Daftar Isi:
  • Kedelai Ialah Bahan Makanan Penting, Dan Telah Digunakan Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tempe, Tahu, Tauco, Kecap, Tauge Dan Sebagai Bahan Campuran Makanan Ternak. Kedelai Berperan Penting Sebagai Sumber Protein, Karbohidrat Dan Minyak Nabati. Setiap 100 G Biji Kedelai Mengandung 18% Lemak, 35% Karbohidrat, 8% Air, 330 Kalori, 35% Protein Dan 5,25% Mineral (Suprapto, 1985). Produksi Kedelai Nasional Pada Tahun 2010 Hingga 2012 Menunjukkan Nilai Yang Terus Merosot. Satu Dari Beberapa Faktor Yang Menjadi Penyebab Rendahnya Produksi Kedelai Nasional Ialah Gulma. Partohardjono (2005) Menyatakan Bahwa Terdapat Berbagai Kendala Untuk Meningkatkan Produksi Kedelai Di Indonesia, Antara Lain: (A) Faktor Fisik, Seperti Tanah Dan Iklim Terutama Curah Hujan, Sebaran Hujan, Dan Suhu Udara; (B) Faktor Biologis, Terutama Hama, Penyakit, Dan Gulma. Gulma Menjadi Tumbuhan Pengganggu Yang Menjadi Pesaing Bagi Tanaman Budidaya, Baik Dalam Hal Pemanfaatan Ruang, Cahaya Maupun Dalam Hal Penyerapan Air Dan Nutrisi, Sehingga Dapat Menurunkan Hasil Panen Dari Tanaman Yang Dibudidayakan. Penurunan Hasil Akibat Gulma Pada Tanaman Kedelai Dapat Mencapai 18% - 76% (Manurung Dan Syam’un, 2003). Tanaman Kedelai Harus Dipelihara Bebas Gulma Sekitar 15 Hari Setelah Munculnya Tanaman, Sehingga Meminimalkan Kehilangan Hasil 0 – 15% (Widaryanto, 2010). Metode Pengendalian Gulma Yang Biasa Digunakan Adalah Dengan Cara Penyiangan Dan Penggunaan Herbisida. Efektivitas Pemberian Herbisida Antara Lain Ditentukan Oleh Dosis Herbisida. Sistem Olah Tanah Ialah Suatu Usaha Pencegahan Tumbuhnya Gulma Pada Areal Budidaya Tanaman. Sistem Olah Tanah Dikelompokkan Menjadi 3 Yaitu Sistem Tanpa Olah Tanah, Sistem Olah Tanah Minimal Dan Sistem Olah Tanah Maksimal (Jug Et Al., 2006). Pengolahan Tanah Merupakan Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Karena Dapat Menciptakan Struktur Tanah Yang Remah, Aerase Tanah Yang Baik Dan Menghambat Pertumbuhan Tanaman Pengganggu. Penelitian Ini Bertujuan Mempelajari Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Cara Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai Serta Memperoleh Sistem Olah Tanah Dan Cara Pengendalian Gulma Yang Tepat Pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Hipotesis Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Sistem Olah Tanah Dan Pengendalian Gulma Yang Berbeda Mengakibatkan Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Kedelai, Sistem Olah Tanah Maksimum Memberikan Hasil Terbaik Untuk Pengendalian Gulma Dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Dan Aplikasi Herbisida Glifosat 240 G L-1 (0 Hst) Dan Penyiangan 45 Hst Dapat Mengendalikan Gulma Lebih Baik Pada Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Kegiatan Penelitian Telah Dilaksanakan Mulai Bulan Januari 2014 Sampai April 2014, Di Area Persawahan Yang Berada Di Desa Semanding, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Ketinggian Tempat Percobaan ± 600 Mdpl. Suhu Udara Rata – Rata Harian Berkisar Antara 24 ̊ – 28 ̊ C Dan Curah Hujan 2600 – 3100 Mm Per Tahun. Alat – Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Antara Lain Cangkul, Meteran, Alat Tugal, Tali Rafia, Semprot Punggung, Kamera, Timbangan Analitik, Penggaris Dan Oven. Bahan – Bahan Yang Digunakan Adalah Benih Kedelai Anjasmoro, Herbisida Glifosat 240 G L-1, Pupuk Urea 50 Kg Ha-1, Sp-36 100 Kg Ha-1, Pupuk Kcl 50 Kg Ha-1 Dan Furadan. Metode Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Rancangan Petak Terbagi Yang Terdiri Dari 9 Perlakuan Dan 3 Ulangan, Sehingga Didapatkan 27 Satuan Kombinasi Percobaan. T0g0 : Tanpa Olah Tanah Dan Tanpa Pengendalian Gulma, T0g1 : Tanpa Olah Tanah Dengan Penyiangan 30 Dan 45 Hst, T0g2 : Tanpa Olah Tanah Dengan Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 G L-1 (0 Hst) Dan Penyiangan (45 Hst), T1g0 : Olah Tanah Minimun Tanpa Pengendalian Gulma, T1g1 : Olah Tanah Minimum Dengan Penyiangan 30 Dan 45 Hst, T1g2 : Olah Tanah Minimum Dengan Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 G L-1 (0 Hst) Dan Penyiangan (45 Hst), T2g0 : Olah Tanah Maksimum Tanpa Pengendalian Gulma, T2g1 : Olah Tanah Maksimum Dengan Penyiangan 30 Dan 45 Hst, T2g2 : Olah Tanah Maksimum Dengan Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 G L-1 (0 Hst) Dan Penyiangan (45 Hst). Pengamatan Yang Dilakukan Yaitu Pengamatan Non Destruktif Yang Meliputi Tinggi Tanaman (Cm Tan-1), Jumlah Daun (Helai Tan-1), Jumlah Cabang Dan Jumlah Bunga. Pengamatan Hasil Panen Dilakukan Terhadap 4 Tanaman Contoh Per Satuan Petak Perlakuan. Pengamatan Panen Dilakukan Pada Saat Tanaman Berumur ±75 Hst. Parameter Pengamatan Hasil Panen Meliputi : Jumlah Polong Isi/Tanaman, Jumlah Biji/Tanaman Dan Berat Polong/Tanaman. Pengamatan Gulma Meliputi Bobot Kering Gulma, Yang Diperoleh Setelah Gulma Dikeringkan Di Oven Sampai Bobotnya Konstan (24 Jam). Data Pengamatan Yang Diperoleh Dianalisis Dengan Menggunakan Analisis Ragam (Uji F) Pada Taraf 5%. Bila Hasil Pengujian Diperoleh Perbedaaan Yang Nyata Maka Dilanjutkan Dengan Uji Perbandingan Antar Perlakuan Dengan Menggunakan Beda Nyata Terkecil (Bnt) Pada Taraf 5 %. Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Dari Keseluruhan Perlakuan Pada Tiap Pengamatan (15 – 60 Hst) Gulma Yang Lebih Banyak Mendominasi Adalah Cynodon Dactylon Dan Cyperus Rotundus. Perlakuan Tanpa Olah Tanah Memberikan Pengaruh Nyata Pada Tinggi Tanaman Dan Jumlah Cabang Pada 15 Hst Dan Bobot Polong. Perlakuan Olah Tanah Minimum Memberikan Pengaruh Nyata Pada Tinggi Tanaman Dan Jumlah Daun Pada 15 Dan 30 Hst. Perlakuan Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 G L-1 Dan Penyiangan 45 Hst Memberikan Pengaruh Nyata Pada Jumlah Cabang Pada 30 Hst. Perlakuan Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 G L-1 Dan Penyiangan 45 Hst Memberikan Pengaruh Nyata Pada Jumlah Polong. Perlakuan Olah Tanah Maksimum Dan Tanpa Penyiangan Memberikan Pengaruh Nyata Pada Jumlah Pada 45 Hst.