Pengaruh Posisi Dan Waktu Defoliasi Daun Pada Pertumbuhan, Hasil Dan Mutu Benih Jagung (Zea Mays L.)
Daftar Isi:
- Produksi jagung mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena jagung menjadi bahan baku untuk industri pengolahan pangan maupun industri pakan ternak. Kebiasaan petani melakukan defoliasi seluruh daun dibawah tongkol dengan menyisakan satu daun di bawah tongkol pada berbagai umur tanaman yang untuk pakan ternak. Defoliasi daun apabila tidak dilakukan pada posisi, jumlah daun dan waktu defoliasi daun yang tepat akan dapat mengurangi translokasi asimilat yang dihasilkan sehingga dapat menurunkan pertumbuhan, hasil dan mutu benih. Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian defoliasi daun pada beberapa posisi dan waktu defoliasi untuk mengetahui kombinasi perlakuan yang tepat pada posisi dan waktu defoliasi daun pada tanaman jagung (Zea mays L.) guna meningkatkan pertumbuhan, hasil dan mutu benih jagung. Diharapkan kombinasi defolisi daun di atas dan di bawah tongkol (bunga jantan, daun bendera dan 2 helai daun paling bawah) pada 77 hari setelah tanam (HST) akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil, serta menjaga mutu benih (viabilitas benih). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2014 di UPT Pengembangan Benih Palawija, Singosari-Malang. Uji kadar air dan viabilias benih dilaksanakan pada bulan September hingga November di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan ialah cangkul, timbangan analitik, luxmeter, oven, jangka sorong, penggaris atau meteran, gunting, cawan petri, pinset, leaf area meter (LAM), moisture tester dan kamera. Bahan yang digunakan ialah benih jagung varietas Bisma, kertas merang, insektisida dan pupuk. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana, terdiri dari 13 level perlakuan dan diulang 3 kali, sehingga diperoleh 39 satuan percobaan. Adapun perlakuan tersebut meliputi: D0= tanpa defoliasi (kontrol), DAT 70= defoliasi bagian atas (bunga jantan, daun bendera dan 2 helai daun di bawah daun bendera) pada 70 HST, DAT 77= defoliasi bagian atas pada 77 HST, DAT 84= defoliasi bagian atas pada 84 HST, DBT 70= defoliasi daun di bawah tongkol (3 helai daun paling bawah) pada 70 HST, DBT 77= defoliasi daun di bawah tongkol pada 77 HST, DBT 84= defoliasi daun di bawah tongkol pada 84 HST, DAB 70= defoliasi daun di atas dan di bawah tongkol (bunga jantan, daun bendera dan 2 helai daun paling bawah) pada 70 HST, DAB 77= defoliasi daun di atas dan di bawah tongkol pada 77 HST, DAB 84= defoliasi daun di atas dan di bawah tongkol pada 84 HST, DST 70= defoliasi seluruh daun dibawah tongkol dengan menyisakan satu daun di bawah tongkol (perlakuan petani) pada 70 HST, DST 77= defoliasi seluruh daun dibawah tongkol dengan menyisakan satu daun di bawah tongkol pada 77 HST, DST 84= defoliasi seluruh daun dibawah tongkol dengan menyisakan satu daun di bawah tongkol pada 84 HST. ii Pengamatan dilakukan secara non destruktif dan destruktif, dengan mengambil dua tanaman contoh untuk setiap perlakuan. Pengamatan non destruktif dilakukan pada saat tanaman berumur 20, 35, 50 dan 65 hari setelah tanam (HST). Pengamatan destruktif dilakukan pada saat tanaman jagung sudah didefoliasi 88, 95, 102 dan 109 HST. Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan 3 hari setelah didefoliasi pada masing-masing perlakuan yaitu 73, 80 dan 87 HST. Pengamatan komponen hasil meliputi: panjang tongkol tanpa klobot, diameter tongkol tanpa klobot, berat biji tiap tongkol, bobot 1000 biji, bobot hasil biji (t ha-1), pengujian viabilitas benih dan kadar air. Analisis pertumbuhan tanaman meliputi: indeks luas daun, efisiensi penangkapan cahaya atau intersepsi, Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasil nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Untuk mengetahui perbandingan tingkat sigifikasi faktor pertama dengan faktor ke dua dilakukan dengan uji T pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komponen pertumbuhan dan hasil. Pada perlakuan defoliasi daun di atas dan bawah tongkol pada 77 HST atau perlakuan DAB 77 menunjukkan hasil berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol (D0). Perlakuan DAB 77 berpengaruh nyata pada akhir pengamatan 109 hari setelah tanam yang mampu meningkatkan berat kering total tanaman dari 343,3 g tan-1 menjadi 392,3 g tan-1 atau dapat meningkatkan sebesar 12,49% dibandingkan D0. Pada hasil panen perlakuan DAB 77 mampu meningkatkan 6,901 t ha-1 menjadi 8,898 t ha-1 pipilan kering atau dapat meningkatkan hasil panen sebesar 22,44% dibandingkan D0. Sementara viabilitas benih bertahan baik dengan lama penyimpanan selama 3 bulan dengan kadar air benih 9-12%.