Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Diversifikasi Konsumsi Pangan Pada Rumah Tangga Petani Padi (Studi Kasus Di Desa Sedeng Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro)

Main Author: Putra, FirmanSentotAbintara
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130375/
Daftar Isi:
  • Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam Undang-undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Undang-undang pangan tersebut menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Penganekaragaman (diversifikasi) pangan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya mengatasi masalah pangan dan gizi yang pada akhirnya dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan pangan dalam tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu.Diversifikasi konsumsi pangan diarahkan untuk memperbaiki konsumsi makanan penduduk baik jumlah, mutu dan keragaman sehingga dapat diwujudkan konsumsi makanan dan gizi yang seimbang. Berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, rata-rata kecukupan energi dan protein perkapita per hari bagi penduduk Indonesia masingmasing 2150 kkal dan 57 gram/kap/haripada tingkat konsumsi, serta 2.400 kkal dan 63 gram/kap/hari pada tingkat penyediaan (WNPG, 2012). Selanjutnya,menilik sejarah perkembangan beras sebagai komoditas pangan pokok masyarakat Indonesia,menunjukkan tingkat partisipasi konsumsi beras di berbagai wilayah cukup tinggi, yaitu rata-rata hampir mencapai 100 persen, yang berarti hampir semua rumah tangga telah mengkonsumsi beras. Kecenderungan tersebut tidak hanya terjadi pada rumah tangga perkotaan tetapi juga rumah tangga di pedesaan, walaupun umumnya tingkat partisipasi di desa masih lebih rendah daripada di kota. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga khususnya petani padi. Selanjutnya menganalisis faktorfaktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat diversifikasi konsumsi pangan. Variabel sosial ekonomi yang diteliti antara lain pendidikan kepala keluarga dan ibu rumah tangga, umur kepala keluarga dan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan perkapita 45 rumah tangga dan pemanfaatan lahan pekarangan.Analisis tingkat diversifikasi konsumsi pangan menggunakan perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH), sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji analisis regresi linear berganda. Metode ini digunakan karena memungkinkan peneliti untuk menganalisis masing-masing variabel terhadap nilai PPH untuk kemudian dilakukan pemilahan faktor apa saja yang berpengaruh. Data dikumpulkan dari 42 responden rumah tangga petani padi, dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Selanjutnya proses analisis menggunakan bantuan program SPSS 16.0. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga petani padi di Desa Sedeng, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro belum mencerminkan konsumsi pangan yang ideal dan beragam sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH). Hal ini disebabkan nilai rerata kualitas skor PPH yang tercapai hanya sebesar 71,71 jauh dari skor PPH normatif sebesar 100. Dari analisis faktor-faktor sosial ekonomi didapati ada empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat diversifikasi konsumsi pangan, yakni pendidikan ibu rumah tangga, pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan perkapita rumah tangga dan pemanfaatan lahan pekarangan. Hal ini diketahui dari uji thitung yang lebih besar dari ttabel sedangkan variabel lain bernilai lebih kecil. Nilai koefisien regresi dari variabel pendidikan ibu rumah tangga adalah 1,387 yang berarti bahwa setiap penambahan satu tahun kenaikan pendidikan akan menambah nilai PPH sejumlah 1,387. Variabel kedua yang berpengaruh yakni pengetahuan ibu tentang gizi dengan nilai koefisien 10,450 yang artinya bahwa disetiap satu level penambahan pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi akan menaikkan nilai PPH sebanyak 10,450, sedangkan variabel pendapatan perkapita rumah tangga adalah 0,00006194 yang berarti bahwa tiap penambahan satu rupiah pendapatan rumah tangga akan menaikkan nilai PPH sebesar 0,00006194. Variabel terakhir yang berpengaruh signifikan yakni pemanfaatan lahan pekarangan dengan nilai koefisien 5,987 yang menandakan bahwa rumah tangga petani padi yang memanfaatkan lahan pekarangannya menambah nilai PPH sejumlah 5,987.