Analisis Peramalan Produksi dan Konsumsi Gula dalam Rangka Pencapaian Swasembada Gula di Indonesia
Daftar Isi:
- Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia, sehingga gula merupakan komoditas yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Produksi industri gula yang semakin menurun dari tahun ke tahun mengakibatkan adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi gula nasional. Oleh karena itu, pada tahun 2015-2020 pemerintah kembali merencanakan pengembangan industri gula setelah program pencapaian swasembada tahun-tahun sebelumnya tidak berhasil. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan Indonesia untuk berswasembada gula adalah dengan peramalan produksi dan konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi gula di Indonesia, 2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi gula di Indonesia, 3) Meramalkan produksi dan konsumsi gula tahun 2010-2025, dan 4) Mendeskripsikan kemampuan Indonesia untuk berswasembada gula tahun 2020. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder time series dalam kurun waktu 30 tahun mulai dari tahun 1980-2010. Data dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian (Kementan), Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun), Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan berbagai sumber lainnya (media elektronik dan media cetak). Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas hablur, luas areal usahatani tebu, rendemen tebu, produksi gula tahun sebelumnya, jumlah penduduk Indonesia, tingkat pendapatan masyarakat, konsumsi gula per kapita per tahun, dan konsumsi gula tahun sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15 untuk melakukan peramalan analisis regresi sehingga memperoleh persamaan yang mampu menggambarkan hubungan antara variabel dependen (produksi dan konsumsi gula) dengan variabel independen (produktivitas hablur, luas areal, rendemen, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan konsumsi gula per kapita). Hasil analisis dengan menggunakan metode Exponential Smoothing memperlihatkan model terbaik untuk meramalkan produksi dan konsumsi gula nasional adalah model parameter ganda Holt karena data yang digunakan cenderung mengalami trend peningkatan. Dari hasil peramalan dengan menggunakan model Exponential Smoothing diperoleh data bahwa pada tahun 2011-2025 masih terdapat defisit neraca gula sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia belum mampu mencapai swasembada gula nasional. Hasil analisis regresi menujukkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produksi gula nasional adalah produktivitas hablur, luas areal, dan rendemen. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap konsumsi gula nasional yaitu jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan konsumsi gula perkapita. Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya peran pemerintah dalam menangani perindustrian gula di Indonesia terutama untuk pencapaian swasembada gula di Indonesia yang harus mencapai target produksi yang sangat tinggi, karena defisit neraca gula diperkirakan akan semakin bertambah setiap tahunnya. Melihat dari hasil analisis regresi, faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi gula nasional ialah luas areal tanam, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan perluasan areal tanam tebu, tetapi diGula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia, sehingga gula merupakan komoditas yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Produksi industri gula yang semakin menurun dari tahun ke tahun mengakibatkan adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi gula nasional. Oleh karena itu, pada tahun 2015-2020 pemerintah kembali merencanakan pengembangan industri gula setelah program pencapaian swasembada tahun-tahun sebelumnya tidak berhasil. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan Indonesia untuk berswasembada gula adalah dengan peramalan produksi dan konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi gula di Indonesia, 2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi gula di Indonesia, 3) Meramalkan produksi dan konsumsi gula tahun 2010-2025, dan 4) Mendeskripsikan kemampuan Indonesia untuk berswasembada gula tahun 2020. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder time series dalam kurun waktu 30 tahun mulai dari tahun 1980-2010. Data dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian (Kementan), Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun), Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan berbagai sumber lainnya (media elektronik dan media cetak). Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas hablur, luas areal usahatani tebu, rendemen tebu, produksi gula tahun sebelumnya, jumlah penduduk Indonesia, tingkat pendapatan masyarakat, konsumsi gula per kapita per tahun, dan konsumsi gula tahun sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15 untuk melakukan peramalan analisis regresi sehingga memperoleh persamaan yang mampu menggambarkan hubungan antara variabel dependen (produksi dan konsumsi gula) dengan variabel independen (produktivitas hablur, luas areal, rendemen, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan konsumsi gula per kapita). Hasil analisis dengan menggunakan metode Exponential Smoothing memperlihatkan model terbaik untuk meramalkan produksi dan konsumsi gula nasional adalah model parameter ganda Holt karena data yang digunakan cenderung mengalami trend peningkatan. Dari hasil peramalan dengan menggunakan model Exponential Smoothing diperoleh data bahwa pada tahun 2011-2025 masih terdapat defisit neraca gula sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia belum mampu mencapai swasembada gula nasional. Hasil analisis regresi menujukkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produksi gula nasional adalah produktivitas hablur, luas areal, dan rendemen. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap konsumsi gula nasional yaitu jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan konsumsi gula perkapita. Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya peran pemerintah dalam menangani perindustrian gula di Indonesia terutama untuk pencapaian swasembada gula di Indonesia yang harus mencapai target produksi yang sangat tinggi, karena defisit neraca gula diperkirakan akan semakin bertambah setiap tahunnya. Melihat dari hasil analisis regresi, faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi gula nasional ialah luas areal tanam, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan perluasan areal tanam tebu, tetapi disamping itu, upaya peningkatan produktivitas dan rendemen gula juga tetap harus dilakukan. Upaya untuk meningkatkan luas areal adalah dengan membuka lahan perkebunan tebu di Jawa maupun di luar pulau Jawa seperti hasil penelitian dari P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) bahwa sekitar 250.000 lahan di Madura relatif sesuai untuk perkebunan tebu dan berpotensi besar untuk pembangunan 10 pabrik gula. Upaya untuk meningkatkan produktivitas tebu salah satunya dengan pemilihan bibit dan sistem budidaya tebu yang tepat. Hal ini karena produktivitas tebu sangat tergantung pada kualitas bibit, pengelolaan lahan, pengairan, pemeliharaan tanaman dan manajemen panen. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan penggantian mesin pabrik gula seperti yang telah dicanangkan pemerintah dalam roadmap industri gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia, sehingga gula merupakan komoditas yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Produksi industri gula yang semakin menurun dari tahun ke tahun mengakibatkan adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi gula nasional. Oleh karena itu, pada tahun 2015-2020 pemerintah kembali merencanakan pengembangan industri gula setelah program pencapaian swasembada tahun-tahun sebelumnya tidak berhasil. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan Indonesia untuk berswasembada gula adalah