Analisis Pola Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Tebu (Studi Kasus di Desa Putat Lor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang)
Main Author: | RatnaYumaniar, Eka |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130349/1/SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/130349/ |
Daftar Isi:
- Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok dasar yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap manusia. Hal ini dinyatakan dalam UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan yang berbunyi “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman”. Pemenuhan kebutuhan pangan dalam masyarakat berkaitan dengan ketahanan pangan yang juga berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat itu sendiri, termasuk pola konsumsi yang diterapkan dalam rumah tangga sebagai unit terkecil masyarakat. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga penting untuk diketahui karena dapat membantu memudahkan pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan strategi perbaikan ketahanan pangan wilayah dengan lebih tepat. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan dan gizi, melalui pendekatan pengukuran AKG (Angka Kecukupan Gizi) dengan parameter pengukuran AKE dan AKP. Daerah yang dipilih untuk menjadi lokasi penelitian adalah Desa Putat Lor yang terletak di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, dengan pertimbangan bahwa mayoritas penduduk Desa Putat Lor memiliki pencaharian sebagai petani tebu yang dapat menghasilkan bahan makanan dan untuk konsumsi sendiri. Oleh karena itu, pola konsumsi pangan di tingkat rumah tangga petani perlu untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pola konsumsi pangan rumah tangga petani tebu dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Desa Putat Lor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Sedangkan penentuan responden menggunakan metode simple random sampling dan diperoleh 38 rumah tangga petani responden. Data konsumsi pangan dalam penelitian ini, diperoleh melalui food recall 1x24 jam. Metode ini mengandalkan ingatan responden tentang makanan yang dikonsumsi satu hari sebelum wawancara dilakukan. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dikonversikan ke dalam satuan gram, kemudian dilakukan perhitungan AKE dan AKP serta Skor PPH. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan, kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan Skor PPH sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) angka kecukupan energi dari konsumsi pangan Desa Putat Lor sebesar 1490,32 kkal/kapita/hari. Jumlah tersebut masih jauh dari angka normatifnya sebesar 2000 kkal/kapita/hari. Begitu pula dengan angka kecukupan protein Desa Putat Lor sebesar 33,56 gram/kapita/hari. Angka tersebut juga jauh dari angka normatifnya sebesar 52 gram/kapita/hari. Skor PPH yang berhasil dicapai Desa Putat Lor hanya sebesar 56,01. Angka tersebut juga masih jauh dari angka normatif sebesar 100. (2) Faktor-faktor yang memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Skor PPH adalah variabel pendidikan ibu rumah tangga, keragaman pekerjaan dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga. Kesimpulan dan saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah (1) masih rendahnya nilai angka kecukupan energi dan angka kecukupan protein serta Skor PPH, sehingga disarankan perlu adanya sosialisasi tentang pemanfaatan sumber pangan pokok lain untuk diolah dan sosialisasi mengenai pengaturan pola konsumsi yang sesuai dengan prinsip Pola Pangan Harapan yaitu 3B (Beragam, Bergizi, dan Berimbang). Diharapkan, sumber energi pangan rumah tangga di desa penelitian tidak hanya bersumber pada beras saja. Melalui prinsip 3B, diharapkan kebutuhan gizi harian rumah tangga petani dapat terpenuhi. (2) mengingat masih rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi, maka disarankan untuk perlu adanya kegiatan penyuluhan atau program peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga terutama pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi.