Studi Agregat Tanah Dan Hubungannya Dengan Bahan Organik Tanah Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Sub Das Brantas Hulu
Main Author: | Nusabakti, Semeru |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130738/ |
Daftar Isi:
- DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan daerah yang diperuntukkan menjadi daerah serapan, penyimpan, dan penyalur air. Persepsi umum yang banyak berkembang saat ini adalah hutan merupakan penggunaan lahan yang tepat agar DAS dapat menjalankan fungsinya. Hal tersebut terjadi karena asupan bahan organik secara kualitas dan kuantitas pada lahan hutan sangat tinggi. Bahan organik tanah sendiri memiliki fungsi mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregat-agregat yang mantap. Sehingga tanah tidak mudah hancur saat energi kinetik hujan menghantam tanah. Saat agregat tanah tidak mantap, hantaman air hujan pada permukaan tanah akan mengakibatkan permukaan tanah hancur menjadi partikel-partikel kecil yang menyumbat pori tanah. Hal ini mengakibatkan air sulit untuk masuk kedalam tanah, sehingga limpasan permukaan tinggi. Dengan besarnya limpasan permukaan, semakin sedikit air yang masuk dan atau tersimpan dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) Mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap kandungan bahan organik tanah dan agregat tanah, dan 2) Mengetahui hubungan antara bahan organik tanah dengan agregat tanah. Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Penggunaan lahan hutan alami memiliki bahan organik tanah paling tinggi dan agregat yang mantap dibandingkan dengan penggunaan lahan agroforestri, monokultur, dan lahan terbuka, dan 2) Semakin tinggi bahan organik, semakin meningkat kemantapan agregatnya. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai dampak penggunaan lahan terhadap bahan organik tanah dan agregasi tanah sehingga dapat menjadi acuan untuk kelestarian DAS. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014-Januari 2015 di Sub DAS Brantas Hulu, Kota Batu. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 4 penggunaan lahan, yaitu hutan, agroforestri, monokultur (kubis, brokoli, dan wortel), dan lahan terbuka. Parameter yang diamati adalah kemantapan agregat, bahan organik, tekstur, berat isi, berat jenis, porositas total, dan permeabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan C-organik tertinggi terdapat pada penggunaan lahan hutan sebesar 2,29 % dan terendah terdapat pada penggunaan lahan monokultur sebesar 1,20 %. Dari hasil analisa kemantapan agregat, tanah pada seluruh penggunaan lahan termasuk dalam kelas sangat stabil sekali dengan nilai tertinggi dimiliki oleh penggunaan lahan agroforestri sebesar 4,98 mm dan terendah pada penggunaan lahan lahan terbuka sebesar 4,24 mm. Hasil analisis korelasi dan regresi antara C-organik dan kemantapan agregat menghasilkan nilai r=0,30 dan R2=0,09.