Peran Pohon dalam Mempertahankan Kerapatan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri. Studi Kasus Tanaman Asal Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Daerah yang Terkena Dampak Erupsi Gunung Kelud
Main Author: | QhomariyahNurul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/130182/1/SKRIPSI_NURUL_QHOMARIYAH.pdf http://repository.ub.ac.id/130182/ |
Daftar Isi:
- Sistem agroforestri merupakan salah satu solusi dari pemerintah dalam mengatasi masalah degradasi lahan melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Program ini diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah, salah satunya secara biologi yaitu mempertahankan kerapatan populasi cacing tanah. Namun, pada tanggal 13 Februari 2014 salah satu lokasi KBR terkena dampak erupsi Gunung Kelud yang dinilai akan mempengaruhi kesuburan (biologi) tanah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh abu vulkan terhadap kerapatan populasi cacing tanah dan mempelajari hubungan seresah yang dihasilkan pohon asal KBR terhadap populasi cacing tanah. Penelitian dilaksanakan pada April hingga Agustus 2014, di dua lokasi penanaman KBR yang memiliki batuan induk tanah yang sama yaitu di Desa Waturejo, Kecamatan Ngantang yang terkena dampak abu vulkan (+Abu), dan di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari sebagai lokasi yang tidak terkena abu vulkan (-Abu). Analisis data yang diperoleh menggunakan rancangan tersarang dengan dua faktor: (1) lokasi penelitian (+Abu dan –Abu), (2) sistem agroforestri dengan tanaman pokok yang berbeda (Kakao, Sengon, dan Nangka) dari bibit asal KBR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masukan abu vulkan dari erupsi Gunung Kelud diikuti oleh peningkatan jumlah (P) dan biomasa (B) cacing tanah. Namun ukuran cacing tanah di +Abu lebih kecil dibandingkan di –Abu, yang ditunjukkan dengan nilai rasio B/P di +Abu lebih rendah (0,11 g/ekor dibandingkan 1,03 g/ekor). Jumlah cacing tanah pada kedua lokasi didominasi oleh cacing tipe anesik. Pada sistem agroforestri, peningkatan seresah justru diikuti oleh penurunan kerapatan populasi cacing tanah baik jumlah (P), biomasa (B), maupun rasio B/P (r=-0,53 ; r=-0,51 ; r=-0,42). Namun demikian, pada kedua lokasi penelitian kerapatan populasi cacing tanah berhubungan lebih kuat dengan persentase partikel pasir dibandingkan dengan masukan seresah (R 2 pasir = 0,58 > R 2 seresah = 0,30 ; n=30).