Pengaruh Interval Waktu dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril)
Daftar Isi:
- Kedelai ialah komoditas pangan yang penting di Indonesia. Dari aspek industri olahan kedelai dapat dihasilkan tempe, tahu dan kecap yang menjadi bahan makanan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia. Beragam penggunaan kedelai tersebut mengakibatkan meningkatnya konsumsi kedelai. Namun disisi lain terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan petani dalam memproduksi dengan kenaikan permintaan kedelai oleh masyarakat. Satu dari beberapa faktor yang mengakibatkan ketidakseimbangan ini ialah rendahnya hasil yang disebabkan oleh rendahnya tingkat ketersediaan air tanah. Air ialah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan air yang rendah dapat mengganggu proses metabolism tanaman dan sebagai konsekuensinya ialah menurunkan hasil dari tanaman itu sendiri. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses fisiologi dan fotosintesis, dan pada akhirnya memperngaruhi produksi dan kualitas polongnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interval waktu dan tingkat pemberian air yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril). Hipotesis yang diajukan ialah Pemberian air 0 – 40 HST sesuai kapasitas lapang setelah itu setiap minggu sekali (A3) masih dapat memerbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Gycine max (L) Merril). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2013 di rumah plastik kebun Percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan kabupaten Malang, dengan rata-rata suhu udara berkisar antara 22,2 °C – 24,5 °C. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, meteran, tali raffia, timbangan analitik, balpoin, gelas ukur, timba plastik, kamera, cetok, selang air, penggaris, polybag, oven, dan Leaf Area Meter (LAM). Bahan-bahan yang digunakan antara lain benih kedelai varietas dering, pestisida ripcord, pestisida decist, pestisida curacron, fungisida antracol, pupuk N berupa Urea (46% N), pupuk P yang berupa SP-36 (36% P2O5), pupuk K yang berupa KCL (60% K2O) dan KNO3 (44% K2O), dan Furadan 3G. Penelitian ini disusun dengan rancangan acak kelompok (RAK). Adapun perlakuan yang diberikan ialah perbedaan interval dan tingkat pemberian air, yaitu A0 (0-75 hari atau sampai panen diberi air sesuai kapasitas lapang), A1 (0-60 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali sampai dengan panen), A2 (0-40 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 2 minggu sekali sampai dengan panen), A3 (0-40 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali sampai dengan panen), A4 (0-20 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 2 minggu sekali sampai dengan panen), A5 (0-20 hari diberi air sesuai kapasitas lapang, kemudian diberi air lagi 1 minggu sekali sampai dengan panen). Masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan 25 sampel tanaman. Pengamatan pertumbuhan yang dilakukan dengan destruktif, non destruktif dan pengamatan panen. Pengamatan destruktif meliputi luas daun, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan relativ tanaman (LPR). Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara destruktif pada umur tanaman 14, 28, 42, 56 dan 70 hst. Pengamatan non destruktif meliputi jumlah daun, umur berbunga, jumlah bunga dan tinggi tanaman. Sedangkan pengamatan hasil yang dilakukan meliputi jumlah biji per tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman dan bobot 100 biji. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasil pengujian diperoleh perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kedelai memberikan respon negatif terhadap kondisi kekurangan air sehingga menimbukan pengaruh penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman. Perlakuan pemberian air 0-20 HST diberi air sesuai kapasitas lapang; setelah itu diberi air kembali 2 minggu sekali sampai panen (A4) menunjukkan penghambatan yang paling besar terhadap komponen pertumbuhan jumlah daun, jumlah bunga, tinggi tanaman. Perlakuan pemberian air 0-60 HST diberi air sesuai kapasitas lapang; setelah itu diberi air kembali 1 minggu sampai panen (A1) dapat menghasilkan jumlah biji panen per tanaman, jumlah polong panen per tanaman dan bobot polong panen per tanaman yang paling mendekati dengan hasil yang didapatkan perlakuan 0-75 HST; sesuai kapasitas lapang (A0). Perlakuan pemberian air 0-60 HST diberi air sesuai kapasitas lapang; setelah itu diberi air kembali 1 minggu sekali sampai panen (A1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0-75 HST; sesuai kapasitas lapang (A0) dalam pengamatan Saat Muncul Bunga dan Bobot 100 biji. Kondisi kekurangan air 0-20 HST diberi air sesuai kapasitas lapang; setelah itu diberi air kembali 2 minggu sekali sampai panen (A4) menunjukkan penurunan tertinggi terhadap &