Studi Tingkat Ketebalan Mulsa Jerami Padi Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Talas (Colocasia Esculenta (L.) Schoot Var.Antiquorium) Di Lahan Kering Pada Musim Kemarau

Main Author: Harmadi, BagusHaritsArgaPutra
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130714/
Daftar Isi:
  • Tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum) merupakan salah satu kelompok tanaman umbi-umbian yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Ditinjau berdasarkan pemanfaatannya umbi talas diketahui sebagai salah satu kelompok aroid yang mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan substitusi yang sehat dan aman. Tingkat keamanan dan kesehatan itu terletak pada rendahnya kandungan karbohidrat (22,25%), gula reduksi (0,87%) serta kadar pati umbi (20,03%) jika dibandingkan dengan umbi ubi jalar, umbi ubi kayu maupun beras giling (Suminarti, 2009). Sehubungan dengan pemanfaatan tersebut mengakibatkan permintaan umbi talas terus meningkat khususnya di Jepang. Kondisi ini sebenarnya merupakan peluang yang baik bagi Indonesia untuk dapat memenuhi pasokan tersebut. Di Indonesia umumnya tanaman talas ditanam di lahan tegal atau pekarangan yang mempunyai ciri karakteristik sama dengan lahan kering, yaitu terbatasnya tingkat ketersediaan air serta struktur tanah yang umumnya didominasi oleh liat atau debu. Oleh karena itu agar air yang berada dalam kondisi terbatas tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman selama masa pertumbuhannya, maka aplikasi mulsa perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tingkat ketebalan mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman talas yang ditanam di lahan tegalan, dan menentukan tingkat ketebalan mulsa jerami padi yang tepat dalam upaya untuk meningkatkan hasil tanaman talas yang ditanam di lahan tegalan. Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan mulsa jerami padi pada berbagai tingkat ketebalan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil tanaman talas. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Mei hingga November tahun 2014 di lahan tegalan yang terletak di desa Dau, Kabupaten Malang. Alat yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi : meteran, timbangan analitik, thermometer, termohygrometer, oven, Leaf Area Meter (LAM), gembor dan kamera digital. Bahan yang digunakan meliputi : bibit tanaman talas, pupuk N (Urea : 46% N), pupuk phospat (SP-36 : 36% P2O5) dan pupuk kalium (KCl : 60% K2O) dengan dosis sesuai perhitungan yang didasarkan analisis tanah dan dosis pupuk N, P, K rekomendasi untuk memenuhi kebutuhan tanaman (perhitungan kebutuhan pupuk terlampir). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana yang terdiri atas 5 perlakuan dan 1 kontrol dengan 3 kali pengulangan. Terdapat 6 tingkat perlakuan ketebalan mulsa jerami padi : M0 (kontrol)= 0 cm; M1= 1.5 cm; M2= 3,0 cm; M3= 4,5 cm; M4= 6,0 cm; M5= 7,5 cm. Pengamatan yang dilakukan meliputi 4 aspek, yaitu (1) pengamatan pertumbuhan (jumlah daun, luas daun (cm2)), bobot segar dan bobot kering total tanaman, jumlah dan bobot umbi /tanaman), (2) pengamatan panen (bobot segar dan bobot kering total tanaman, jumlah dan bobot iii umbi /tanaman, hasil ton ha-1), (3) analisis pertumbuhan tanaman (LPR dan Root-Shoot Ratio) dan (4) pengamatan komponen penunjang seperti suhu tanah kedalaman 30 cm pagi (05.00) dan siang (13.00), suhu permukaan siang (13.00), serta kelembaban tanah siang (13.00) dengan menggunakan alat thermohygrometer yang dilakukan pada 33 hst, 66 hst, 99 hst dan 132 hst. Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode R/C ratio untuk menilai kelayakan pelaksanaan praktek bubidaya dengan teknologi terkait. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F). Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan menggunakan uji BNT dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian aplikasi mulsa pada tingkat ketebalan yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tanaman yang diberi mulsa dengan tingkat ketebalan 6 cm menghasilkan panen umbi per hektar yang lebih tinggi, yaitu sebesar 11,85 ton ha-1, diikuti oleh perlakuan dengan ketebalan mulsa 7,5 cm, yaitu sebesar 10,54 ton ha-1. Berdasarkan analisis usaha tani yang dilakukan dengan metode R/C ratio, keuntungan yang dihasilkan berturut-turut dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah perlakuan yang diberi ketebalan mulsa 6 cm (1,776), 7,5 cm (1,537), 4,5 cm (1,415) dan 3 cm (1,282). Sementara perlakuan ketebalan mulsa 1,5 cm dan perlakuan yang tidak diberi mulsa menghasilkan R/C ratio < 1 (tidak memberikan keuntungan).