Keunggulan Komparatif Dan Kompetitif Tepung Tapioka (Studi Kasus Sentra Agroindustri Pengolahan Tepung Tapioka Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek)
Main Author: | Salma, Sausan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130728/ |
Daftar Isi:
- MEA (masyarakat ekonomi ASEAN) merupakan salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision yang awalnya direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun 2020. Rencana tersebut kemudian dimajukan ke tahun 2015. MEA akan memberikan kebebasan dalam memasarkan produk yang dihasilkan suatu negara di ASEAN. Salah satu kerangka strategis yang mendasari perwujudan MEA adalah pencapaian kawasan ekonomi yang berdaya saing. Strategi nasional dalam meningkatkan daya saing untuk menghadapi liberalisasi perdagangan yang menuntut pengembangan kualitas sumberdaya manusi dan produk yang dihasilkan sehingga mampu bersaing di pasar global. Dampak dari perwujudan MEA ini antara lain Indonesia akan menghadapi kompetisi dengan negara- negara kuat seperti Vietnam, Thailand dan negara lainnya serta dengan aliran barang dari negara- negara tersebut. Oleh karena itu, untuk meminimalisir adanya aliran barang dari luar, Indonesia harus meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Salah satu produk dalam negeri yang menjadi komoditas perdagangan dunia adalah tepung tapioka. Menurut Masyarakat Singkong Indonesia (2011), Indonesia merupakan salah satu importir tepung tapioka dari Thailand, padahal Indonesia mampu memproduksi singkong 28 juta ton, sedangkan Thailand hanya memproduksi singkong sebesar 26 juta ton. Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki produksi ubi kayu. Menurut Kementrian Pertanian Indonesia (2012), produksi ubi kayu di Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan yaitu tercatat pada tahun 2010 sebesar 343,89 ton, tahun 2011 sebesar 380,313 ton dan tahun 2012 sebesar 441,121 ton. Kenaikan jumlah produksi ubi kayu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai upaya pemenuhan bahan baku tepung tapioka. Salah satu sentra agroindustri pengolahan tepung tapioka skala kecil adalah di Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis keunggulan komparatif tepung tapioka di sentra agroindustri Desa Pogalan, (2) untuk menganalisis keunggulan kompetitif tepung tapioka di sentra agroindustri Desa Pogalan dan (3) untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi dalam pengusahaan tepung tapioka di sentra agroindustri Desa Pogalan. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan perhitungan Domestic Resource Cost (DRC) untuk menganalisis keunggulan komparatif tepung tapioka dan Private Cost Ratio (PCR) untuk menganalisis keunggulan kompetitf tepung tapioka sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga dianalisis secara deskriptif. Hasil perhitungan menggunakan Domestic Resource Cost Ratio diperoleh nilai Domestic Resource Cost Ratio sebesar 0,73 yang berarti bahwa kegiatan pengolahan tepung tapioka memiliki keunggulan komparatif. Setiap menghasilkan atau menghemat satu satuan devisa (US$ 1) dapat diperoeh dengan menggunakan sumberdaya domestik sebesar US$ 0,73 (Rp 8549,76). Nilai 0,73 dapat diartikan bahwa setiap penggunaan biaya sebesar 0,73 persen akan mendapatkan ii keuntungan sebesar 0,27 persen dari total biaya yang digunakan. Nilai Private Cost Rasio sebesar 0,86 yang berarti bahwa Kegiatan pengolahan tepung tapioka di sentra agroindustri tepung tapioka di Desa Pogalan memiliki keunggulan kompetitif. Nilai tersebut lebih kecil dari satu maka untuk meningkatkan nilai tambah output sebesar satu satuan US$ 1 diperlukan tambahan biaya faktor domestic sebesar US$ 0,86 (Rp 10.072,32). Nilai PCR 0,86 dapat diartikan juga penggunaan biaya sebesar 0,86 persen akan memberikan keuntungan sebesar 0,14 persen dari total biaya yang digunakan. Beberapa kendala yang masih menghambat proses pengolahan tepung tapioka di sentra agroindustri Desa Pogalan meliputi pengadaan bahann baku yang musiman, sistem pemasaran yang belum baik, permodalan, teknologi masih sederhana dan lingkungan yang masih belum memadai untuk pembuangan limbah industri.