Dinamika Populasi Wereng Batang Coklat Nilaparvata Lugens Stal. (Hemiptera: Delphacidae) Dan Predator Generalis Pada Pertanaman Padi Pasca Penerapan Rekayasa Ekosistem
Main Author: | Hasan, MuhammadNawabal |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130764/ |
Daftar Isi:
- Beras (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditi pangan utama dunia. Beras merupakan makanan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia. Dalam usaha budidaya, khususnya komoditi beras tidak terlepas dari hambatan. Salah satu hambatan yang kerap menjadi penghambat dalam usaha budidaya adalah gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Nilaparvata lugens Stal (Hemiptera: Delphacidae) atau yang umum dikenal dengan Wereng Batang Coklat (WBC) merupakan salah satu OPT yang kerap menjadi permasalahan bagi petani di Indonesia. Dalam menangani permasalahan WBC, konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan pilihan strategi budidaya yang potensial dilakukan.Salah satu pengembangan penerapan dari konsep PHT adalah aplikasi rekayasa ekosistem. Rekayasa ekosistem melalui manipulasi habitat ekosistem dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan keberadaan musuh alami, salah satunya golongan predator generalis.Penelitian ini dilakukan untuk mengamati perkembangan populasi WBC dan predator generalis pasca penerapan rekayasa ekosistem. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman padi yang berlokasi di Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2015. Tempat penelitian merupakan lahan pertanaman yang sebelumnya telah menerapkan rekayasa ekosistem selama tiga musim tanam berturut-turut. Penelitian dilakukan dengan mengamati populasi WBC, jumlah predator generalis, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta analisa usahatani pada petak perlakuan yang terdiri dari perlakuan PHT berbasis rekayasa ekosistem (PHT-RE), PHT konvensional (PHT), dan budidaya konvensional.Data hasil pengamatan populasi WBC, predator generalis, hasil produksi, dan analisis usahatani yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis pada taraf kesalahan 5%. dan apabila terdapat perbedaan secara nyata, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Mann-Whitney U. Selain itu digunakan juga uji MANOVA dan uji lanjut Benferoni apabila terdapat hasil yang berbeda nyata pada taraf kesalahan 5%, untuk data pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Populasi WBC pada perlakuan PHT-RE dan PHT tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata, namun keduanya berbeda nyata dibandingkan perlakuan budidaya konvensional. Pada perlakuan budidaya konvensional menghasilkan nilai rerata populasi sebesar 14,27 ekor, lebih tinggi daripada nilai rerata peringkat PHT ii (8,55ekor) dan PHT-RE (8,73 ekor). Populasi tertinggi WBC terdapat pada perlakuan konvensional. Predator generalis yang ditemukan pada saat pengamatan terdiri dari Laba-laba (dari kelompok: Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, Thomisidae, Tetranigthidae, dan Aranidae), Capung (dari kelompok: Aeshnidae, Ghompidae, Coenagrionidae), Kumbang kubah (Coccinelidae), Kumbang Botol (Ophionea indica), Tomcat (Paederus sp.), dan juga ditemukan predator spesialis Cyrtorhinus lividipennis. Populasi predator generalis yang ditemukan pada petak PHT-RE sejumlah 1069 ekor, pada petak PHT sejumlah 656 ekor, dan pada petak konvensional sejumlah 426 ekor. Untuk predator spesialis, populasi yang ditemukan pada petak PHT sejumlah 117 ekor, pada petak PHT sejumlah 104 ekor, dan petak konvensional sejumlah 44 ekor. Hasil usahatani (Rasio pendapatan/BCR) yang diperoleh pada perlakuan PHT-RE sebesar 3,78 dan PHT sebesar 3,25. Hasil usahatani kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan hasil usahatani pola konvensional. Pada pola perlakuan konvensional menghasilkan nilai BCR sebesar 1,84.