Daftar Isi:
  • Sektor Pertanian Memegang Peranan Penting Dalam Pembangunan Nasonal. Secara Singkat Kontribusi Sektor Pertanian Tercermin Lewat Kontribusinya Dalam Pembentukan Pdb Nasional, Penyerapan Tenaga Kerja, Ekspor Hasil-Hasil Pertanian Khususnya Perkebunan. Kontribusi Sektor Pertanian Masih Relatif Lebih Besar Dari Pada Sektorsektor Lainnya, Walaupun Selama Periode 2004 - 2009 Pertumbuhannya Sebesar 6.99 Persen Dibandingkan Dengan Sektor Lainnya (Bppn, 2013). Tebu (Saccharum Officinarum L.) Merupakan Jenis Tanaman Rumput-Rumputan Yang Dibudidayakan Sebagai Tanaman Penghasil Gula. Loganadhan (2012) Menyatakan Bahwa Tebu Dapat Menjadi Salah Satu Tanaman Yang Dapat Menyumbang Perekonomian Nasional Dan Sumber Mata Pencaharian Bagi Jutaan Petani. Tebu Merupakan Komoditas Penting Bagi Masyarakat Dan Perekonomian Indonesia Baik Sebagai Bahan Baku Kebutuhan Pokok Maupun Sebagai Bahan Baku Industri. Menurut Indrawanto (2010) Secara Konvensional Anakan Tebu Berasal Dari Batang Tebu Dengan 2-3 Mata Tunas Yang Belum Tumbuh Yang Disebut Bagal. Selain Pola Bagal, Dikenal Juga Bibit Tebu Yang Berasal Dari Satu Mata Tunas Yaitu Mata Ruas Tunggal (Bud Set) Dan Mata Tunas Tunggal (Single Bud). Sistem Pembibitan Single Bud Planting (Sbp) Adalah Salah Satu Metode Pembibitan Tebu Terbaru Di Indonesia. Di Indonesia Produksi Tebu Tertinggi Pada Tahun 2012 Yang Pertama Berada Di Jawa Timur 1.108.112 Ha, Yang Kedua Di Jawa Tengah 348.272 Ha Dan Terahir Di Jawa Barat 82.338 Ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Salah Satu Kawasan Di Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember Terdapat Petani Tebu Yang Telah Melakukan Pola Tanam Tebu Dengan Menggunakan Bibit Single Bud. Hal Tersebut Dilakukan Petani Agar Dapat Memaksimalkan Produktivitas Usahatani Tebunya. Namun Jumlah Petani Yang Menggunakan Bibit Mata Tunas Tersebut Jumlahnya Sedikit Dibandingkan Jumlah Petani Yang Menggunakan Bibit Konvensional (Bagal). Hal Ini Dikarenakan Pola Pikir Petani Jika Banyak Anakan Tebu Maka Produksi Tebu Maksimal, Padahal Kadar Gula Dalam Tebu (Rendemen) Sangat Mempengaruhi Dalam Usahatani. Dari Pertimbangan Tersebut Peneliti Ingin Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mengetahui Keputusan Petani Tebu Terhadap Penggunaan Bibit Single Bud. Tujuan Penelitian Ini Adalah : (1). Mengidentifikasi Kegiatan Usahatani Tebu Di Desa Semboro Dalam Penggunaan Bibit Single Bud. (2). Menganalisis Tingkat Pendapatan Petani Tebu Yang Menggunakan Bibit Single Bud Dan Yang Tidak Menggunakan Bibit Single Bud Di Desa Semboro Kabupaten Jember.(3). Menganalisis Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Petani Tebu Terhadap Penggunaan Bibit Single Bud. Metode Yang Digunakan Untuk Mengumpulkan Data Penelitian Terdiri Dari Dua Berdasarkan Sumber Yang Digunakan Yaitu Data Primer Dan Data Sekunder. Data Primer Adalah Data Yang Didapat Pada Sumber Pertama Atau Pihak Yang Terlibat Langsung Dengan Permasalahan Yang Akan Diteliti. Sedangkan Data Sekunder Adalah Data Yang Diperoleh Dari Pustaka, Dan Lembaga Atau Instansi Terkait Yang Ada Hubungannya Dengan Penelitian Ini Yang Berguna Untuk Mendukung Data Primer. Penelitian Dilakukan Di Desa Semboro Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Tebu Dalam Menggunakan Bibit Single Bud. Desa Semboro Terletak Dibagian Barat Kabupaten Jember Dan Memiliki Wilayah Seluas 792.827 Ha. Ketinggian Tempat Daerah Penelitian Antara 25-30 Meter Dari Permukaan Laut Dan Memiliki Suhu Rata-Rata Harian Sekitar 280c. Jumlah Penduduk Di Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember Pada Tahun 2014 Adalah 12.591 Jiwa. Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Dilakukan, Maka Didapatkan Hasil Sebagai Berikut: 1. Pada Awal Pelaksanaan Usahatani Tebu, Penggunaan Bibit Single Bud Di Desa Semboro Hanya Sedikit Yang Menggunakan. Dari Hasil Penelitian Rata-Rata Responden Yang Menggunakan Bibit Single Bud Berdasarkan Umur Sekitar 31 Sampai 40 Tahun, Tingkat Pendidikan Rata-Rata Sarjana, Pengalaman Usahatani Rata-Rata Selama 6 Sampai 10 Tahun, Luas Lahan Rata-Rata 1 Sampai 5 Hektar Dan Pendapatan Rata-Rata Sebesar Rp 12.000.000,00 Sampai Rp 16.000.000,00/Ha. 2. Berdasarkan Hasil Analisis Usahatani Tebu Pada Saat Penelitian Didapatkan Rata-Rata Penerimaan Total Petani Tebu Yang Menggunakan Bibit Single Bud Yaitu Rp 45.490.437,5/Ha Dengan Rata-Rata Biaya Total Sebesar Rp 31.558.625,00/Ha, Sehingga Diperoleh Pendapatan Rata-Rata Sebesar Rp 13.931.812,50/Ha. Sedangkan Pendapatan Pada Petani Tebu Yang Tidak Menggunakan Bibit Yaitu Rp 43.731.583,33/Ha Dengan Rata-Rata Biaya Total 33.351.722,22/Ha, Sehingga Diperoleh Pendapatan Rata-Rata Sebesar 10.379.861,11/Ha. Hal Tersebut Dikarenakan Rendemen Pada Bibit Single Bud Lebih Tinggi Dibandingkan Yang Memakai Bagal, Hasil Rata-Rata Produksi Tebu Per Hektar Lebih Besar Daripada Tebu Bagal Dan Biaya Bibit Yang Dikeluarkan Oleh Petani Bibit Single Bud Lebih Sedikit Dibandingkan Dengan Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Petani Bagal. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tebu Untuk Menggunakan Bibit Single Bud Yang Memperoleh Hasil Taraf Signifikan Sebesar (Α)= 10 Persen Adalah Variabel Pendidikan Dengan Nilai 0.088, Luas Lahan Dengan Nilai 0.012 Dan Tingkat Pendapatan Petani Dengan Nilai 0.010 Dimana Faktor Pendidikan, Luas Lahan Dan Pendapatan Petani Yang Berpengaruh Secara Nyata Terhadap Penggunaan Bibit Tersebut. Sedangkan Faktor Lain Seperti Umur Dan Pengalaman Usahatani Tidak Mempengaruhi Keputusan Petani Secara Nyata Untuk Menggunakan Bibit Single Bud. Saran Yang Diajukan Peneliti Yaitu Pendapatan Petani Tebu Yang Menggunakan Bibit Single Bud Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Petani Tebu Yang Tidak Menggunakan Bibit Single Bud Berdasarkan Penelitian Yang Telah Dilakukan. Dan Disarankan Dalam Usahatani Tebu Menggunakan Bibit Single Bud Harus Sesuai Dengan Ketentuan Budidaya Yang Digunakan Oleh Pabrik Agar Hasilnya Sama Baiknya Dengan Milik Pabrik.