Pengaruh Pemberian Air Kelapa Pada Beberapa Batang Atas Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Hasil Okulasi

Main Author: Manurung, DesriEB
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130736/
Daftar Isi:
  • Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, agribisnis karet juga merupakan sumber devisa bagi negara. Pemasok bahan baku tanaman karet sangat berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah pengembangan tanaman karet (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Permasalahan utama usaha perkebunan tanaman karet di Indonesia adalah rendahnya produktivitas hasil yang didapatkan yakni ±800 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya tingkat penggunaan benih karet unggul yang ditanam oleh petani sekitar ± 40%. Sisanya masih menggunakan bahan tanam asal benih (seedling) dengan pemeliharaan yang kurang tepat. Selain itu, rendahnya produktivitas di Indonesia disebabkan oleh tanaman karet yang sudah tidak produktif, dengan hasil kurang dari 250 kg/ha/tahun. Air kelapa merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan juga telah lama dikenal sebagai zat tumbuh. Pemacuan untuk meningkatkan pertumbuhan okulasi karet adalah dengan mengaplikasikan pemberian air kelapa. Zat pengatur tumbuh secara fisiologis dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Lawalata (2011), menyatakan bahwa air kelapa memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari interaksi pemberian air kelapa pada beberapa klon batang atas (entres) dan mendaptkan persentase pemberian air kelapa yang tepat terhadap pertumbuhan tanaman karet hasil okulasi. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara jenis klon batang atas (entres) dan pemberian air kelapa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman karet hasil okulasi. Percobaan ini dilakukan di lahan pembibitan karet Afdeling Wonojati, PT Perkebunan Nusantara XII, Kebun Glantangan, Jember, Jawa Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris, alfaboard, spidol,polibag, kamera,bambu, pasir, tanah, pupuk kandang, cangkul, sabit, gembor,cetok, gayung, ember, jirigen, meteran, waring, pH meter, timbangan analitik, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain klon batang entres BPM 24, RRIC 100 dan PB 260 yang berumur 9 bulan dari waktu peremajaan dengan diameter batang 8 cm dan batang bawah klon GT 1 umur 9 bulan dengan diameter batang 8 cm yang diperoleh dari PTP Nusantara XII Jember, kebun Glantangan, Afdeling Wonojati, Jawa Timur, dan pemberian air kelapa dengan. Percobaan faktorial ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) telah dilaksanakan dengan 2 faktor perlakuan, yaitu jenis batang atas (RRIC 100, BPM 24, dan PB 260) dan air kelapa (kontrol, 50%, 100%, dan 50%+100%). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan okulasi (%), saat muncul ii tunas (HSO), panjang tunas (cm), saat muncul tunas payung dua (HSO), jumlah payung, jumlah daun (helai), luas daun (cm2). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji F dengan taraf 5%, apabila ada beda nyata antara perlakuan maka hasil analisis diuji lanjut dengan BNT 5 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa (1). Tidak terjadi interaksi pemberian air kelapa dan jenis batang atas terhadap semua parameter pengamatan pada pertumbuhan karet hasil okulasi; (2). Jenis klon batang atas (entres) PB 260 menunjukkan pengaruh yang nyata pada parameter pengamatan persentase keberhasilan okulasi (%) dengan tingkat keberhasilan 95,83% dibandingkan dengan BPM 24 dan RRIC 100 dengan tingkat keberhasilan okulasi masing-masing adalah 88,89% dan 86,11%; saat muncul tunas okulasi (hari setelah okulasi) klon PB 260 menunjukkan saat muncul tunas okulasi yang paling cepat, yaitu 34,08 HSO, jumlah daun (helai) klon PB 260 menunjukkan jumlah daun terbanyak, yaitu 15,33 helai, dan luas daun (cm2) klon PB 260 dengan 152,34 cm2 berbeda nyata dibandingkan dengan jenis batang atas RRIC 100 dan BPM 24 masing-masing adalah 117,59 cm2 dan 113,69 cm2; (3). Pemberian 50% air kelapa menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter pengamatan panjang tunas (cm) pada 66 HSO dan 100% air kelapa terhadap luas daun (cm2) pada 115 HSO.