Daftar Isi:
  • Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb) ialah tanaman yang mengandung karbohidrat non biji yang penting bagi sumber makanan dunia, yang termasuk ke dalam kelompok umbi-umbian yang mempunyai potensi cukup penting sebagai sumber bahan pangan substitusi. Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968, 89% produksi ubi jalar digunakan sebagai bahan pangan dengan tingkat konsumsi 7,9 kg/kapita/tahun, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk bahan baku industri, terutama saus, dan pakan ternak. Setelah tahun 2000, pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan pangan dan nonpangan mulai bervariasi. Beberapa tahun terakhir ini, tanaman ubi jalar menunjukan perkembangannya secara pesat (Wandana et al., 2012). Beberapa tahun terakhir ini, tanaman ubi jalar menunjukan perkembangannya secara pesat. Pesatnya perkembangan tersebut tidak hanya ditunjukan dengan lahirnya berbagai produk makanan yang bersumber dari umbi ubi jalar, akan tetapi juga diperlihatkan dengan lahirnya berbagai macam varietas ubi jalar baru yang tidak hanya unggul dalam kandungan gizi dan vitaminnya, akan tetapi juga unggul dalam penampilan bentuk maupun warna kulit dan daging umbinya. Diharapkan melalui penelitian ini akan diperoleh informasi tentang dosis pemupukan K yang tepat serta varietas yang cocok sehingga produktivitas tanaman ubi jalar dapat ditingkatkan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Untuk mempelajari pengaruh pemupukan kalium pada pertumbuhan dan hasil dua varietas tanaman ubi jalar, (2) Menentukan dosis pemupukan K yang tepat untuk kedua varietas ubi jalar agar dapat dicapai pertumbuhan dan hasil umbi yang tinggi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah macam varietas akan memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil umbi pada tingkat aplikasi pupuk K yang berbeda. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Dusun Bulakunci, Desa Nogosari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Alat yang digunakan berupa cangkul, sabit, gunting, timbangan, meteran, penggaris, kertas label, alat tulis, kamera, LAM (Leaf Area Meter) dan oven. Bahan yang digunakan ialah bibit varietas Orange madu dan varietas Ayamurasaki, pupuk N (berupa Urea: 46% N), pupuk P (berupa SP-36: 36% P2O5) dan pupuk K (berupa KCl: 60% K2O). Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 3 kali ulangan, menempatkan macam varietas pada petak utama dan terdiri dari 2 macam, yaitu: varietas Orange madu (V1) dan varietas Ayamurasaki (V2). Sedangkan macam dosis pupuk Kalium ditempatkan pada anak petak dan terdiri dari 5 macam kombinasi, yaitu: Kontrol (K0), 70 kg K2O ha-1 (K1), 140 kg K2O ha-1 (K2), 211 kg K2O ha-1 (K3), 281 kg K2O ha-1 (K4). Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan cara mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hst, 55 hst, 75 hst, 95 hst dan pada saat panen yang meliputi komponen pertumbuhan dan hasil, analisis pertumbuhan tanaman dan analisis penunjang (analisis tanah). Pengamatan komponen pertumbuhan meliputi: jumlah cabang, ii panjang sulur tanaman, panjang akar, jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman. Pengamatan komponen hasil meliputi: bobot segar total tanaman (panen), bobot kering total tanaman (panen), jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, hasil panen (ton ha-1) , jumlah umbi ekonomis per tanaman, bobot umbi ekonomis per tanaman, hasil panen umbi ekonomis per tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman meliputi: Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) dan Indeks Pembagian. Analisis tanah meliputi: Sifat kimia tanah yang mencakup pengukuran kandungan K tanah yang dilakukan pada awal (sebelum penanaman), setelah aplikasi seluruh pupuk dan pada saat panen. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf α = 0,05 untuk mengetahui terdapat tidaknya interaksi atau pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila terdapat interaksi atau pengaruh nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji antar perlakuan dengan menggunakan BNT pada taraf p = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum interaksi nyata tidak terjadi antara macam varietas dan dosis pupuk K pada berbagai parameter yang diamati, termasuk parameter hasil. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa hasil paling rendah didapatkan pada tanaman yang tidak dipupuk kalium dan tertinggi dihasilkan oleh tanaman yang dipupuk kalium dosis 211 kg K2O ha-1. Rendahnya hasil baik untuk komponen pertumbuhan maupun komponen hasil tersebut diduga sebagai akibat lebih rendahnya tingkat ketersediaan K tanah yang dilakukan oleh tanaman yang tidak dipupuk kalium. Berdasarkan hasil analisis usaha tani, penggunaan pupuk kalium dosis 211 kg K2O ha-1 adalah lebih efisien, dengan nilai B/C ratio tertinggi yaitu varietas Orange madu sebesar 0,76 dan varietas Ayamurasaki sebesar 0,88.