Pelibatan Masyarakat Pada Pelembagaan Budaya Konservasi Dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat(Phbm). Studi Kasus Di Desa Pait, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang
Daftar Isi:
- Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan (sandang, pangan dan papan) semakin meningkat, disisi lain lapangan kerja sangat terbatas, mengakibatkan penduduk tidak mempunyai banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus bertani pada lahan yang sudah tidak layak untuk usahatani. Keadaan lebih diperburuk dengan terbatasnya pengetahuan dan modal kerja sehingga pengelolaan lahan yang diterapkan hanya memburu kenaikan produksi tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya lahannya. Lahan yang memiliki potensi untuk menghasilkan komoditas bernilai tinggi (kentang, kubis,wortel, sayur-sayuran) pengolahannya sangat intensif tanpa mempertimbangkan kemampuan lahan yang rentan terhadap erosi. Partisipasi masyarakat desa hutan sangat diperlukan untuk pengamanan dan penyelamatan hutan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan juga berfungsi sebagai pendidikan dan penyadaran akan arti penting konservasi alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk yang selama ini lemah karena kurangnya akses terhadap sumberdaya. Salah satunya adalah kerjasama antara Perhutani dengan kelompok masyarakat desa hutan (petani pesanggem) yang diatur dengan akte notaris yang dimulai sejak tahun 2000 dan keuntungan yang diperoleh dari kerjasama akan dibagi sesuai kontribusi masing-masing pihak dengan sistem bagi hasil ( sharing ). Bagi hasil atau sharing adalah pembagian peran, hak dan tanggung jawab antara Perhutani dan masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan lahan (tanah dan atau ruang), dalam pemanfaatan waktu dan pengelolaan kegiatan. Dari hasil di lapang diperoleh bahwa tingkat partisipasi secara keseluruhan mulai dari kegiatan pembentukan LMDH, Kontrak Kerja, Penentuan Andil dan Pemasangan patok batas, Persiapan lahan, Tahap pelaksanaan, Sistem bagi hasil. bahwa dari 41 responden yang telah kita wawancarai sebanyak 95 persen megikuti lima kegiatan dan sisanya mengikuti enam sampai tujuh kegiatan yang masing masing 2,5 persen. Bisa dilihat bahwa sebenarnya tingkat partisipasi masayarakat cukuplah tinggi. Setiap tahapan dalam proses PHBM anggota minimal mengikuti lima kegian. Meskipun dalam tahap perencanaan dan sistem bagi hasil tingkat partisipasi masih cukup kurang namun pada tahap pelaksanaan tingkat partisipasi masyarakat cukuplah tinggi. Pastinya pada tahap-tahap diatas memiliki nilai yang positif bagi masyarakat anggota PHBM. Sedangkan untuk tipologi masyarakat secara keseluruhan bisa digolongkan kedalam partisipasi fungsional. Hal ini terbukti dengan mereka sudah membentuk sebuah kelompok yang nantinya bisa menujang sekalipun wadah mereka untuk beraktualisasi didalam lahan PHBM. Terakhir adalah bisa membantu seluruh anggota untuk menjadikan dirinya semakin mandiri. Tingkat partisipasi LMDH dalam metode penyuluhan sebesar 100 persen. Namun tidak diikuti pada tahap proses pemilihan jenis tanaman. Pada penentuan jenis tanaman ini yang berperan adalah pihak Perhutani sehingga presentase LMDH pada tahap ini sebesar 0 persen atau tidak terlibat sama sekali. Sesuai dengan apa yang dibahas di atas bahwa yang mempunyai peranan penting untuk pemilihan jenis tanaman tahunan adalah pihak Perhutani. Pada tahap kesesuaian materi yang digunakan sebanyak 51 persen responden menjawab sesuai dan 49 persen menjawab ada yang sesuai. Hal tersebut diakibatkan karena ke aktifan masyarakat yang kurang cekatan, sehingga masyarakat menjawab 49 persen ada yang sesuai namun secara keseluruha sudah berjalan dengan baik. Sedangkan data intensitas kehadiran pihak LMDH dalam penyuluhan sangat sering, 100 persen data yang kita dapat semuanya menjawab tingkat partisipasi pihak LMDH sering ikut dalam penyuluhan baik itu pertemuan rutin maupun yang mendadak. Keakraban atara perhutani, lembaga, KTH, dan anggota inilah yang nantinya bisa mendukung tingkat keberhasilan dalam setiap kegiatan program PHBM. Pelibatan-pelibatan semua anggota dalam berbagai kegiatan dan pengambilan keputusan juga perlu dilakukan. Hal-hal itu yang bisa menjadikan anggota merasa dianggap. Dengan mereka merasa diaanggap akan lebih meningkatkan tingkat partisipasi anggota, sehingga bisa membantu dalam keberlanjutan program PHBM. Transparansi dari setiap kegiatan yang berhubungan dengan sistem bagi hasi mutlak diperlukan. Jangan sampai salah satu pihak mencari kesempatan dalam kesempitan. Pola-pola pelibatan seperti inilah yang harus segera di kerjakan oleh pihak perhutani selaku pengelola hutan agar program PHBM bisa jauh lebih baik dan tingkat partisipasi masyarakat lebih tinggi lagi.