Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.).Merill) Pada Berbagai Tingkat Pemupukan N dan Pupuk Kandang Ayam
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max L.) ialah satu diantara beberapa komoditas tanaman pangan yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Hal tersebut terkait dengan peran biji kedelai sebagai sumber protein nabati dengan harga yang murah. Akibatnya permintaan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun demikian, permintaan tersebut belum dapat segera terpenuhi sebagai akibat masih rendahnya tingkat produktivitas tanaman tersebut. Berdasarkan data BPS (2010) dilaporkan bahwa produksi kedelai maksimal tahun 2010 sebanyak 962.540 ton, dan itu hanya mampu untuk mencukupi sekitar 43 % dari kebutuhan nasional. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka upaya yang bertujuan untuk meningkatan produktivitas tanaman kedelai perlu dilakukan yaitu melalui perbaikan sifat fisik tanah. Hal ini mengingat karena umumnya tanaman kedelai ditanam di lahan sawah pada akhir musim penghujan, sehingga air merupakan salah satu kendala dalam pencapaian hasil yang maksimum. Sehubungan dengan permasalahan, maka pengaplikasian bahan organik yang berupa pupuk kandang ayam diharapkan akan dapat berfungsi dalam perbaikan sifat fisik tanah, khususnya struktur tanah, melalui perbaikan sifat fisik tanah ini, maka akan dapat merangsang terjadi granulasi tanah, sehingga tanah akan menjadi lebih ringan, dan kemampuan tanah dalam menahan air akan meningkat. Selain itu dengan semakin remahnya kondisi tanah tersebut, maka akan dapat memacu perkembangan perakaran tanaman yang lebih baik, sehingga akar tanaman akan dapat mencari air dan unsur hara sendiri. Apabila akar tanaman dapat mencari air dan unsur hara sendiri, maka pengaplikasian pupuk an-organik dalam jumlah tinggi akan dapat dikendalikan. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan meliputi cangkul, tugal, sabit, meteran, timbangan digital, oven, Leaf Area Meter, dan kamera digital. Sedangkan bahan yang akan digunakan ialah benih kedelai varietas Wilis, pupuk kandang ayam, dan pupuk Urea, insektisida Furadan 3G. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan perlakuan pertama pupuk N sebagai (anak petak) terdiri dari tiga taraf, N1 = 25 kg ha -1, N2 = 50 kg ha-1, N3 = 75 kg ha-1. Perlakuan kedua (Petak utama) ialah K0 = Tanpa Pupuk Kandang ayam K1 = 7,5 ton ha-1, K2 = 15 ton ha-1. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan 9 kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan kombinasi perlakuan. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 3 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst, serta pengamatan hasil pada saat panen (umur 85 hst). Parameter yang diamati meliputi parameter pertumbuhan, yaitu : Luas daun, Jumlah daun, Jumlah cabang, Bobot segar total tanaman, Bobot kering total tanaman serta parameter hasil yang mencakup: Jumlah polong total per tanaman, Bobot polong per tanaman, Jumlah biji per polong, Bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan Hasil panen (ton ha-1). Analisis pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi: LPR, dan Indeks Panen, data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5 % dan apabila terjadi pengaruh nyata, dilanjutkan uji antar perlakuan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Dari hasil menujukkan bahwa pemupukan kandang ayam dosis 15 ton ha-1 yang dikombinasikan dengan berbagai level pemupukan N, menghasilkan komponen pertumbuhan (bobot segar akar dan jumlah cabang) maupun komponen hasil (jumlah polong per tanaman) paling tinggi. Sedangkan pemupukan dosis kandang ayam 15 ton ha-1 memberikan pengaruh nyata pada berbagai komponen hasil meliputi bobot polong isi per tanaman, bobot 100 biji dan hasil biji (ton ha-1) paling tinggi, masing- masing sebesar 36,77 g tan-1, 13,94 g tan-1 dan 2,17 ton ha-1 biji kering.