Daftar Isi:
  • Tanaman Tembakau Merupakan Salah Satu Komoditi Yang Strategis Dari Jenis Tanaman Semusim Perkebunan. Produksi Tembakau Yang Melimpah Tersebut Menjadikan Provinsi Jawa Timur Masih Tercatat Sebagai Sentra Produksi Tembakau Nasional Dengan Produksi Mencapai 114.816 Ton Pada Tahun 2011 Dan 136.329 Ton Pada Tahun 2012. Kabupaten Ponorogo Merupakan Salah Satu Kabupaten Yang Memproduksi Tembakau Di Jawa Timur. Pada Tahun 2010 Produksi Tembakau Yaitu 338 Ton Dengan Produktivitas 1,357 Kg/Ha/Tahun Tetapi Pada Tahun 2011 Kabupaten Ponorogo Mengalami Kenaikan Produksi Yaitu 568.09 Ton Dan Produktivitas 1,032 Kg/Ha/Tahun (Ditjenbun, 2012). Adanya Kenaikan Produksi Menunjukkan Bahwa Tanaman Tembakau Memiliki Potensi Di Kabupaten Ponorogo. Tetapi Produksi Tersebut Masih Rendah Jika Dibandingkan Dengan Kabupaten Yang Lain. Hal Tersebut Dapat Disebabkan Oleh Berbagai Faktor Seperti Cuaca, Produksi Dan Pasar, Sehingga Perlu Adanya Identifikasi Permasalahan Tanaman Tembakau Di Kabupaten Ponorogo. Produksi Kumulatif Tanaman Tembakau Jenis Ram Memiliki Produksi Yang Tinggi Di Antara Jenis Tanaman Tembakau Yang Lain Dari Tahun 2011 – 2014 Yaitu 100,344, 514.84, 513.85, Dan 341.95 Ton. Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong Merupakan Dua Kecamatan Penghasil Tanaman Tembakau Terbanyak Di Kabupaten Ponorogo. Ketika Produksi Yang Dihasilkan Menurun, Maka Menyebabkan Penjualan Ikut Menurun. Situasi Pasar Yang Merugikan Petani Dapat Menyebabkan Risiko Yang Dihadapi Petani Tembakau Ram Dalam Berusahatani. Sebelum Mengidentifikasi Risiko Pasar, Harus Mengetahui Lingkungan Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Pemasaran Usahatani Tembakau Ram. Analisis Situasi Pasar Disebut Juga Sebagai Analisis Swot. Situasi Pasar Yang Mengidentifikasi Kelemahan Usahatani Tembakau Ram Dan Ancaman Bagi Petani Menyebabkan Risiko Pasar. Risiko Pasar Yang Terjadi Pada Petani Tembakau Ram Di Wilayah Bungkal Dan Balong Tersebut Antara Lain Perubahan Permintaan Tembakau Dari Pasar Tembakau Kering Dan Harga Tembakau Yang Memberikan Keuntungan Lebih Sedikit. Penelitian Ini Meneliti Tentang Analisis Situasi Dan Risiko Pasar Tembakau Ram Serta Menganalisis Risiko Harga Jual, Penjualan, Dan Keuntungan Dari Usahatani Tembakau Ram Di Dua Kecamatan Yaitu Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong. Petani Yang Diteliti Merupakan Petani Inti Yang Menanam Tembakau Pada Luasan Lahan Lebih Dari Sama Dengan 0.5 Ha. Terkait Dengan Penelitian Yang Telah Disebutkan, Maka Analisis Yang Digunakan Untuk Mengetahui Situasi Pasar Yaitu Analisis Swot. Analisis Yang Digunakan Untuk Mengidentifikasi Risiko Pasar Yang Paling Berpengaruh Yaitu Dengan Metode Ahp. Analisis Yang Digunakan Untuk Mengukur Risiko Harga Jual, Penjualan, Dan Keuntungan Yaitu Koefisien Variasi (Cv) Serta Batas Bawah Keuntungan (L). Situasi Pasar Tembakau Ram Dapat Teridentifikasi Dengan Melihat Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Usahatani Tembakau Ram Di Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong. Adapun Faktor Internal Tersebut Antara Lain Pengembangan Tembakau Rendah Pestisida, Produksi Tembakau Ram, Kualitas Tembakau Yang Dimiliki, Distribusi, Ketersediaan Modal, Dan Fasilitas. Adapun Faktor Ekternal Yang Dapat Menjadi Ancaman Dan Peluang Usahatani Tembakau Ram Antara Lain Harga Jual Yang Ditetapkan Pasar, Permintaan, Informasi Pasar, Teknologi, Komunitas Petani Tembakau, Bantuan Dinas Pertanian, Pembinaan Teknisi, Uu Tembakau, Persaingan Antara Petani Tembakau. Faktor Internal Yang Memiliki Kekuatan Dengan Kategori Kuat Adalah Distribusi Produksi Tembakau Ram Ke Pasar Dengan Persentase Sebesar 88.89 Persen. Tempat Agen Pembelian Juga Dekat Dengan Jalan Raya, Sehingga Aksesnya Mudah. Jadi Petani Tembakau Ram Di Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong Menyatakan Proses Pemasaran Ke Agen Pembelian Menjadikan Kekuatan Dengan Kategori Sangat Kuat Dan Kuat Untuk Proses Distribusi Tembakau Ram Kering Ke Agen Pembelian. Karena Ada Beberapa Petani Yang Memiliki Kendaraan Sendiri Seperti Pick Up, Dan Sebagian Petani Memilih Untuk Sewa Angkutan Dengan Tarif Rp 125,- Per Kg Pada Daerah Kecamatan Bungkal Dan Rp 100,- Pada Daerah Kecamatan Balong. Faktor Eksternal Yang Menjadi Peluang Yang Paling Tinggi Untuk Usahatani Tembakau Ram Adalah Permintaan Pasar Dengan Persentase 77.78 Persen. Hal Tersebut Dikarenakan, Agen Pembelian Tidak Pernah Membatasi Jumlah Luas Lahan Dan Produksi Tembakau Ram. Sehingga Petani Tersebut Merasa Terjamin Dengan Adanya Mitra Agen Pembelian Karena Pasar Yang Jelas Dengan Harga Yang Sebelumnya Diinformasikan. Pasar Tembakau Ram Yang Terbentuk Di Kabupaten Ponorogo Yaitu Pasar Monopsoni. Penjual Tembakau Ram Adalah Petani Yang Memiliki Jumlah Yang Banyak Dan Hanya Dapat Memasarkan Tembakau Ram Kering Di Satu Agen Pembelian. Sehingga Petani Memiliki Posisi Yang Lemah Yaitu Sebagai Price Taker. Harga, Jumlah Dan Kualitas Tembakau Ram Kering Hanya Ditentukan Oleh Pasar Atau Agen Pembelian Tanpa Melibatkan Petani. Risiko Yang Paling Berpengaruh Pada Usahatani Tembakau Ram Di Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong Adalah Risiko Perubahan Permintaan Pasar Dengan Bobot Sebesar 0.3109. Pada Tahun 2013, Kualitas Tembakau Dengan Grade O Atau Warna Hijau Kehitaman Masih Dapat Dibeli Oleh Pasar Dengan Adanya Perusahaan Kecil Yang Memproduksi Rokok Murah. Tetapi Perusahaan Tersebut Banyak Yang Tutup, Sehingga Tidak Ada Permintaan Kepada Agen Pembelian. Dampaknya Ke Petani Yaitu, Tembakau Yang Kualitasnya Rendah Tidak Terbeli Oleh Pasar, Sehingga Tembakau Yang Tidak Terjual Harus Dipasarkan Ke Tempat Lain Yang Harganya Sangat Murah. Risiko Harga, Penjualan Dan Pendapatan Petani Tembakau Ram Di Kecamatan Balong Dan Kecamatan Bungkal Tahun 2014 Mempunyai Peluang Mengalami Kerugian. Hal Tersebut Ditandai Dengan Hasil Nilai Cv Harga Jual, Penjualan Dan Pendapatan Memiliki Nilai Cv > 1⁄2 Atau 0.5 Yaitu 5.9. Kemudian Untuk Nilai L Pada Harga Jual, Penjualan, Dan Pendapatan Nilainya Negatif Atau L < 0. Secara Berturut-Turut Nilai L Pada Harga Jual Yaitu -278,476.8, Nilai L Pada Penjualan Adalah -9,943,355.0, Sedangka Nilai L Pada Pendapatan Petani Sebesar -3,718,614.2. Hal Tersebut Terjadi Dikarenakan Harga Jual Yang Ditetapkan Turun. Produksi Tembakau Kering Kurang Maksimal Juga Mempengaruhi Risiko Tinggi. Produksi Tersebut Tidak Dapat Menutup Biaya Yang Tinggi. Produksi Tersebut Menurun Diakibatkan Adanya Serangan Penyakit Daun Keriting Yang Menyebabkan Daun Tanaman Tembakau Kerdil Tidak Berkembang Serta Jarak Tanam Yang Tidak Dilakukan Sesuai Dengan Budidaya, Sehingga Produksi Yang Dihasilkan Juga Rendah. Risiko Yang Lain Juga Disebabkan Adanya Tembakau Ram Kering Yang Dijual Mendapatkan Grade O Atau Tembakau Yang Tidak Dapat Diterima Oleh Agen Pembelian, Sehingga Hal Tersebut Dapat Mengurangi Pendapatan Dan Penjualan Petani Tembakau Ram Di Kecamatan Bungkal Dan Kecamatan Balong. Petani Tembakau Harus Memperkuat Posisinya Di Pasar Dengan Menguatkan Lembaga Petani Yaitu Apti. Petani Harus Bersatu Dengan Membentuk Menjadi Kesatuan Penjual Besar Mengimbangi Agen Pembelian Yang Mempunyai Kekuatan Yang Sama. Proses Transaksi Dapat Dilakukan Dengan Kontrak Dimuka. Kontrak Tersebut Harus Saling Menguntungkan Antara Penjual Dan Pembeli Terkait Dengan Jumlah, Harga Dan Kualitas Yang Dinginkan. Petani Tembakau Lebih Fokus Kepada Bagaimana Menghasilkan Tembakau Dengan Produksi Yang Tinggi, Tetapi Kualitas Yang Dihasilkan Juga Tinggi Atau Minimal Dapat Diterima Oleh Pasar. Sehingga Lebih Baik Untuk Menaikkan Pendapatan Petani, Maka Perlu Adanya Peningkatan Kualitas Tembakau Dengan Produksi Yang Tinggi. Peningkatan Kualitas Dan Produksi Dapat Dilakukan Dengan Memperhatikan Dosis Pupuk, Irigasi, Waktu Panen, Dan Proses Pengeraman. Untuk Meminimalisir Biaya Tenaga Kerja Yang Tinggi, Maka Perlu Menggunakan Teknologi Seperti Alat Mekanisasi Yang Baru Yaitu Cultivator, Dan Alat Yang Lain Yaitu Mesin Rajang, Diesel, Dan Traktor