Keragaman Genetik Pertumbuhan Vegetatif Dan Korelasi Terhadap Hasil Pada Populasi Galur F3 Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Berpolong Kuning

Main Author: Perwitosari, GiaWarih
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130718/
Daftar Isi:
  • Buncis adalah sayuran dataran menengah (500 mdpl) sampai tinggi (1.500 mdpl). Produksi buncis di kebun Lembaga Penelitian Hortikultura Malang berkisar antara 2175-3075 kg biji basah tiap hektar. Untuk memenuhi permintaan konsumen, perlu merakit varietas unggul dan memproduksi benih yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, 2009). Buncis kuning merupakan buncis tipe tegak yang berumur genjah. Di Indonesia buncis tegak memang kurang lazim di pasaran, walaupun telah ada yang menjualnya. Buncis kuning adalah variasi lain dari buncis hijau yang juga dapat dikonsumsi atau diolah seperti layaknya buncis hijau biasa. Penampilan suatu genotipe pada lingkungan yang berbeda dapat berbeda pula, sehingga sampai seberapa jauh interaksi antara genotipe dan lingkungan (G x E) merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam program pemuliaan atau pun dalam rangka pengembangannya (Mangoendidjojo, 2003). Adanya keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu pedoman yang harus diperhatikan untuk memperoleh kultivar unggul. Dengan keragaman genetik yang tinggi maka terdapat peluang yang lebih besar dalam seleksi karakter terbaik jika dibandingkan dengan karakter-karakter yang mempunyai ragam genetik yang rendah. Penelitian dilaksanakan di Dusun Kajang Lor, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dengan ketinggian ± 600 m di atas permukaan laut (dpl), suhu rata-rata berkisar 22o C, curah hujan ± 1300 mm/tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2013 sampai Januari 2014. Penelitian disusun dengan menggunakan petak tunggal dengan metode pengamatan single plant. Luas lahan yang digunakan 66.5 m x 8 m terbagi menjadi 25 bedengan dengan ukuran bedengan 8 m x 1 m. Metode seleksi yang digunakan adalah metode seleksi silsilah (pedigree), yaitu dengan memilih individu tanaman terbaik dari baris famili terbaik dan lebih seragam dengan kriteria seleksi warna polong kuning. Dari 22 galur yang ditanam, ada 15 famili terseleksi yang memiliki warna polong kuning, yang selanjutnya dilakukan analisis keragaman genetik, analisis regresi, dan uji koefisien korelasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai KKG berkisar 10.74% hingga 24.91%. Nilai terendah ditunjukkan oleh karakter jumlah cabang produktif per tanaman, sedangkan nilai tertinggi ditunjukkan oleh karakter jumlah polong per tanaman. Berdasarkan uji koefisien korelasi, terdapat korelasi yang signifikan antara karakter jumlah tinggi tanaman, jumlah polong, dan tinggi tanaman dengan bobot polong segar, serta karakter tinggi tanaman dengan jumlah polong. Sedangkan uji korelasi pada jumlah cabang produktif dengan bobot polong segar, jumlah cabang produktif dengan jumlah polong, serta antara jumlah daun dan jumlah polong didapatkan hasil uji koefisien korelasi yang tidak signifikan. Sementara itu, pada uji linearitas didapatkan hasil yang linear pada semua regresi yang diuji.