Daftar Isi:
  • Pertanian Merupakan Salah Satu Sektor Ekonomi Di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (2013), Menunjukkan Penggunaan Lahan Pada Tahun 2013 Untuk Budidaya Tanaman Pangan Komoditas Padi Sebesar 13.835.252 Ha, Komoditas Jagung Sebesar 3.821.504 Ha, Dan Komoditas Ubi Kayu Sebesar 1.065.752 Ha. Disamping Itu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Produk Sayur- Sayuran, Didukung Dengan Penggunaan Luas Lahan Panen Komoditas Kentang Sebesar 70.187 Ha, Luas Area Panen Kentang Sebesar 11.688 Ha Berada Di Jawa Timur, Untuk Areal Panen Kubis Di Indonesia Seluas 65.248 Ha, 13,4 Persen Dari Areal Panen Kubis Tersebut Seluas 8.793 Ha Berada Di Kawasan Jawa Timur, Dan Areal Panen Komoditas Bawang Daun Di Indonesia Seluas 54.264 Ha, Luas Areal 9.318 Ha Berada Di Kawasan Jawa Timur. Skala Usaha Kecil, Modal Terbatas Dan Teknologi Masih Menjadi Ciri Dan Kendala Kegiatan Pertanian Indonesia. Untuk Mengatasi Kendala Dalam Kegiatan Usaha Ini Dengan Pelaksanaan Kerja Sama Kemitraan, Yang Mana Tujuan Kemitraan Yaitu Meningkatkan Pendapatan Usaha Kecil Dan Masyarakat, Meningkatkan Perolehan Nilai Tambah Bagi Pelaku Kemitraan, Dan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. Kegiatan Ekonomi Agroekosistem Di Dataran Tinggi Bromo Utamanya Adalah Kegiatan Pertanian Dan Peternakan. Pelaksanaan Usahatani Dan Peternakan Di Lokasi Penelitian Terjalin Pola Kemitraan. Pola Kemitraan Yang Ada Di Daerah Lokasi Penelitian Umumnya Terjalin Antar Petani Atau Kemitraan Bersifat Horizontal. Kemitraan Merupakan Salah Satu Alat Pembangunan Ekonomi Pertanian Di Pedesaan, Sehingga Perlu Penilaian Kelayakan Teknis Dan Moral Calon Mitra Untuk Menunjang Pelaksanaan Kemitraan Itu Sendiri. Pelaksanaan Kemitraan Perlu Menentukkan Indikator Kelayakan Teknis Calon Mitra, Karena Indikator Ini Merupakan Perangkat Teknis Yang Harus Dimiliki Baik Pengusaha Pemilik Modal Dan Anggota Mitra Dalam Kemitraan, Sebagai Penunjang Serta Jaminan Kesuksesan Berjalannya Kerjasama Kemitraan. Faktor Individu Petani Dalam Pengambilan Keputusan Yang Menunjang Kelayakan Teknis Dalam Berusahatani Adalah Usia Petani, Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pengalaman Usahatani Dan Luas Lahan Yang Dimiliki Individu Petani. Penentuan Indikator Kelayakan Moral Calon Mitra Perlu Disusun. Hal Ini Dilakukan Untuk Menghindari Terjadinya Penyimpangan Perilaku Moral (Moral Hazard) Mitra Selama Proses Kerjasama Berlangsung. Moral Hazard Merupakan Perilaku Tidak Jujur Dalam Memberikan Informasi Kepada Pihak Lain Dalam Proses Pembuatan Kontrak Kerjasama, Demi Untuk Memenuhi Keuntungan Pribadinya. Berdasarkan Pentingnya Penentuan Indikator Kelayakan Teknis Dan Moral Tersebut, Maka Dalam Penelitian Ini Memiliki Tujuan : (A) Mendeskripsikan Pola Kemitraan Di Desa Ngadas, Ngadisari, Dan Wonokitri Kawasan Agroekosistem Dataran Tinggi Bromo. (B) Mendeskripsikan Indikator Kelayakan Teknis Kemitraan Di Desa Ngadas, Ngadisari, Dan Wonokitri Kawasan Agroekosistem Dataran Tinggi Bromo. (C) Mendeskripsikan Indikator Kelayakan Moral Kemitraan Di Desa Ngadas, Ngadisari, Dan Wonokitri Kawasan Agroekosistem Dataran Tinggi Bromo. Untuk Memperoleh Hasil Tujuan Penelitian Tersebut Maka Metode Pengolahan Data Untuk Mencapai Tujuan Pertama Dengan Analisis Deskriptif Kualitatif, Untuk Tujuan Kedua Dan Ketiga Menggunakan Analisis Kuantitatif Dengan Menskoring Data Kualitatif Hasil Wawancara Untuk Memberikan Nilai Pada Indikator Yang Digunakan. Berdasarkan Penelitian Di Kawasan Dataran Tinggi Bromo Diperoleh Informasi Pola Kemitraan Antara Petani Pemilik Modal Dengan Petani Penerima Modal Yaitu Sistem Kerjasama Bagi Hasil “Maro” Dan “Mertelu”. Hasil Analisis Kelayakan Teknis Rata- Rata: Jumlah Angkatan Kerja Dalam Keluarga Dengan Nilai Skor 1,69 Dari Nilai Skor Tertinggi 3 Tergolong Dalam Kategori Cukup Penting. Hal Ini Dipengaruhi Oleh Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja Pengelola Usahatani Terbatas. Faktor Kesesuaian Lahan, Luas Lahan, Kepemilikan Sarana Pertanian Sederhana, Kepemilikan Sarana Pertanian Modern, Pengalaman Kerjasama Mitra Dan Keahlian Usahatani Tergolong Dalam Kategori Kurang Penting Sebagai Pertimbangan Pelaksanaan Kemitraan. Hal Ini Dipengaruhi Oleh Tujuan Pelaksanaan Kerjasama Adalah Membantu Sesama Petani Dalam Satu Kawasan Desa, Sesuai Kebijakan Pemerintah Desa Setempat Untuk Menghindari Penguasaan Lahan Desa Oleh Orang Diluar Desa Atau Pihak Asing. Indikator Kelayakan Moral Dalam Pelaksanaan Kemitraan Sistem Kerjasama Bagi Hasil Dalam Kategori Sangat Penting Dengan Nilai 78,81 Persen, Dengan Skor Rata- Rata 11,82. Persepsi Sangat Penting Pada Indikator Kelayakan Moral Dalam Pelaksanaan Kemitraan Sistem Kerjasama Bagi Hasil Ini Karena Dalam Pelaksanaan Kerjasama Bertujuan Untuk Membantu Kerabat Atau Tetangga Yang Membutuhkan Modal Usahataninya, Sehingga Petani Responden Menilai Bahwa Moral Jujur, Tanggung Jawab, Rajin, Tekun Dan Disiplin Sebagai Landasan Dasar Dalam Penentuan Kesepakatan Kemitraan. Saran Dari Penelitian Ini Adalah Perlunya Dukungan Dan Pengawasan Dari Pemerintah Setempat, Untuk Menjaga Tradisi Kerjasama Pola Tradisional Antar Petani Ini, Karena Pola Kemitraan Ini Merupakan Modal Sosial Dalam Pembangunan Ekonomi Desa, Sehingga Dapat Menciptakan Kemandirian Ekonomi Desa. Dalam Rangka Menjalin Kerjasama Bagi Calon Mitra Sebagai : (A) Petani Pemilik Modal Tenaga Kerja Perlu Memenuhi Syarat Standar Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pelaksanaan Kerjasama Dengan Petani Pemilik Modal Biaya Usahatani Kawasan Dataran Tinggi Bromo. (B) Petani Pemilik Modal Biaya Usahatani Memberikan Jaminan, Mampu Menyediakan Seluruh Biaya Atau Sebagian Sesuai Kesepakatan Selama Melaksanakan Kerjasama. Dalam Rangka Mencapai Kesuksesan Pelaksanaan Kemitraan Antar Petani Sebagai Pemilik Modal Biaya Dan Pemilik Modal Tenaga Kerja Perlu Mempertimbangkan Indikator Kelayakan Moral Yang Utama Adalah Moral Jujur, Selanjutnya Adalah Moral Tanggung Jawab, Rajin, Tekun Dan Disiplin Calon Mitra.