Analisis Usahatani Tebu Pada Sistem Bongkar Ratoon Dan Keprasan Di Desa Nglumbang, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri
Main Author: | Herlambang, Luhur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130757/ |
Daftar Isi:
- Usahatani tebu di Indonesia umumnya terdapat 2 sistem budidaya yaitu bongkar ratoon dan keprasan. Sistem budidaya tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sebagai tempat untuk budidaya tebu. Kabupaten Kediri merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang petaninya banyak menggunakan komoditas tebu sebagai tanaman budidaya. Desa Nglumbang adalah salah satu desa di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Komoditas favorit yang dibudidayakan oleh petani di Desa Nglumbang adalah tanaman tebu yang menggunakan sistem bongkar ratoon dan keprasan. Petani tebu di Desa Nglumbang sebagian besar menggunakan sistem keprasan dan akan menggunakan sistem bongkar ratoon ketika produksi tebu dirasa jauh mengalami penurunan. kegiatan ini dilakukan dengan alasan menurunnya harga jual tebu, meningkatnya upah tenaga kerja, dan mahalnya harga bibit tebu. Sistem keprasan dan bongkar ratoon ini tentunya memiliki tingkat pendapatan dan produktivitas yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan teknis usahatani tebu pada sistem bongkar ratoon dan sistem keprasan di Desa Nglumbang, menganalisis tingkat produktivitas dan pendapatan petani tebu yang menggunakan sistem bongkar ratoon dan keprasan di Desa Nglumbang, menganalisis efisiensi usahatani tebu yang menggunakan sistem bongkar ratoon dan sistem keprasan di Desa Nglumbang. Metode analsis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang datanya kemudian diolah menggunakan Ms. Excel dan SPSS serta analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan keadaan yang ada di lapang dan berhubungan dengan masalah penelitian yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian besarnya rata-rata pendapatan petani respoden adalah sebesar Rp. 23.712.562 untuk usahatani tebu sistem bongkar ratoon, Rp. 25.047.128 pada sistem keprasan awal, dan Rp. 19.255.327 untuk sistem kepras akhir. Rata-rata total produktivitas tebu adalah sebesar 144.2 ton/ha untuk usahatani tebu sistem bongkar ratoon, 124.9 ton/ha pada sistem keprasan awal, dan 104.3 ton/ha untuk sistem kepras akhir. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi menggunakan analisis R/C Ratio diketahui bahwa sistem usahatani tebu sistem keprasan awal, dan sistem keprasan akhir adalah efisien dan layak untuk diusahakan dengan tingkat efisiensi tertinggi terdapat pada sistem keprasan awal dengan nilai 3, selanjutnya adalah sistem keprasan akhir dengan nilai 2,5 ,dan sistem bongkar ratoon dengan nilai 2,2. Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan yaitu : 1. Petani tebu di Desa Nglumbang direkomendasikan untuk menggunakan sistem bongkar ratoon dan keprasan awal karena memiliki profit yang lebih tinggi dari pada menggunakan sistem usahatani keprasan akhir, 2. Petani dengan modal kecil juga dapat menggunakan sistem keprasan akhir karena lebih efisien dari pada vi sistem bongkar ratoon meskipun memiliki pendapatan yang lebih rendah, 3. Pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan sebaiknya pemerintah daerah melanjutkan bantuan bibit untuk program bongkar rotoon khususnya untuk desa yang belum mendapat bantuan pada program sebelumnya seperti di Desa Nglumbang karena berdasarkan penelitian dihasilkan data yang menunjukan permasalahan yang dihadapi petani yaitu mahalnya biaya untuk pembelian bibit tebu.