Analisis Hubungan Laju Dekomposisi Mulsa Organik Dengan Pertumbuhan Serta Produksi Jagung (Zea Mays L.) Dan Ketela Pohon (Manihot Sp.) Pada Sistem Agroforestri

Main Author: Herpratama, Febrian
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130437/
Daftar Isi:
  • Di dalam sistem agroforestri terdapat berbagai permasalahan yang kompleks mengenai tanaman hutan produksi. Permasalahan tersebut disebabkan oleh degradasi lahan yang semakin meningkat, sehingga produksi tanaman hutan menurun. Salah satu alternatif agar kelestarian tanaman hutan produksi tetap terjaga adalah penggunaan mulsa organik. Kriteria mulsa organik yang baik untuk tanaman ditentukan oleh kualitas bahan organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan laju dekomposisi mulsa organik dengan erosi, dan untuk mengetahui hubungan laju dekomposisi mulsa organik dengan pertumbuhan dan produksi tanaman tumpangsari pada sistem agroforestri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan litterbag untuk menghitung penurunan berat mulsa organik yang disebabkan adanya proses laju dekomposisi per satuan waktu. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Berikut rinciannya: (P1) Kontrol; (P2) Jerami padi; (P3) Serbuk kayu; (P4) Daun singkong; (P5) Daun pinus; dan (P6) rumput gajah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahan mulsa yang memiliki laju dekomposisi rendah akan memberikan efek pemulsaan yang panjang adalah mulsa daun pinus (k= 0,42). Dari segi penurunan erosi mulsa jerami memiliki efektivitas terbaik (60,67%). Mulsa organik yang memiliki efektivitas untuk pertumbuhan dan produksi jagung adalah mulsa rumput gajah. Hal ini ditunjukkan dengan efektivitas sebesar 9,58 t ha-1 dengan persentase 44,8% dibanding mulsa organik lainnya.