Analisis Pengaruh Karakteristik Internal Rumah Tangga Petani Terhadap Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi di Desa Wonokerto Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo)
Main Author: | Fauzi, Nanang |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130429/ |
Daftar Isi:
- Diversifikasi konsumsi pangan merupakan salah satu strategi dalam program mewujudkan ketahanan pangan nasional. Upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan menemui berbagai hambatan dan tantangan baik dari subsistem ketersediaan, akses, serta penyerapan atau konsumsi. Skor PPH nasional yang merupakan indikator tingkat diversifikasi konsumsi pangan pada tahun 2011, 2012, dan 2013 secara berturut-turut adalah sebesar 85.6, 83.5, dan 81.4 dimana capaian tersebut masih jauh dari standar sebesar 100. Diversifikasi konsumsi pangan diharapkan mampu memperluas pilihan masyarakat dalam kegiatan konsumsi pangan dan gizi agar hidup lebih sehat. Namun hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor yang bersifat internal dari dalam rumah tangga seperti usia, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, jumlah anggota rumah tangga, dan pendaptan. Oleh karena itu maka perlu untuk diteliti bagaimana tingkat diversifikasi konsumsi pada tingkat rumah tangga dan karakteristik internal apakah yang memberikan pengaruh terhadap diversifikasi konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga. Fokus penelitian di Desa Wonokerto Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dipilih dengan melihat fakta bahwa PDRB perkapita Kabupaten Probolinggo tergolong rendah sementara tingkat pendapatan rumah tangga berkaitan erat dengan kemiskinan, rumah tangga miskin cenderung memiliki skor PPH rendah. Mayoritas rumah tangga di Desa Wonokerto bermata pencaharia sebagai petani khususnya komoditas hortikultura. Metode analisis yang digunakan dalam mengukur tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga adalah analisis Pola Pangan Harapan (PPH). Perhitungan skor PPH menggunakan acuan rata-rata kalori sebesar 2150 kkl/kap/hari dan protein sebesar 57 gram/kap/hari. Sementara itu untuk menganalisis karakteristik internal rumah tangga yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan digunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil skor PPH aktual di Desa Wonokerto lebih rendah bila dibandingkan dengan skor PPH di tingkat nasional tahun 2013 sebesar 81.4. Skor PPH aktual didaerah penelitian sebesar 74.02, dan skor Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 79.52, sementara skor Angka Kecukupan Protein (AKP) sebesar 88.65%. Meskipun demikian, secara kuantitas konsumsi energi rumah tangga petani di daerah penelitian sudah mencukupi, yaitu sebesar 2169.36 kkal/kap/hari, namun konsumsi energi yang telah mencukupi ini diperoleh dari sumber bahan pangan tertentu, sehingga tingkat diversifikasinya rendah. Analisis regresi linier berganda diperoleh hasil 72.3% variabel tingkat diversifikasi konsumsi pangan atau skor PPH (Y) dipengaruhi oleh usia ibu rumah tangga, usia kepala rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, skor pengetahuan ibu tentang gizi, jumlah anggota rumah tangga, dan pendapatan rumah tangga (Xi) sementara 27.7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Estimasi regresi dari masing-masing variabel didapatkan hasil bahwa 3 variabel yang diuji berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan 85% (α < 0.15) dengan tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga. Ketiga variabel tersebut antara lain variabel tingkat pendidikan kepala rumah tangga (X4), penetahuan ibu tentang gizi (X5), dan pendapatan rumah tangga (X7), dengan nilai koefisien masing-masing variabel berturut-turut adalah sebesar 0.474, 2.332, dan 0.00000137. Sementara itu variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap diversifikasi konsumsi pangan pada taraf kepercayaan 85% (α < 0.15). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran diantaranya adalah rendahnya skor PPH akibat kurangnya konsumsi pangan kelompok pangan tertentu, seperti sayur dan buah, pangan hewani, dan umbi-umbian, oleh karena itu, upaya penambahan konsumsi pangan harus fokus kepada kelompok pangan tersebut melalui upaya menjaga ketersediaan, dan memberikan kemudahan akses terhadap kelompok pangan tersebut baik dari sisi harga maupun jarak. Selenjutnya perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi melalui pemberian informasi berkala mengenai pentingnya konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang, sementara itu potensi sumberdaya lokal yang ada perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.