Pengaruh Tingkat Konsentrasi 2,4-D Dan Bap Pada Media Ms Terhadap Induksi Kalus Embriogenik Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.)

Main Author: Waryastuti, DefiEka
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/130273/
Daftar Isi:
  • Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang banyak dibutuhkan oleh industri jamu tradisional, kosmetik, makanan dan fitofarmaka, namun hal ini tidak didukung oleh ketersediaan jumlah pasokan temulawak yang cukup dan kontinyu serta mutu yang bagus/varietas temulawak unggul. Kebutuhan rimpang temulawak tahun 2008 adalah 37.568 (Pribadi, 2009) namun hanya terpenuhi sebanyak 23.470 ton, sedangkan produksinya mengalami penurunan dari 36.826 ton pada tahun 2009 menjadi 26.671 ton pada tahun 2010. Sehingga kebutuhan rimpang temulawak sebagai bahan baku utama obat herbal masih belum terpenuhi dan masih membutuhkan pasokan lebih banyak lagi. Temulawak hanya bisa dikembangkan melalui rimpang yang memakan waktu sangat lama serta membutuhkan bibit rimpang yang banyak. Selain itu kualitas bibit yang berasal dari rimpang masih rendah dan rentan penyakit. Upaya untuk meningkatkan produksi temulawak yang berkualitas secara massal dalam waktu bersamaan (singkat) yaitu melalui fusi protoplas dan embriogenesis somatik. Kalus embriogenik sangat penting untuk embriogenesis somatik, variasi somaklonal, produksi kurkumin, rekayasa genetik melalui fusi protoplas. Induksi kalus embriogenik temulawak memerlukan komposisi ZPT yang tepat agar kalus dapat terbentuk dengan cepat dan optimal. Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi media dan ZPT. Penelitian mengenai kombinasi ZPT untuk induksi kalus terhadap Zingiberaceae telah dilakukan misalnya pada C. zedoaria, C. longa, C. aromatica dan Z. zerumbet. Akan tetapi penelitian untuk temulawak masih sedikit sekali. Oleh karena itu diperlukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh konsentrasi 2,4-D dan BAP terhadap pembentukan kalus embriogenik temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi 2,4-D dan BAP yang optimal untuk induksi kalus embriogenik temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Hipotesis yang diajukan adalah (1) Terdapat interaksi antara konsentrasi 2,4-D dan BAP terhadap inisiasi dan pertumbuhan kalus embriogenik dari kultur kalus temulawak, (2) Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D dan semakin rendah konsentrasi BAP maka semakin banyak kalus embriogenik yang terbentuk Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Mei 2012-Juli 2013. Penelitian terdiri dari tiga tahap berkelanjutan yaitu (1) tahap persiapan meliputi tahap inisiasi, proliferasi dan pemeliharaan motherstock, (2) tahap inisiasi kalus sebagai eksplan dan (3) tahap perlakuan/penelitian percobaan yaitu induksi kalus embriogenik pada media MS dengan penambahan ZPT 2,4-D dan BAP. Penelitian menggunakan media dasar Murashige-Skoog (MS) dengan 2 faktor yaitu: faktor I: konsentrasi 2,4-D (0 mg/l, 0,5 mg/l, 1 mg/l, 1,5 mg/l, 2 mg/l, 2,5 mg/l) dan faktor II: BAP (0 mg/l, 0,15 mg/l, 0,3 mg/l). Bahan tanam (eksplan) vi yang digunakan adalah kalus dari tunas steril hasil perbanyakan tunas muda rimpang temulawak klon Sumenep. Pengamatan dilakukan setiap hari selang sehari setelah inokulasi sampai eksplan berumur 8 MSI meliputi: perkembangan eksplan membentuk organ, saat inisiasi kalus (HSI), persentase eksplan hidup, mati dan terkontaminasi (%), presentase jumlah kalus embriogenik yang terbentuk (%), bobot basah kalus (mg), jumlah daun/akar/tunas (buah), saat inisiasi daun/akar/tunas (HSI), panjang daun/akar/tunas (cm) dan warna serta struktur kalus yang terbentuk. Data pengamatan dianalisis secara deskriptif dan analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada taraf 5%, bila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media MS dengan penambahan 2,4-D 2,5 mg/l, 2 mg/l, 1,5 mg/l, 0 mg/l tanpa BAP mampu menghasilkan persentase eksplan hidup tertingi yaitu 100%. Media dengan penambahan 2,4-D 2,5 mg/l tanpa BAP mampu menginisiasi kalus tercepat yaitu 3 HSI. Media dengan penambahan 2,4-D 2,5 mg/l+BAP 0,3 mg/l dan 2,4-D 2 mg/l tanpa BAP menghasilkan persentase eksplan membentuk kalus embriogenik terbanyak yaitu 100%. Peningkatan konsentrasi 2,4-D yang tinggi mampu meminimalisir penggunaan BAP pada media dan menghasilkan persentase eksplan hidup, persentase jumlah kalus embriogenik tertinggi, saat inisiasi kalus tercepat, serta visual kalus embriogenik yang baik, namun tidak mampu menambah bobot segar kalus yang dihasilkan. Media tanpa 2,4-D dan BAP (kontrol) mampu meregenerasi kalus membentuk organ (akar,tunas,daun) dan planlet terbanyak. Warna kalus embriogenik yang dihasilkan bervariasi yaitu putih kekuningan, hijau kekuningan, kuning kehijauan, dan putih kehijauan. Struktur kalus yang terbentuk pada umumnya remah (friable) dan sedikit kompak. Tekstur kalus yang terbentuk globular dan granular. Kalus yang terbentuk bersifat embriogenik dengan struktur globular. Konsentrasi 2,4-D 2 mg/l + BAP 0 mg/l merupakan perlakuan yang optimal untuk menghasilkan kalus temulawak yang baik, banyak, inisiasi yang cepat dan efisien. Perlakuan 2,4-D 2 mg/l dengan BAP 0 mg/l menghasilkan kalus yang banyak yaitu 26,18 mg dan persentase kalus yang tinggi yaitu 100%.