Analisis Spesialisasi Perdagangan dan Daya Saing Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional
Main Author: | Sidauruk, KhristinaWati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130302/1/SKRIPSI_KHRISTINA_W_SIDAURUK.pdf http://repository.ub.ac.id/130302/ |
Daftar Isi:
- Indonesia Merupakan Negara Produsen Utama Kelapa Sawit Di Dunia. Posisi Tersebut Merupakan Potensi Dalam Peningkatan Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Produk Turunan Kelapa Sawit. Namun, Industri Pengolahan Kelapa Sawit Indonesia Masih Kalah Saing Dengan Malaysia Sebagai Negara Produsen Kedua. Penetapan Pajak Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit Lebih Tinggi Dari Minyak Mentah Menyebabkan Para Pengusaha Kelapa Sawit Di Indonesia Lebih Dominan Mengekspor Dalam Bentuk Mentah. Hal Ini Menyebabkan Nilai Tambah Turunan Kelapa Sawit Diperoleh Oleh Negara Pengimpor. Selain Itu, Kapasitas Industri Hilir Kelapa Sawit Indonesia Masih Rendah Dibandingkan Dengan Malaysia Yang Sudah Memulai Pengolahan Kelapa Sawit Sejak Tahun 1987. Industri Hilir Kelapa Sawit Indonesia Tidak Berkembang Karena Ketidakpastian Pajak Ekpor Cpo Dan Produk Turunannya. Hal Ini Tentunya Akan Mempengaruhi Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia Di Pasar Internasional. Tujuan Penelitian Ini Adalah (1) Menganalisis Spesialisasi Perdagangan Produk Turunan Kelapa Sawit Di Pasar Internasional, (2) Menganalisis Daya Saing Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia Di Pasar Internasional. Metode Penelitian Yang Digunakan Dalam Penelitian Adalah Indeks Spesialisasi Perdagangan (Isp) Untuk Mengetahui Spesialisasi Perdagangan Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia. Revealed Comparative Trade Advantage (Rcta) Digunakan Untuk Mengetahui Daya Saing Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia. Acceleration Ratio (Ar) Digunakan Untuk Mengetahui Kemampuan Indonesia Dalam Menguasai Pasar Produk Turunan Kelapa Sawit Di Pasar Internasional. Produk Turunan Kelapa Sawit Yang Diteliti Pada Penelitian Ini Adalah Cpo, Cpko Turunan Cpo, Dan Turunan Cpko. Hasil Analisis Spesialisasi Perdagangan Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia Adalah Nilai Isp Cpo Indonesia (0,994) Lebih Tinggi Dibandingkan Negara Malaysia (0,373) Dan Kolombia (0,820), Sedangkan Nilai Isp Turunan Cpo (0,928) Indonesia Lebih Rendah Dibandingkan Malaysia (0,982) Namun Lebih Tinggi Dibandingkan Kolombia (0,209). Nilai Isp Cpko Indonesia (0,998) Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Kolombia (0,877) Dan Malaysia (0,076), Sedangkan Nilai Isp Turunan Cpko Indonesia (0,77) Lebih Rendah Dibandingkan Malaysia (0,993) Namun Lebih Unggul Dibandingkan Kolombia (0,465). Hal Ini Menunjukkan Indonesia Memiliki Spesialisasi Yang Tinggi Dalam Perdagangan Cpo Dan Cpko Dibandingkan Malaysia Dan Kolombia, Namun Spesialisasi Perdagangan Turunan Cpo Dan Turunan Cpko Indonesia Lebih Rendah Dibandingkan Malaysia Tetapi Lebih Tinggi Dibandingkan Kolombia. Hasil Analisis Daya Saing Menunjukkan Bahwa Indonesia Memiliki Daya Saing Tertinggi Untuk Cpo (200,894) Dibandingkan Malaysia (13,869) Dan Kolombia (11,156), Sedangkan Daya Saing Turunan Cpo Indonesia (37,549) Masih Kalah Saing Dengan Malaysia (129,258) Namun Lebih Unggul Dibandingkan Kolombia (0,104). Indonesia Memiliki Daya Saing Tertinggi Untuk Cpko (341,355) Dibandingkan Kolombia (10,426) Dan Malaysia (-2,022) Sedangkan Daya Saing Turunan Cpko Indonesia (37,720) Masih Kalah Saing Dengan Malaysia (183,179) Namun Lebih Unggul Dari Kolombia (0,424). Hal Ini Menunjukkan Indonesia Memiliki Daya Saing Yang Tinggi Dalam Perdagangan Cpo Dan Cpo Dibandingkan Malaysia Dan Kolombia, Sedangkan Daya Saing Turunan Cpo Dan Turunan Cpko Indonesia Masih Kalah Saing Dengan Malaysia Namun Lebih Unggul Dibandingkan Kolombia. Hasil Analisis Kemampuan Indonesia Dalam Menguasai Pasar Menunjukkan Bahwa Indonesia Memiliki Nilai Ar Cpo Tertinggi (1,595) Dibandingkan Kolombia (1,104) Dan Malaysia (0,851) Sedangkan Nilai Ar Turunan Cpo Indonesia (1,220) Lebih Rendah Dibandingkan Malaysia (1,225) Namun Lebih Tinggi Dari Kolombia (0,520). Indonesia Memiliki Nilai Ar Cpko Tertinggi (1,286) Dibandingkan Kolombia (0,964) Dan Malaysia (,673) Sedangkan Nilai Ar Turunan Cpko Malaysia (1,122) Lebih Tinggi Dibandingkan Indonesia (1,078) Dan Kolombia (1,005). Hal Ini Menunjukkan Indonesia Memiliki Kemampuan Menguasai Pasar Cpo Dan Cpko Tertinggi Dibandingkan Malaysia Dan Kolombia Namun Indonesia Kalah Saing Dengan Malaysia Dalam Menguasai Pasar Turunan Cpo Dan Turunan Cpko. Saran Terkait Dalam Penelitian Adalah Pemerintah Indonesia Perlu Memperbaiki Infrastruktur, Pendanaan, Penggunaan Teknologi Baru, Penambahan Kapasitas Pengolahan Produk Turunan Cpo Dan Turunan Cpko Dalam Meningkatkan Volume Dan Nilai Ekspor. Hal Ini Tentunya Akan Memberikan Nilai Tambah Yang Lebih Tinggi. Selain Itu, Pemerintah Juga Perlu Menentukan Kebijakan Bea Keluar Ekspor Keempat Produk Turunan Kelapa Sawit Tersebut. Kebijakan Yang Disusun Hendaknya Memberikan Kontribusi Terbesar Dalam Peningkatan Nilai Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit Indonesia.