Analisis Perilaku Harga Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Di Kabupaten Malang
Main Author: | Sofrini, NikmatulMaidah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130332/ |
Daftar Isi:
- Cabai adalah salah satu jenis sayuran buah yang memiliki rasa sangat spesifik yaitu pedas. Tanaman cabai berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia membutuhkannya. Cabai memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan karena mempunyai kemampuan menaikkan taraf pendapatan petani, bernilai ekonomis tinggi, merupakan bahan baku industri, dibutuhkan setiap saat sebagai bumbu masak, berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan kerja dan merupakan sumber vitamin C. Seiring berjalannya waktu, maka permintaan cabai akan terus meningkat karena jumlah penduduk semakin bertambah, variasi jenis makanan Indonesia yang berbahan cabai juga semakin banyak, serta adanya peningkatan kebutuhan industri makanan olahan yang berbahan baku cabai. Jenis cabai yang memiliki tingkat konsumsi paling tinggi adalah cabai merah (Capsicum annum L). Salah satu sentra produksi cabai merah di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang. Sebagai daerah sentra produksi cabai, Kabupaten Malang tidak terlepas dari permasalahan yang biasanya terjadi pada komoditas pertanian, yaitu terjadinya fluktuasi harga cabai merah yang tinggi. Untuk meminimalisir fluktuasi harga yang sangat tinggi, maka diperlukan analisis perilaku harga cabai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi pola fluktuasi harga cabai di tingkat konsumen, 2). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai di tingkat konsumen, 3). Meramalkan harga cabai di tingkat konsumen untuk periode tahun 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk mengidentifikasi pola fluktuasi harga dan meramalkan harga, maka dibutuhkan data harga cabai di tingkat konsumen pada tahun 2009-2014. Sementara itu, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai di tingkat konsumen, maka data yang digunakan adalah data harga cabai merah di tingkat konsumen, data harga cabai merah di tingkat produsen, produksi cabai merah, jenis musim dan informasi mengenai adanya perayaan hari-hari besar. Data yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga adalah data pada tahun 2012-2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1). Uji autokorelasi untuk mengidentifikasi pola fluktuasi harga, 2). Analisis regresi berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai di tingkat konsumen, dan 3). Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) untuk meramalkan harga cabai di tingkat konsumen. Hasil dari identifikasi pola fluktuasi harga adalah harga cabai merah di tingkat konsumen mengikuti pola musiman, dimana harga tertinggi biasanya terjadi pada awal tahun yaitu bulan Januari atau akhir tahun yaitu bulan Oktober atau Desember. Sementara itu, harga terendah biasanya terjadi pada bulan April-Juli atau terjadi pada pertengahan tahun. Selanjutnya, hasil analisis regresi dapat menjelaskan bahwa variabel-variabel independen berupa harga cabai merah di tingkat produsen (X1), produksi ii cabai (X2), dummy musim (D1) dan dummy perayaan hari besar (D2) mampu mempengaruhi variabel harga cabai merah di tingkat konsumen sebesar 94,5 persen. Berdasarkan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa variabel harga cabai di tingkat produsen (X1) berpengaruh signifikan positif terhadap harga cabai merah di tingkat konsumen (Y). Sementara itu, variabel-variabel independen yang lainnya yaitu variabel produksi cabai (X2), dummy musim (D1) dan adanya perayaan hari besar (D2) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga cabai merah di tingkat konsumen (Y). Model ARIMA yang tepat untuk meramalkan harga cabai adalah ARIMA (2, 1, 2) (2, 1, 2)48. Hasil peramalan harga cabai merah pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1). Harga tertinggi pada tahun 2015 diramalkan terjadi pada awal tahun dan akhir tahun. Pada awal tahun, harga bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu Rp42.457/kg, sedangkan harga mingguan tertinggi di bulan Januari terjadi pada minggu pertama yaitu sebesar Rp47.351/kg dan pada akhir tahun, harga bulanan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu Rp39.991/kg, sedangkan harga mingguan tertinggi di bulan November terjadi pada minggu kedua dan ketiga yaitu sebesar Rp42.091/kg dan Rp42.075/kg. 2). Harga bulanan terendah diramalkan terjadi pada bulan Februari dan Mei yaitu sebesar Rp30.579/kg dan Rp32.433/kg. Harga mingguan terendah yang ada di bulan Februari terjadi pada minggu ketiga, yaitu sebesar Rp29.150/kg. Sementara itu, harga mingguan terendah pada bulan Mei terjadi pada minggu kedua, yaitu sebesar Rp31.419/kg. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan diantaranya: 1). Bagi industri pengolahan cabai, seharusnya industri bisa membeli cabai secara langsung kepada petani dalam jumlah yang banyak pada saat panen raya dengan harga yang wajar bagi petani. Selanjutnya, industri harus melakukan pengolahan atau pengawetan cabai tersebut, yang nantinya cabai tersebut dapat dijual pada saat masa paceklik, sehingga dapat mencegah kelangkaan cabai serta fluktuasi harga yang tinggi. 2). Bagi petani, seharusnya petani lebih berkelompok dalam melakukan pemasaran cabai, sehingga tidak terjebak dengan permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. 3). Untuk menstabilkan harga cabai di tingkat konsumen, maka pemerintah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: a). Melakukan pengawasan yang ketat dan intensif terhadap permainan harga yang dilakukan oleh pedagang, b). Mempermudah akses distribusi cabai secara langsung kepada konsumen, sehingga petani tidak selalu tergantung terhadap tengkulak dan mendapatkan harga yang wajar, c). Memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai penanganan pasca panen cabai untuk meminimalisir risiko kerusakan yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan tingginya harga di tingkat konsumen, d) Membentuk koperasi bagi petani untuk pemasaran cabai.