Analisis Kompetensi Inti (Core Competence) Dalam Rangka Pengembangan Strategi Bisnis Agroindustri Singkong Beku (Frozen Cassava) Ekspor. (Studi Kasus Di Cv Iswara Sentosa, Desa Asrikaton, Pakis, Malan
Main Author: | Alfiani, Firda |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130435/ |
Daftar Isi:
- Indonesia memiliki beberapa sentra produksi singkong, salah satunya adalah Provinsi Jawa Timur (BPS, 2013) yang berada diposisi ke-2 setelah Lampung. Potensi singkong di Jawa Timur ini selanjutnya mendorong para pelaku bisnis untuk membangun dan mengembangkan perusahaan yang berorientasi ekspor. Namun, potensi yang ada seringkali tidak dikelola secara maksimal di pasar ekspor. Penyebab utama atas tidak terintegrasinya pemahaman antar pelaku bisnis terhadap potensi singkong adalah lemahnya kemampuan atau kapabilitas perusahaan dalam berdaya saing dan menerapkan strategi bisnis yang tepat. Menurut Saparudin (2010), kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif inilah yang disebut sebagai kompetensi inti (Core Competence,). Salah satu perusahaan pengekspor singkong adalah CV Iswara Sentosa yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Produk singkong yang diekspor oleh perusahaan tersebut adalah singkong beku (frozen cassava) dengan tujuan ekspor negara Eropa, khususnya Amerika Latin dan Inggris. Kompetensi inti terbentuk dari faktor lingkungan perusahan, yaitu lingkungan internal yang terdiri dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Selain itu, faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari faktor-faktor peluang dan ancaman menjadi tahap input dalam merumuskan strategi bisnis ekspor singkong beku. Bahan baku singkong yang bersifat bulky dan perishable menjadi dalah satu masalah dari segi bahan baku sehingga diperlukan proses pengolahan yang tepat. Persaingan harga antar pesaing dan pemenuhan kriteria konsumen juga menjadi masalah yang harus dihadapi dalam lingkungan bisnis agroindustri singkong beku (frozen cassava) ekspor. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal bisnis agroindustri singkong beku (frozen cassava) ekspor, 2) menganalisis kompetensi inti bisnis agroindustri singkong beku (frozen cassava) ekspor, dan 3) menganalisis pengembangan strategi bisnis bisnis agroindustri singkong beku (frozen cassava) ekspor. Penelitian ini menggunakan alat analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (External Factor Evaluation), matriks VRIN (Valuable, Rare, Inimitability dan Non sustaintable), matriks IE (Internal Eksternal), matriks strategi besar (grand strategy), matriks SWOT (Strengths, Weakneses, Opportunity dan Threats) dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) dalam menentukan alternatif pengembangan strategi bisnis bisnis agroindustri singkong beku (frozen cassava) ekspor. Analisis matriks IFE, faktor kekuatan adalah kapabilitas dan kinerja karyawan, teknologi mesin bor, ketepatan dan kelancaran distribusi, manajemen pengendalian mutu yang baik, kualitas produk baik dan seragam, memiliki surat izin usaha perdagangan dan lokasi perusahaan strategis. Sedangkan faktor kelemahan terdiri dari sistem pemasaran tidak efektif, fasilitas laboratorium belum memadai, manajemen organisasi, sistem informasi manajemen dan keuangan/akuntansi. Faktor eksternal bisnis agroindustri singkong beku ekspor terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang yaitu daya beli importir tinggi, permintaan singkong beku tinggi, daya dukung sosial masyarakat, memperluas mitra bisnis di luar negeri. Sedangkan faktor ancaman bisnis agroindustri singkong beku adalah pengaruh perdagangan bebas, kenaikan harga BBM, ancaman pendatang baru, persaingan diantara perusahaan yang telah ada dan daya tawar pemasok. Hasil analisis IFE yaitu faktor-faktor kekuatan yang memperoleh nilai skor tinggi menjadi kompetensi inti yang kemudian dievaluasi melalui matriks VRIN. Matriks VRIN menunjukkan hasil skor sebagai berikut manajemen pengerndalian mutu yang baik (0,360), kualitas produk baik dan seragam (0,348), kapabilitas dan kinerja karyawan (0,312) dan teknologi mesin bor 0,272). Empat kompetensi inti tersebut dihasilkan dari skor kekuatan IFE dan memenuhi evaluasi kriteria VRIN (Valuable, Rare, Inimitability dan Non Sustaintable) atau bersifat bernilai, jarang, sulit ditiru dan tidak tergantikan. Faktor kekuatan terbesar adalah faktor manajemen pengendalian mutu yang baik dengan skor 0,360 dan kelemahan yang dianggap paling berpengaruh adalah manajemen organisasi dengan skor 0,384. Faktor peluang terbesar dari kondisi eksternal perusahaan yaitu daya beli importir tinggi dengan skor 0,472, sedangkan ancaman yang paling berpengaruh adalah daya tawar pemasok dengan skor 0,375. Strategi bisnis agroindustri singkong beku ekspor yang dapat diterapkan sebagai alternatif strategi yaitu 1) mempertahankan kualitas singkong beku ekspor sesuai standarisasi, mengembangkan produk baru makanan beku selain singkong beku dan meningkatkan kerjasama dengan petani singkong dan penyedia input dengan skor total 2,380, 2) ekspansi penjualan kepada pelanggan baru melalui legalitas izin perdagangan ekspor dan melakuakn promosi penjualan dengan internet, website, media sosial, email dan lain-lain dengan skor total 1,860, 3) meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan program pelatihan bagi karyawan dan pengendalian aktivitas manajerial, struktur tugas, dan hubungan otoritas dengan skor total 1,652 dan strategi alternatif terakhir 4) aspek alat dan mesin produksi: meningkatkan kapasitas produksi melalui otomasi teknologi dan komputer serta menambah bak perendaman bahan baku dan mesin pemotong singkong yang modern dengan skor total 1,048. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1) perusahaan perlu untuk meningkatkan promosi penjualan melalui internet dengan aktivasi website yang sudah ada kemudian didesain secara menarik, 2) memperbaiki sistem kerja untuk seluruh karyawan dengan adanya kontrak kerja untuk menghindari resiko kekosongan jabatan karena sering kali karyawan yang resign dari pekerjaan dan 3) perusahaan mempunyai data mengenai perilaku konsumen dari negara tujuan ekspor, misalnya konsumen menginginkan produk yang berkualitas dengan harga terjangkau, data kepuasan pelanggan, dan kritik dan saran dari konsumen untuk dijadikan bahan evaluasi sehingga produk singkong beku menjadi lebih baik.