Analisis Efisiensi Teknis: Pendekatan Fungsi Produksi Stochastic Frontier Pada Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutescen L.) di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
Main Author: | Hidayati, Nurul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130411/ |
Daftar Isi:
- Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu sayuran penting dan salah satu komoditas unggulan hortikultura di Indonesia. Pertumbuhan konsumsi cabai rawit rata-rata per kapita adalah sebesar 0,16 pesen pertahun (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2013). Tanaman cabai ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan mendapat prioritas untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang sangat potensial (Setiadi, 2000). Laju pertumbuhan produksi cabai rawit rata-rata 2,97 persen per tahun sedangkan untuk laju pertumbuhan produktivitas cabai rawit rata-rata 6,83 persen pertahun. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013). Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) Kabupaten Malang dari 50 jenis tanaman hortikultura semusim cabai rawit merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura, 23.336 rumah tangga yang mengusahakan tanaman cabai rawit dengan luas tanam 44.769.903 m2 merupakan luasan terbesar dari tanaman hortikultura lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Malang produksi dan luas panen cabai rawit di Kabupaten Malang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2013, tetapi produktivitasnya mengalami penurunan dari tahun 2012-2014, hal tersebut terjadi karena tingkat kenaikan lahan lebih tinggi dari pada tingkat kenaikan produksi. Kecamatan Karangploso merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang menyumbang produksi cabai rawit terbesar keempat selain Kecamatan Wajak, Kecamatan Poncokusumo, dan Kecamatan Dau. Berdasarkan data yang ada, luas panen di Kecamatan Karangploso mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014, namun produksi dan produktivitas cabai rawit di Kecamatan Karangploso mengalami penurunan. Upaya dalam peningkatan produktivitas cabai rawit dari setiap lahan, petani dihadapkan pada suatu masalah penggunaan input dan teknologi yang tepat. Peningkatan produksi dapat dicapai dengan pengaturan kombinasi penggunaan input seperti lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Produktivitas cabai rawit di Desa Tawangargo adalah sebesar 0,56 ton/ha. Jumlah tersebut masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan produktivitas yang dicapai di Kabupaten Malang mencapai 8,30 ton/ha. Rendahnya tingkat produktivitas yang ada di Desa Tawangargo ini dipengaruhi oleh efisien secara teknis penggunaan input produksi oleh petani dan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai efisiensi teknis yang diperoleh petani adalah faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan fenomena rill yang terjadi perlu dilakukannya penelitian tentang efisiensi teknis usahatani cabai rawit di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh pada usahatani cabai rawit di Desa Tawangargo Kecamatan Krangploso Kabupaten Malang, (2) menganalisis efisiensi teknis usahatani cabai rawit di Desa Tawangargo Kecamatan Krangploso Kabupaten Malang, (3) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani cabai rawit di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai rawit dan pengukuran efisiensi teknis pada produksi cabai rawit adalah fungsi produksi stochastic frontier dengan menggunakan metode MLE ((Maximum Likelihood Estimation), sedangkan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani cabai rawit adalah menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan; (1) faktor produksi yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99% terhadap produksi cabai rawit adalah lahan, benih dan pupuk kimia, sedangkan faktor produksi yang berpengaruh nyata 90% terhadap produksi cabai rawit adalah pupuk kandang dan pestisida dan faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi adalah tenaga kerja; (2) Pengukuran efisiensi teknis dengan fungsi produksi stochastic frontier menunjukkan bahwa produksi cabai rawit di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang belum mampu mencapai tingkat efisiensi yang full-efisien secara teknis. Jumlah petani yang sudah mencapai tingkat efisiensi teknis adalah sebanyak 41 orang atau 87,2% dari jumlah total responden 47 orang, sedangkan sisanya 6 orang yang belum mencapai efisien secara teknis dengan persentase 12,8% dari total jumlah responden. Rata-rata efisiensi teknis yang dicapai oleh petani adalah 0,819, pencapaian efisiensi teknis terendah 0,340 dan pencapaian tingkat efisiensi tertinggi 0,963; (3) faktor yang berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis pada taraf kepercayaan 95% dan memiliki tanda koefisien positif adalah tingakat pendidikan dan pengalaman usahatani, sedangakan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 80% yang memiliki koefisien tanda negatif. Variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis usahatani cabai rawit. Peningkatan produksi cabai rawit dapat disarankan dengan penambahan luas lahan untuk ditanami cabai rawit rata-rata petani memiliki luas lahan sebesar 0,5 ha sedangkan luas lahan yang digunakan untuk tanaman cabai rawit rata-rata sebesar 0,25 ha. Petani yang memiliki tingkat efiseinsi rendah (dibawah 0,7) perlu menambah penggunaan benih dari 74 gr/ha menjadi 97,5 gr/ha, menambah penggunaan pupuk kimia dari 176,3 kg/ha menjadi 238,04 kg/ha, menambah penggunaan pupuk kandang dari 1717 kg/ha menjadi 2213 kg/ha, menambah penggunaan pestisida dari 3200 ml/ha menjadi 4000 ml/ha. Enam petani yang belum mencapai efisien secara teknis perlu mengoptimalkan penggunaan faktor produksi dengan cara menambahkan penggunaan faktor produksi seperti petani yang sudah efisien secara teknis agar produksi cabai rawit di Desa Tawangargo dapat meningkat dan dapat mencapai full efficiency. Tingkat pendidikan petani yang rendah secara formal masih bisa diperbaiki dengan adanya pendidikan non formal seperti penyuluhan, pembinaan kelompok tani, keikutsertaan petani dalam pembinaan usaha produktif, studi banding dan pelatihan usahatani. Frekuensi penyuluhan yang diikuti petani perlu ditingkatkan menjadi 1 bulan sekali permusim tanam.