Analisis Kebutuhan Investasi Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Perekonomian Regional Kabupaten Ponorogo
Main Author: | Abdullah, Afis |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 1900
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130462/ |
Daftar Isi:
- Salah satu upaya strategis untuk memacu pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan peningkatan investasi atau modal (Utama, 2013). Investasi berperan penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu dilakukan pada keseluruhan sektor perekonomian, salah satunya adalah sektor pertanian. Kabupaten Ponorogo adalah salah satu daerah dengan sektor pertanian sebagai sektor dominan, yang kontribusinya mencapai 32,48 persen pada tahun 2013 dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Bappeda Kab. Ponorogo, 2014). Subsektor tanaman bahan makanan adalah bagian dari sektor pertanian yang pada tahun 2013 memberikan kontribusi paling besar, yakni 25,50 persen (Bappeda Kab. Ponorogo, 2014). Akan tetapi, pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini yang menjadi tantangan bagi subsektor tanaman bahan makanan untuk dapat lebih dikembangkan. Salah satu upaya adalah dengan peningkatan investasi. Peningkatan investasi tersebut perlu disertai dengan perencanaan kebutuhan investasi dengan mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo. Investasi dan pertumbuhan ekonomi tersebut terkait dalam instrumen Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang menghubungkan besarnya tambahan modal atau investasi yang diperlukan dengan peningkatan output (Bappeda Kab Bima, 2013). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kontribusi subsektor tanaman bahan makanan pada perekonomian Kabupaten Ponorogo khususnya pada struktur permintaan, output, nilai tambah, dan tenaga kerja, 2) Menganalisis koefisien nilai ICOR subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Ponorogo, 3) Menganalisis proyeksi kebutuhan investasi pada subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 – 2017. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yakni di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan berperan paling besar pada struktur nilai tambah bruto (26,73 persen) dan tenaga kerja (40,90 persen). Sementara itu, pada struktur permintaan antara, subsektor tanaman bahan makanan berkontribusi sebesar 9,78 persen, permintaan akhir sebesar 2,94 persen, dan output sebesar 4,98 persen. Beberapa komoditas yang masuk dalam subsektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi relatif besar pada perekonomian, seperti padi, jagung, sayur-sayuran dan buah buahan. Besarnya peran subsektor tanaman bahan makanan dalam struktur nilai tambah bruto dan tenaga kerja menunjukkan subsektor ini menjadi sektor dominan dalam perekonomian dan penyerapan angkatan kerja di Kabupaten Ponorogo. Secara umum, nilai koefisien ICOR subsektor tanaman bahan makanan adalah 1,032. Sedangkan apabila dirinci per komoditasnya berkisar antara 1,0 - 1,2, yang masuk pada kategori ICOR kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan penggunaan kapital pada subsektor tanaman bahan makanan termasuk efisien. Nilai koefisien ICOR subsektor tanaman bahan makanan tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kapasitas produksi masyarakat dengan jalan ii peningkatan output senilai 1 rupiah, dibutuhkan tambahan kapital investasi pada subsektor tanaman bahan makanan sebesar 1,032 rupiah. Nilai koefisien ICOR komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan secara berturut-turut yakni kacang hijau (1,009), kacang tanah (1,017), jagung (1,027), dan padi (1,043). Sementara itu, terdapat komoditas dengan nilai koefisien ICOR nol, yakni sektor tanaman biofarmaka. Hal ini menunjukkan ketiadaan tambahan kapital atau investasi pada periode penelitian ini. Proyeksi kebutuhan investasi lima tahunan subsektor tanaman bahan makanan apabila target pertumbuhan Kabupaten Ponorogo sebesar 8 persen per tahun adalah sebesar 1,06 triliun rupiah atau sebesar 11,16 persen dari PDRB total Kabupaten Ponorogo tahun 2012. Sedangkan kebutuhan investasi lima tahunan untuk komoditas kacang hijau dengan koefisien nilai ICOR terkecil adalah sebesar 0,68 persen dari total PDRB subsektor tanaman bahan makanan atau sebesar Rp 17,29 milyar. Selanjutnya untuk kacang tanah Rp 24,74 milyar, jagung sebesar Rp 211,32 milyar, dan padi mencapai Rp 484,71 milyar. Beberapa saran yang dapat disampaikan berkenaan dengan hasil penelitian diantaranya adalah 1) Investasi yang masuk pada sektor perekonomian di Kabupaten Ponorogo dapat diarahkan pada komoditas-komoditas potensial yang berkontribusi relatif besar dalam perekonomian dengan efisiensi penggunaan barang modal, seperti komoditas padi, dan jagung; 2) Pemerintah Kabupaten Ponorogo perlu membuka keran investasi pada subsektor tanaman bahan makanan dengan memberikan informasi mengenai komoditas-komoditas yang efisien dalam penggunaan modal (koefisien ICOR kecil). Selain itu, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo sebesar delapan persen, pemerintah Kabupaten Ponorogo dapat mengalokasikan 11,16 persen dari PDRB Kabupaten Ponorogo untuk investasi pada subsektor tanaman bahan makanan.