Daftar Isi:
  • Kubis Merupakan Salah Satu Komoditas Hortikultura Yang Digemari Oleh Masyarakat. Meskipun Dari Tahun 2002-2013 Terjadi Fluktuasi Konsumsi Kubis, Namun Kubis Tetap Memiliki Potensi Ekspor Yang Tinggi Pada Tahun 2009 Sebesar 44.904 Ton. Hal Ini Selaras Dengan Besarnya Jumlah Produksi Kubis Di Indonesia Terutama Di Jawa Timur. Potensi Perkembangan Produksi Kubis Dapat Dilihat Berdasarkan Tingkat Produksi Kubis. Jawa Timur Merupakan Provinsi Penghasil Kubis Terbesar Di Indonesia Yang Terdapat Di Kabupaten Probolinggo Sebesar 50.743 Ton, Kabupaten Pasuruan Sebesar 50.649 Ton, Kabupaten Malang Sebesar 17.290 Ton Dan Kabupaten Magetan Sebesar 16.460 Ton. Salah Satu Wilayah Yang Memiliki Potensi Perkembangan Produksi Kubis Di Jawa Timur Adalah Di Kawasan Agroekologi Dataran Tinggi Bromo. Kawasan Agroekologi Dataran Tinggi Bromo Ini Memiliki Potensi Tinggi Untuk Perkembangan Usahatani Kubis Dikarenakan Letak Geografis Dataran Tinggi Yang Sangat Cocok Untuk Ditanami Tanaman Hortikultura. Upaya Peningkatan Produksi Kubis Di Tingkat Petani Selalu Ditemukan Permasalahan Seperti Tingginya Harga Pestisida Dan Minimnya Ketersediaan Tenaga Kerja Yang Dapat Mengurangi Jumlah Pendapatan Petani. Peningkatan Produksi Ini Juga Mempengaruhi Pendapatan Petani Kubis. Dengan Adanya Tingkat Pendapatan, Dapat Dijadikan Acuan Dalam Menganalisis Tingkat Kelayakan Usahatani Kubis Serta Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh Biaya Usahatani Kubis. Beberapa Faktor Seperti Jumlah Produksi Dan Harga Jual Dapat Dijadikan Acuan Dalam Usahatani Dan Mampu Mengetahui Seberapa Besar Pengaruhnya Terhadap Pendapatan. Sehingga Hal Tersebut Dapat Dijadikan Landasan Penelitian Mengenai Analisis Kelayakan Dan Faktor-Faktor Apa Saja Yang Dapat Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kubis Di Kawasan Agroekologi Dataran Tinggi Bromo, Sehingga Diharapkan Dapat Mengurangi Biaya Pengeluaran Input Dan Mampu Meningkatkan Pendapatan Petani Kubis. Berdasarkan Rumusan Tersebut, Maka Tujuan Penelitian Yang Dilakukan Adalah Menganalisis Tingkat Pendapatan Usahatani Kubis, Menganalisis Tingkat Kelayakan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kubis. Alat Analisis Yang Digunakan Adalah Analisis Tingkat Penerimaan, Tingkat Pendapatan, R/C Ratio, Dan Break Event Point (BEP). Penelitian Ini Dilakukan Pada Kawasan Agroekologi Dataran Tinggi Bromo Di Desa Ngadas, Wonokitri Dan Ngadisari. Hasil Penelitian Yang Didapatkan Dari 32 Responden Adalah Pendapatan Berasal Dari Selisih Antara Penerimaan Dengan Total Biaya. Rata-Rata Penerimaan Yang Didapat Dari Hasil Usahatani Kubis Per Hektar Adalah Rp 58.081.930 Dan Rata-Rata Total Biaya Yang Dikeluarkan Adalah Rp 33.315.530, Sehingga Pendapatan Yang Diperoleh Dari Usahatani Kubis Per Hektar Mencapai Rp 24.766.400. Nilai R/C Rasio Pada Usahatani Kubis Yaitu Sebesar 1,74. Hal Tersebut Menunjukkan Bahwa Nilai R/C Rasio Pada Usahatani Kubis Adalah Lebih Dari 1, Sehingga Nilai Tersebut Termasuk Indikator Bahwa Usahatani Kubis Masih Layak Untuk Dilanjutkan Atau Dikembangkan. Nilai Tersebut Memiliki Arti Bahwa Setiap Biaya Pengeluaran Yang Dikeluarkan Untuk Usahatani Kubis Sebesar Rp 1,00 Maka Akan Mendapatkan Penerimaan Usaha Sebesar Rp 1,74. Nilai BEP Unit Sebesar 5994,92 Kg. Nilai Ini Menunjukkan Bahwa Untuk Memperoleh Keuntungan Usahatani Kubis Harus Menghasilkan Kubis Lebih Dari 5994,92 Kg. Untuk Nilai BEP Harga Dari Usahatani Kubis Ini Adalah Sebesar Rp 956,26. Nilai BEP Tersebut Memiliki Makna Bahwa Untuk Memperoleh Keuntungan Dari Usahatani Kubis, Maka Petani Kubis Harus Menjual Kubis Diatas Harga Rp 956,26. Variabel-Variabel Dari Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kubis Secara Signifikan Terdapat Pada Variabel Biaya Tenaga Kerja (X2) , Harga Jual (X3) Dan Hasil Panen (X4). Biaya Tenaga Kerja Memiliki Koefisien -1,134 Yang Memiliki Makna Bahwa Setiap Peningkatan Biaya Tenaga Kerja Sebesar Rp 1,00 Maka Akan Menurunkan Pendapatan Sebesar Rp 1,13. Dengan Nilai Thitung (4,094) Lebih Besar Dari Ttabel (2,060) Maka Dapat Dikatakan Menolak H0 Dan Menerima H1. Harga Jual Memiliki Nilai Koefisien Regresi Nilai Koefisien Regresi Sebesar 2,898 Yang Berarti Bahwa Setiap Peningkatan Harga Jual Kubis Sebesar Rp 1,00 Maka Akan Meningkatkan Pendaptan Kubis Sebesar Rp 2,898. Nilai Thitung (10,091) Lebih Besar Dari Ttabel (1,494) Sehingga Dapat Dikatakan Menolak H0 Dan Menerima H1. Hasil Panen Memiliki Nilai Koefisien Regresi Sebesar 2,593 Yang Berarti Bahwa Setiap Peningkatan Hasil Panen Kubis Sebesar 1,00 Kg Maka Akan Meningkatkan Pendapatan Kubis Sebesar Rp 2,898. Nilai Thitung (9,266) Lebih Besar Dari Ttabel (1,494) Sehingga Dapat Dijelaskan Bahwa Menolak H0 Dan Menerima H1. Variabel Pupuk, Pestisida Dan Benih Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Pendapatan Usahatani Kubis Karena Memiliki Nilai Signifikansi Yang Lebih Besar Dari Taraf Kepercayaan (0,05) Dan Nilai Thitung Lebih Kecil Dari Ttabel Serta Menerima H0 Dan Menolak H1 Sehingga Dikatakan Sesuai Dengan Hipotesis Yang Didapatkan.