Daftar Isi:
  • Kentang (Solanum tuberosum L) adalah salah satu komoditas hortikultura yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok. Menurut Samadi, 2007 (dalam Ummah, 2010) kentang merupakan sumber karbohidrat yang bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Di Indonesia kentang masih belum menjadi komoditas yang diunggulkan untuk dibudidayakan sehingga produktivitas kentang di Indonesia masih rendah. Menurut Baharuddin et al, (2004) menyatakan bahwa konsumsi masyarakat akan kentang 2,3 kg per kapita, sehingga dibutuhkan sebanyak 2,4 juta ton tahun-1 sedangkan produksi kentang nasional baru mencapai 1,1 juta ton tahun-1. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kentang adalah dengan cara pemberian nutrisi yang optimal dan membersihkan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Pemberian nutrisi tambahan untuk tanaman dapat dilakukan dengan cara pemupukan. Selain pemupukan, lingkungan tempat tumbuh tanaman harus bersih dari tumbuhan yang tidak diinginkan seperti gulma. Utami (2004) menyatakan bahwa keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada tanaman budidaya akan menurunkan 20 – 80% hasil panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pupuk nitrogen pada kompetisi gulma sehingga mengetahui waktu pengendalian gulma yang tepat serta mengetahui pengaruh dan dosis pupuk nitrogen yang optimal pada tanaman kentang. Hipotesis dari penelitian adalah semakin tinggi dosis pupuk nitrogen yang diberikan pada areal pertanaman kentang maka kompetisi tanaman kentang terhadap gulma akan semakin besar. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2013. Penelitian dilaksanakan di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tempat penelitian berada di ketinggian 1640 m di atas pemukaan laut. Curah hujan rata-rata tempat penelitian 1807 mm tahun-1 dengan suhu udara antara 18–26oC, dan kelembaban udara antara 75–85 %. Alat yang akan digunakan dalam percobaan ini antara lain alat pengolah tanah, kertas label, knapsack sprayer, penggaris, Leaf Area Meter (LAM), dan timbangan analitik, oven, dan kamera digital. Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain umbi bibit kentang varietas granola, pupuk organik kotoran ayam 20 kg ha-1, pupuk Nitrogen 70 kg ha-1, 100 kg ha-1, 130 kg ha-1, 160 kg ha-1, SP-36 200 kg ha-1, dan KCl 200 kg ha-1. Penelitian akan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan gulma (G) dan perlakuan dosis pupuk Nitrogen (P). G1P1 : Bebas gulma (Pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen) + N 70 kg ha-1. G1P2 : Bebas gulma (Pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen) + N 100 kg ha-1. G1P3 : Bebas gulma (Pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen) + N 130 kg ha-1. G1P4 : Bebas gulma (Pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen) + N 160 kg ha-1. G2P1 : Pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst + N 70 kg ha-1. G2P2 : Pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst + N 100 kg ha-1. G2P3 : Pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst + N 130 kg ha-1. G2P4 : Pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst + N 160 kg ha-1. G3P1 : Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 70 kg ha-1. G3P2 : Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 100 kg ha-1. G3P3 : Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1. G3P4 : Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 160 kg ha-1. Pengamatan gulma dilakukan sebanyak lima kali yaitu pada saat sebelum tanam, pada umur tanaman 21 hst, 35 hst, 49 hst dan 63 hst. Pengamatan gulma dilakukan pada petak contoh dengan ukuran 0,6 x 0,5 m berdasarkan metode kuadrat yaitu dengan menghitung perbandingan nilai penting (Summed Dominance Ratio (SDR)) dan pengamatan bobot kering gulma. Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hst, 35 hst, 49 hst dan 63 hst. Pengamatan hasil tanaman dilakukan pada umur tanaman 100 hst. Pengamatan dilakukan dengan melihat dua komponen parameter, meliputi komponen pertumbuhan yaitu dengan metode non destruktif dan pengamatan komponen hasil tanaman kentang. Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, dan bobot kering total tanaman. Parameter pengamatan hasil yaitu berat umbi segar, bobot kering umbi, jumlah umbi, indeks panen, dan berat segar umbi berdasarkan klasifikasi. Hasil pengamatan selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis gulma yang mendominasi yaitu gulma Cyperus rotundus (teki) dan Ageratum conyzoides L. (wedusan), dan gulma baru yang muncul setelah tanam yaitu Paspalum conjugatum (paitan), Phylantus urinaria L. (meniran) dan Ludwigia perenis (cecabean). Perlakuan Herbisida pra tumbuh oksifluorfen efektif dalam menekan pertumbuhan gulma dari umur 0-49 hst, dan perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan gulma umur 21 dan 49 hst. Herbisida pra tumbuh oksifluorfen dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar 74.28% pada umur 0-49 hst dibandingkan dengan perlakuan pengendalian gulma umur 21 dan 49 hst. Perlakuan Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1 menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi 20% dan 13.73% dibandingkan perlakuan bebas gulma (pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen) + N 130 kg ha-1 pada parameter jumlah daun dan luas daun. Perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1 dan pengendalian gulma umur 21 dan 49 hst + N 130 kg ha-1 menghasilkan produksi per hektar yang lebih tinggi yaitu sebesar 1498.93 kg ha-1 dan 1387.37 kg ha-1. Penambahan pupuk nitrogen sebesar 130 kg ha-1 merupakan perlakuan yang sesuai untuk meningkatkan hasil kentang.