terigu akan bermanfaat bagi industri pengolahan makanan nasional. Jenis dan karakteristik yang hampir sama dengan terigu membuat tepung MOCAF menjadi pilihan yang sangat tepat untuk dikembangkan. Tingkat biaya (baik biaya investasi maupun biaya produksi) serta manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan agroindustri tepung MOCAF ini dapat menjadi pertimbangan PT. Agung Bumi Agro untuk lebih mengembangkan usahanya dalam merencanakan strategi yang dipilih dan berusaha untuk meraih keunggulan kompetitif. Pertimbangan pengembangan agroindustri tepung MOCAF dilakukan untuk menambah sumber pendapatan dalam usaha yang dikembangkan. Adanya fenomena tersebut maka penting dilakukan analisis kelayakan finansial agroindustri tepung MOCAF untuk mengetahui sejauh mana agroindustri yang dikembangkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan (pendapatan), menganalisis tingkat kelayakan pengembangan agroindustri tepung MOCAF dari aspek finansial, serta menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan agroindustri tepung MOCAF di PT Agung Bumi Agro terhadap perubahan biaya produksi dan harga produk. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah purposive sampling. Penentuan responden pada penelitian ini menggunakan narasumber kunci (key informan) yaitu seorang atau beberapa orang yang paling banyak menguasai informasi tentang objek yang akan diteliti berkaitan dengan tujuan penelitian. Sedangkan metode pengumpulan data adalah dengan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diambil melalui penelusuran pustaka, dokumen, laporan, dan literatur oleh instansi, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian (Deptan), dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur (Disperindag). Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis cash flow yang meliputi analisis biaya, penerimaan, dan pendapatan, analisis kriteria investasi, serta analisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha agroindustri tepung MOCAF di PT. Agung Bumi Agro. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan tiga tahap yaitu analisis ii arus uang kas (cash flow), analisis kriteria investasi, dan analisis kepekaan (sensitivitas). Berdasarkan hasil analisis cashflow, biaya total selama 10 tahun yang dikeluarkan oleh agroindustri tepung MOCAF adalah sebesar Rp 23.958.318.750 dengan total penerimaan selama 10 tahun sebesar Rp 35.326.000.000 yang menghasilkan produk terjual sejumlah 2.078.000 bungkus kemasan 1 kg. Rata-rata pendapatan yang diperoleh per tahun adalah sebesar Rp 1.342.392.975 (2012-2022). Hasil analisis aspek finansial pada agroindustri tepung MOCAF ini layak untuk dijalankan atau dikembangkan yaitu dengan nilai NPV lebih dari nol sebesar Rp 5.083.864.542, IRR lebih besar dari tingkat discount factor rate (10 persen) yaitu sebesar 31 persen, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,31 dan payback period kurang dari umur proyek yaitu selama 3,994802586 (4 tahun) arti data tersebut menunjukkan bahwa agroindustri secara finansial layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas pertama dengan peningkatan biaya produksi tepung MOCAF sebesar 5 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 3.360.473.764, IRR lebih besar dari suku bunga (10 persen) yaitu 44 persen, dan Net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,34. Saat sensitivitas peningkatan biaya produksi sebesar 10 persen diperoleh nilai NPV Rp 3.153.543.469, IRR lebih besar dari suku bunga (10 persen) yaitu 43 persen, dan Net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,31. Pada kenaikan biaya produksi sebesar 15 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp 2.946.613.175, IRR lebih besar dari suku bunga (10 persen) yaitu sebesar 42 persen, dan Net B/C rasio lebih besar atau sama dengan satu yaitu sebesar 1,28. Hasil uji analisis sensitivitas yang kedua yaitu kenaikan harga bahan baku sebesar 15 persen diperoleh NPV sebesar Rp 464.282.816, IRR lebih dari suku bunga (10 persen) yaitu sebesar 28 persen, dan Net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,39. Pada kenaikan harga bahan baku sebesar 20 persen diperoleh NPV sebesar Rp 287.512.849, IRR lebih besar dari suku bunga (10 persen) yaitu 27 persen, dan Net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu 1,02. Sedangkan pada kenaikan 25 persen diperoleh NPV sebesar Rp 110.742.882, IRR lebih besar dari suku bunga (10 persen) yaitu 26 persen, dan Net B/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,01. Dari semua hasil uji analisis sensitivitas menjelaskan bahwa beberapa kriteria yang telah diujikan tersebut ada yang masih layak untuk dijalankan atau dikembangkan yaitu pada peningkatan biaya produksi dan kenaikan harga bahan baku sehingga dapat dikembangkan untuk usaha lebih lanjut dan tidak sensitif terhadap peningkatan biaya produksi dan kenaikan harga bahan baku. Pengembangan agroindustri dapat dilakukan dengan memperbesar usaha promosi produk tepung MOCAF karena tidak semua orang mengenal tepung MOCAF yang tergolong produk baru sehingga permintaan terhadap produk tersebut meningkat. Agroindustri disarankan untuk lebih memperluas kerjasama dengan petani sehingga dapat meningkatkan volume penjualan tepung MOCAF serta mampu mengendalikan harga ubi kayu dengan harga yang stabil setiap hari. Selain itu, dengan adanya kerjasama dengan petani ubi kayu, agroindustri dapat mengurangi biaya pengeluaran transportasi dan kualitas bahan baku dapat dikontrol.